“Wahai
Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kekuasaan
dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian takwil mimpi. (Wahai Tuhan) Pencipta
langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku
dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku dengan orang yang saleh.” (QS. Yusuf
[12] : 101)
Masa
kelaparan dan paceklik bukan hanya menimpa di negeri Mesir saja, tetapi menimpa
pula di negeri-negeri lain, yang berdekatan dengan Mesir sampai ke Kana’an
negeri yang ditempati Nabi Yaqub ‘alaihis salam dengan anak-anaknya yang
dinamakan Al-Asbath.
Rakyat
yang berdiam di sekitar tetangga negeri Mesir meminta pertolongan ke Mesir,
termasuk keluarga Nabi Yaqub ‘alaihis salam. Suatu hari, di
tengah-tengah pembagian bahan makanan pokok yang dilakukan Nabi Yusuf ‘alaihis
salam kepada rakyat tiba-tiba Nabi Yusuf ‘alaihis salam bertemu
dengan orang-orang yang ia kenali, baik bahasanya, fisiknya, dan nama-namanya.
Orang-orang ini datang secara tiba-tiba tanpa disadari sebelumnya, dan ternyata
mereka adalah saudara-saudaranya; anak-anak ayahnya; Nabi Yaqub ‘alaihis
salam. Nabi Yusuf ‘alaihis salam mengenali mereka, namun mereka
tidak mengenalnya lagi. Merekalah yang dahulu melempar Nabi Yusuf ‘alaihis
salam ke dalam sumur ketika ia masih kecil, namun sekarang mereka datang
karena butuh bahan makanan. Nabi Yusuf ‘alaihis salam pun berbuat baik
kepada mereka, dan mereka juga bermuamalah secara baik kepadanya. Selanjutnya Nabi
Yusuf ‘alaihis salam menanyakan keadaan mereka dan jumlah mereka, lalu
mereka memberitahukan bahwa jumlah mereka ada dua belas orang, seorang dari
mereka pergi dan masih ada saudara kandungnya yang sedang bersama ayahnya
karena ayahnya mencintainya dan berat melepasnya.
Setelah
Nabi Yusuf ‘alaihis salam menyiapkan bahan makanan untuk mereka, dimana
masing-masing mereka memperoleh seukuran beban unta, maka Nabi Yusuf ‘alaihis
salam berkata:
ائْتُونِي بِأَخٍ لَكُمْ مِنْ أَبِيكُمْ
أَلا تَرَوْنَ أَنِّي أُوفِي الْكَيْلَ وَأَنَا خَيْرُ الْمُنْزِلِينَ فَإِنْ لَمْ
تَأْتُونِي بِهِ فَلا كَيْلَ لَكُمْ عِنْدِي وَلا تَقْرَبُونِ
“Bawalah kepadaku saudaramu yang
seayah dengan kamu (Bunyamin), tidakkah kamu melihat bahwa aku menyempurnakan
takaran dan aku adalah penerima tamu yang terbaik? Jika kamu tidak membawanya
kepadaku, maka kamu tidak akan mendapat takaran lagi dariku dan jangan kamu
mendekatiku.” (QS. Yusuf [12] : 59-60)
Saudara-saudara
Nabi Yusuf ‘alaihis salam berkata:
سَنُرَاوِدُ عَنْهُ أَبَاهُ وَإِنَّا لَفَاعِلُونَ
“Kami akan membujuk ayahnya untuk
membawanya (kemari) dan sesungguhnya kami benar-benar akan melaksanakannya.”
(QS. Yusuf [12] : 61)
Lalu
Nabi Yusuf ‘alaihis salam memerintahkan para pelayannya untuk memasukkan
barang-barang (penukar kepunyaan mereka) ke dalam karung-karung mereka, agar
mereka mengetahuinya ketika mereka telah kembali kepada keluarganya, yakni agar
mereka mengembalikan barang-barang itu ke Mesir atau karena Nabi Yusuf ‘alaihis
salam khawatir nanti mereka tidak mendapatkan sesuatu untuk menukar lagi.
Yang demikian dilakukan Nabi Yusuf ‘alaihis salam agar mereka bersedia
kembali lagi kepadanya.
Kemudian
saudara-saudara Nabi Yusuf ‘alaihis salam pulang menemui ayah mereka
sambil berkata:
يَا أَبَانَا مُنِعَ مِنَّا الْكَيْلُ فَأَرْسِلْ
مَعَنَا أَخَانَا نَكْتَلْ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Wahai ayah kami, kami tidak akan
mendapat takaran (gandum) lagi, (jika tidak membawa saudara kami), sebab itu
biarkanlah saudara kami pergi bersama-sama kami agar kami mendapat takaran, dan
sesungguhnya kami benar-benar akan menjaganya.” (QS. Yusuf [12] : 63)
Tetapi
Nabi Yaqub ‘alaihis salam menolaknya, kemudian saudara-saudara Nabi Yusuf
‘alaihis salam pergi mendatangi barang mereka untuk mengeluarkan isi
barang bawaan mereka, tetapi mereka dikejutkan dengan adanya barang mereka yang
lama yang mereka jadikan sebagai alat tukar, maka mereka memberitahukan kepada
ayah mereka bahwa barang bawaan mereka dikembalikan, dan mereka pun segera
mendesak ayah mereka dengan menyebutkan maslahatnya bagi keluarga mereka ketika
memperoleh makanan. Mereka juga menguatkan azamnya untuk menjaga saudara
mereka, Bunyamin. Mereka juga mendorong ayah mereka dengan sungguh-sungguh agar
takaran bagi saudara mereka bertambah, karena Nabi Yusuf ‘alaihis salam
memberikan untuk setiap orangnya seukuran beban unta.
Maka
ayah mereka Nabi Yaqub ‘alaihis salam berkata:
لَنْ أُرْسِلَهُ مَعَكُمْ حَتَّى تُؤْتُونِ
مَوْثِقًا مِنَ اللَّهِ لَتَأْتُنَّنِي بِهِ إِلا أَنْ يُحَاطَ بِكُمْ فَلَمَّا آتَوْهُ
مَوْثِقَهُمْ
“Aku sekali-kali tidak akan
melepaskannya (pergi) bersama-sama kamu, sebelum kamu memberikan kepadaku janji
yang teguh atas nama Allah, bahwa kamu pasti akan membawanya kepadaku kembali,
kecuali jika kamu dikepung musuh.” (QS. Yusuf [12] : 66)
Setelah
mereka memberikan janji mereka, Maka Nabi Yaqub ‘alaihis salam berkata:
اللَّهُ عَلَى مَا نَقُولُ وَكِيلٌ
“Allah adalah saksi terhadap apa
yang kita ucapkan (ini).” (QS. Yusuf [12] : 66)
Nabi
Yaqub ‘alaihis salam juga berpesan kepada mereka dengan berkata:
يَا بَنِيَّ لا تَدْخُلُوا مِنْ بَابٍ وَاحِدٍ
وَادْخُلُوا مِنْ أَبْوَابٍ مُتَفَرِّقَةٍ وَمَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ
شَيْءٍ إِنِ الْحُكْمُ إِلا لِلَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَعَلَيْهِ فَلْيَتَوَكَّلِ
الْمُتَوَكِّلُونَ
“Wahai anak-anakku! Janganlah kamu
(bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu
gerbang yang berlainan; meskipun demikian aku tidak dapat melepaskan kamu
barang sedikit pun dari (takdir) Allah. keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah
hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja
orang-orang yang bertawakkal berserah diri.” (QS. Yusuf [12] : 67)
Maka
berangkatlah saudara-saudara Nabi Yusuf ‘alaihis salam ke Mesir dan
masuk ke pintu gerbangnya mengikuti saran ayah mereka agar mereka tidak
tertimpa ‘ain (penyakit dari mata) karena penampilan mereka yang rupawan atau
agar mereka mendapat berita tentang Nabi Yusuf ‘alaihis salam.
Selanjutnya, ketika mereka telah berada di depan Nabi Yusuf ‘alaihis salam,
maka Nabi Yusuf ‘alaihis salam mengajak saudaranya yang paling kecil itu
yaitu Bunyamin, mendekatkannya dan berbincang-bincang secara berduaan
dengannya, dan memberitahukan bahwa dirinya adalah Nabi Yusuf ‘alaihis salam
saudaranya.
Selanjutnya
disiapkanlah perbekalan untuk saudara-saudara Nabi Yusuf ‘alaihis salam agar
mereka pulang dengan membawanya, tiba-tiba Nabi Yusuf ‘alaihis salam ingin
saudaranya tetap bersamanya, maka Nabi Yusuf ‘alaihis salam menyuruh
para pelayannya untuk meletakkan piala (tempat minum) ke dalam karung
saudaranya. kemudian berteriaklah seseorang sambil menyerukan:
أَيَّتُهَا الْعِيرُ إِنَّكُمْ لَسَارِقُونَ
“Wahai kafilah, sesungguhnya kamu
adalah orang-orang yang mencuri.” (QS. Yusuf [12] : 70)
Kemudian
saudara-saudara Nabi Yusuf ‘alaihis salam pun segera menanyakan sesuatu
yang hilang itu, lalu orang yang berseru itu memberitahukan, bahwa piala raja
hilang dan raja telah menjanjikan untuk memberikan upah berupa bahan makanan
(seberat) beban unta. Tetapi saudara-saudara Nabi Yusuf ‘alaihis salam
tidak menerima tuduhan itu sehingga muncul dialog yang dalam dengan Nabi Yusuf ‘alaihis
salam, mereka bukan sebagai pencuri dan mereka pun mau bersumpah untuk hal
itu, lalu para penjaga berkata:
فَمَا جَزَاؤُهُ إِنْ كُنْتُمْ كَاذِبِينَ
“Apa balasannya jika kamu dusta?”
(QS. Yusuf [12] : 74)
Mereka
menjawab:
جَزَاؤُهُ مَنْ وُجِدَ فِي رَحْلِهِ فَهُوَ
جَزَاؤُهُ كَذَلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ
“Balasannya ialah pada siapa
diketemukan (barang yang hilang) dalam karungnya, maka dia sendirilah
balasannya (tebusannya).” (QS. Yusuf [12] : 75)
Menurut
syariat Nabi Ya’qub ‘alaihis salam, bahwa barangsiapa mencuri maka
hukumannya ialah si pencuri dijadikan budak satu tahun bagi orang yang dicuri.
Oleh
karena Nabi Yusuf ‘alaihis salam mengetahui, bahwa yang hukuman tersebut
adalah hukuman yang berlaku pada syariat Bani Israil, maka ia menerima hukuman
itu, tidak mengikuti hukuman yang diberlakukan di Mesir, dan saudara-saudaranya
pun setuju terhadap hukuman itu, maka Nabi Yusuf ‘alaihis salam
memerintahkan para pengawalnya untuk memeriksa karung-karung mereka sebelum
(memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian mereka menemukan piala raja itu
dari karung saudaranya.
Saudara-saudara
Nabi Yusuf ‘alaihis salam pun berkata:
إِنْ يَسْرِقْ فَقَدْ سَرَقَ أَخٌ لَهُ مِنْ
قَبْلُ
“Jika ia mencuri, maka sesungguhnya,
telah pernah mencuri pula saudaranya sebelum itu.” (QS. Yusuf [12] : 77)
Maka
Nabi Yusuf ‘alaihis salam menyembunyikan kejengkelan itu pada dirinya
dan tidak menampakkannya kepada mereka. Dia berkata dalam hatinya:
أَنْتُمْ شَرٌّ مَكَانًا وَاللَّهُ أَعْلَمُ
بِمَا تَصِفُونَ
“Kamu lebih buruk kedudukanmu
(sifat-sifatmu) dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu terangkan itu”. (QS.
Yusuf [12] : 77)
Maka
saudara-saudaranya pun ingat akan janji mereka kepada ayah mereka, yaitu akan
mengembalikan saudara mereka yang paling kecil ini yaitu Bunyamin kepada ayah
mereka. Mereka pun berkata kepada Nabi Yusuf ‘alaihis salam:
يَا أَيُّهَا الْعَزِيزُ إِنَّ لَهُ أَبًا شَيْخًا
كَبِيرًا فَخُذْ أَحَدَنَا مَكَانَهُ إِنَّا نَرَاكَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
“Wahai Al-Aziz, sesungguhnya ia
mempunyai ayah yang sudah lanjut usianya. Oleh karena itu, ambillah salah
seorang di antara kami sebagai gantinya, sesungguhnya kami melihat kamu
termasuk oranng-orang yang berbuat baik.” (QS. Yusuf [12] : 78)
Nabi
Yusuf ‘alaihis salam berkata:
مَعَاذَ اللَّهِ أَنْ نَأْخُذَ إِلا مَنْ وَجَدْنَا
مَتَاعَنَا عِنْدَهُ إِنَّا إِذًا لَظَالِمُونَ
“Aku mohon perlindungan kepada Allah
dari menahan seorang, kecuali orang yang kami ketemukan harta benda kami
padanya, jika kami berbuat demikian, maka kami benar-benar sebagai orang-orang yang
zalim.” (QS. Yusuf [12] : 79)
Maka
ketika mereka berputus asa dari pada keputusan Nabi Yusuf ‘alaihis salam,
mereka menyendiri sambil berunding dengan berbisik-bisik. berkatalah yang
tertua di antara mereka yaitu Yahuza:
كَبِيرُهُمْ أَلَمْ تَعْلَمُوا أَنَّ أَبَاكُمْ
قَدْ أَخَذَ عَلَيْكُمْ مَوْثِقًا مِنَ اللَّهِ وَمِنْ قَبْلُ مَا فَرَّطْتُمْ فِي
يُوسُفَ فَلَنْ أَبْرَحَ الأرْضَ حَتَّى يَأْذَنَ لِي أَبِي أَوْ يَحْكُمَ اللَّهُ
لِي وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ
ارْجِعُوا
إِلَى أَبِيكُمْ فَقُولُوا يَا أَبَانَا إِنَّ ابْنَكَ سَرَقَ وَمَا شَهِدْنَا إِلا
بِمَا عَلِمْنَا وَمَا كُنَّا لِلْغَيْبِ حَافِظِينَ وَاسْأَلِ الْقَرْيَةَ الَّتِي
كُنَّا فِيهَا وَالْعِيرَ الَّتِي أَقْبَلْنَا فِيهَا وَإِنَّا لَصَادِقُونَ
“Tidakkah kamu ketahui bahwa
sesungguhnya ayahmu telah mengambil janji dari kamu dengan nama Allah dan
sebelum itu kamu telah menyia-nyiakan Yusuf. Sebab itu aku tidak akan
meninggalkan negeri Mesir, sampai ayahku mengizinkan kepadaku (untuk kembali),
atau Allah memberi keputusan terhadapku. Dan Dia adalah hakim yang
sebaik-baiknya. Kembalilah kepada ayahmu dan Katakanlah, “Wahai ayah kami! Sesungguhnya
anakmu telah mencuri, dan kami hanya menyaksikan apa yang kami ketahui, dan
kami sekali-kali tidak dapat menjaga (mengetahui) barang yang ghaib.
Selanjutnya, jika ayah ragu-ragu, katakan kepadanya, “Dan tanyalah (penduduk)
negeri yang kami berada di situ, dan kafilah yang kami datang bersamanya, dan
sesungguhnya kami adalah orang-orang yang benar“. (QS. Yusuf [12] : 80-82)
Maka
pulanglah mereka semua menemui ayah mereka Nabi Yaqub ‘alaihis salam,
sedangkan Yahuza tetap tinggal di Mesir untuk menemani Bunyamin.
Ketika
mereka telah sampai di Kana’an, maka mulailah mereka bercerita keadaan ketika
di Mesir dan apa yang terjadi dengan saudara mereka yaitu Bunyamin sesuai
dengan pesan yang dikatakan oleh Yahuza sebelum mereka kembali ke Kana’an.
Mendengar berita itu, maka marah dan sedihlah Nabi Yaqub ‘alaihis salam.
Nabi Yaqub ‘alaihis salam berkata:
بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنْفُسُكُمْ أَمْرًا
فَصَبْرٌ جَمِيلٌ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَنِي بِهِمْ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ
الْحَكِيمُ
“Hanya dirimu sendirilah yang
memandang baik perbuatan (yang buruk) itu. Maka kesabaran yang baik Itulah
(kesabaranku). Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku;
sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” (QS. Yusuf [12]
: 83)
Maka
Nabi Yaqub ‘alaihis salam pergi meninggalkan anak-anaknya dan mulai
menangisi Nabi Yusuf ‘alaihis salam dan saudaranya sampai matanya buta
karena rasa sedih yang mendalam, lalu anak-anaknya berkata kepada Nabi Yaqub ‘alaihi
salam:
تَاللَّهِ تَفْتَأُ تَذْكُرُ يُوسُفَ حَتَّى
تَكُونَ حَرَضًا أَوْ تَكُونَ مِنَ الْهَالِكِينَ
“Demi Allah, kamu senantiasa
mengingat Yusuf, sehingga kamu mengidapkan penyakit yang berat atau termasuk
orang-orang yang binasa.” (QS. Yusuf [12] : 85)
Maksud
perkataan itu adalah bahwa Nabi Yaqub ‘alaihis salam terlalu bersedih sehingga
badannya semakin kurus dan kekuatannnya semakin lemah.
Nabi
Yaqub ‘alaihis salam menjawab:
إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ
وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya hanya kepada Allah aku
mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang
kamu tidak mengetahuinya.” (QS. Yusuf [12] : 86)
Maka Nabi Yaqub ‘alaihis salam meminta mereka
mencari Nabi Yusuf ‘alaihis salam dan saudaranya, ia menyadari sebagai
seorang yang beriman bahwa dirinya tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah subhanahu
wa ta’ala. Selanjutnya anak-anaknya pergi menuju Mesir pada kesekian
kalinya untuk mencari saudara mereka dan mencari sebagian makanan dengan
membawa barang-barang yang kurang berharga. Ketika mereka masuk ke tempat Nabi
Yusuf ‘alaihis salam, mereka berkata:
يَا أَيُّهَا الْعَزِيزُ مَسَّنَا
وَأَهْلَنَا الضُّرُّ وَجِئْنَا بِبِضَاعَةٍ مُزْجَاةٍ فَأَوْفِ لَنَا الْكَيْلَ وَتَصَدَّقْ
عَلَيْنَا إِنَّ اللَّهَ يَجْزِي الْمُتَصَدِّقِينَ
“Wahai
Al-Aziz! Kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan kami datang
membawa barang-barang yang tidak berharga, maka sempurnakanlah sukatan untuk
kami, dan bersedekahlah kepada Kami, sesungguhnya Allah memberi balasan kepada
orang-orang yang bersedekah.” (QS. Yusuf [12] : 88)
Lalu Nabi Yusuf ‘alaihis salam menimpali kata-kata
mereka secara tiba-tiba dengan ucapan ini:
هَلْ عَلِمْتُمْ مَا فَعَلْتُمْ
بِيُوسُفَ وَأَخِيهِ إِذْ أَنْتُمْ جَاهِلُونَ
“Apakah kamu mengetahui (kejelekan)
apa yang telah kamu lakukan terhadap Yusuf dan saudaranya ketika kamu tidak
mengetahui (akibat) perbuatanmu itu?” (QS. Yusuf [12] : 89)
Mereka
pun terkejut dengan kata-kata itu kemudian mereka pun balik bertanya:
أَئِنَّكَ لأنْتَ يُوسُفُ
“Apakah kamu ini benar-benar Yusuf?” (QS.
Yusuf [12] : 90)
Nabi
Yusuf ‘alaihis salam menjawab:
أَنَا يُوسُفُ وَهَذَا أَخِي قَدْ مَنَّ اللَّهُ
عَلَيْنَا إِنَّهُ مَنْ يَتَّقِ وَيَصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ
“Akulah Yusuf dan ini saudaraku.
Sesungguhnya Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami. Sesungguhnya
barang siapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak
menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Yusuf [12] : 90)
Maka
saudara-saudaranya pun gembira dengan perkataan itu kemudian mereka meminta
maaf kepadanya dan mengakui kesalahannya, lalu Nabi Yusuf ‘alaihis salam
memaafkannya dan memintakan ampunan kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk
mereka, lalu Nabi Yusuf ‘alaihis salam bertanya kepada mereka tentang
ayahnya. Dari berita yang disampaikan, Nabi Yusuf ‘alaihis salam mengetahui
bahwa ayahnya telah buta matanya karena kesedihannya atas kehilangan Nabi Yusuf
‘alaihis salam, lalu Nabi Yusuf ‘alaihis salam berkata kepada
mereka:
اذْهَبُوا بِقَمِيصِي هَذَا فَأَلْقُوهُ عَلَى
وَجْهِ أَبِي يَأْتِ بَصِيرًا وَأْتُونِي بِأَهْلِكُمْ أَجْمَعِينَ
“Pergilah kamu dengan membawa baju
gamisku ini, lalu letakkanlah dia ke wajah ayahku, nanti ia akan melihat
kembali; dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku.” (QS. Yusuf [12] : 93)
Kemudian
mereka membawa gamisnya dan keluar dari Mesir menuju kampung mereka di
Palestina. Di tengah perjalanan, sebelum kafilah itu datang, Nabi Yaqub ‘alaihis
salam telah merasakan wangi Nabi Yusuf ‘alaihis salam, ia berkata:
إِنِّي لأجِدُ رِيحَ يُوسُفَ لَوْلا أَنْ تُفَنِّدُونِ
“Sesungguhnya aku mencium wangi
Yusuf, sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan aku).“
(QS. Yusuf [12] : 94)
Namun
Keluarganya berkata:
تَاللَّهِ إِنَّكَ لَفِي ضَلالِكَ الْقَدِيمِ
“Demi Allah, sesungguhnya kamu masih
dalam kekeliruanmu yang dahulu.” (QS. Yusuf [12] : 95)
Setelah
berlalu beberapa hari, saudara-saudara Nabi Yusuf ‘alaihis salam kembali
kepada ayahnya dan memberitahukan kabar gembira tentang saudara mereka Nabi Yusuf
‘alaihis salam, lalu mereka mengeluarkan gamis Nabi Yusuf ‘alaihis
salam dan meletakkan ke wajah ayahnya, maka penglihatannya pun kembali
normal.
Ketika
itu, saudara-saudara Nabi Yusuf ‘alaihis salam meminta kepada ayahnya
agar memintakan ampunan untuk mereka kepada Allah subhanahu wa ta’ala,
maka Nabi Yaqub ‘alaihis salam menjanjikan akan memintakan ampunan untuk
mereka nanti di waktu sahur, karena waktu tersebut lebih mustajab.
Selanjutnya
Nabi Yaqub ‘alaihis salam beserta anak-anak dan cucu-cucunya pergi
meninggalkan Palestina menuju Mesir, dan saat mereka masuk ke negeri Mesir,
maka mereka disambut dengan sambutan yang besar. Nabi Yusuf ‘alaihis salam
juga memuliakan kedua orang tuanya dan menempatkannya di kursinya. Ketika itu, Nabi
Yaqub dan istrinya beserta sebelas anaknya tidak sanggup menahan dirinya untuk
sujud sebagai penghormatan kepada Nabi Yusuf ‘alaihis salam, dan
ingatlah Nabi Yusuf ‘alaihis salam akan mimpinya terdahulu ketika ia
masih kecil yaitu bahwa matahari dan bulan adalah ibu dan bapaknya, sedangkan
sebelas bintang adalah saudara-saudaranya. Nabi Yusuf ‘alaihis salam berkata:
يَا أَبَتِ هَذَا تَأْوِيلُ رُؤْيَايَ مِنْ
قَبْلُ قَدْ جَعَلَهَا رَبِّي حَقًّا وَقَدْ أَحْسَنَ بِي إِذْ أَخْرَجَنِي مِنَ السِّجْنِ
وَجَاءَ بِكُمْ مِنَ الْبَدْوِ مِنْ بَعْدِ أَنْ نَزَغَ الشَّيْطَانُ بَيْنِي وَبَيْنَ
إِخْوَتِي إِنَّ رَبِّي لَطِيفٌ لِمَا يَشَاءُ إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
“Wahai ayahku Inilah ta’bir mimpiku
yang dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. dan
sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku
dari rumah penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah
setan merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya
Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah yang
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. Yusuf [12] : 100)
Ketika
Nabi Yusuf ‘alaihis salam memegang pemerintahan Mesir, maka Nabi Yusuf ‘alaihis
salam menggunakan kesempatan itu untuk mengajak rakyatnya menyembah Allah subhanahu
wa ta’ala dan setelah selesai urusannya dan ia merasa bahwa hidupnya tidak
lama, ia pun berkata sambil mengakui nikmat Allah subhanahu wa ta’ala,
menyukurinya dan berdoa agar tetap di atas Islam sampai akhir hayat, Nabi Yusuf
‘alaihis salam berdoa:
رَبِّ قَدْ آتَيْتَنِي مِنَ الْمُلْكِ وَعَلَّمْتَنِي
مِنْ تَأْوِيلِ الأحَادِيثِ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ أَنْتَ وَلِيِّي فِي الدُّنْيَا
وَالآخِرَةِ تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ
“Wahai Tuhanku, sesungguhnya Engkau
telah menganugerahkan kepadaku sebagian kekuasaan dan telah mengajarkan
kepadaku sebahagian takwil mimpi. (Wahai Tuhan) Pencipta langit dan bumi,
Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan
muslim dan gabungkanlah aku dengan orang yang saleh.” (QS. Yusuf [12] : 101)
Nabi
Yusuf ‘alaihis salam pun menjadi seorang bangsawan mesir yang adil dan
bijaksana. Rakyat pun merasakan keamanan dan kemakmuran. Nabi Yusuf ‘alaihis
salam meninggal dalam usia 110 tahun dan dimakamkan di Hebron di sebelah
makam ayahnya sesuai dengan wasiatnya.
0 Comment for "Antara Cinta dan Dusta Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam Kepada Keluarganya"