Bantahan Al-Quran dan Al-Hadits Terhadap Taurat (Yang Telah Diubah) Mengenai Kisah Nabi Luth ‘Alaihis Salam

“Luth berkata, “Seandainya aku ada mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan).” (QS. Hud [11] : 80)

Nabi Luth ‘alaihis salam adalah salah seorang nabi dan rasul Allah yang menghadapi suatu kaum yang berhati dan bertabiat keras. Mereka memiliki penyimpangan akidah sekaligus penyimpangan perilaku. Penyimpangan mereka termasuk suatu keanehan dalam sejarah manusia. Mereka adalah orang-orang yang menyukai sesama jenis. Mereka melakukan kemungkaran di dalam perkumpulan mereka. Maka Nabi Luth ‘alaihis salam berjihad besar untuk melawan mereka sehingga Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan adzab kepada mereka.

Versi Al-Quran dan Al-Hadits

Hadits ini menyinggung sepenggal berita tentang Luth ‘alaihis salam. Ia hadir untuk menjelaskan sebagian yang tertera di dalam Al-Qur’an dan menambah berita baru yang tidak terdapat di dalamnya. Ia membela Nabi Luth ‘alaihis salam dari klaim para pendusta yang menisbatkan sesuatu kepadanya di mana Nabi Luth ‘alaihis salam sepanjang umurnya berjuang untuk memeranginya dan membongkarnya.

Imam Al-Hakim rahimahullah meriwayatkan dalam Al-Mustadrak:

“Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: “Manakala utusan-utusan Allah datang kepada Luth, Luth mengira mereka adalah para tamu yang menemuinya. Maka Luth meminta mereka untuk mendekat dan mereka duduk di dekatnya. Luth ‘alaihis salam menghadirkan tiga orang putrinya. Luth menyuruh putri-putrinya agar duduk di antara para tamu dan kaumnya. Maka kaumnya datang dengan tergopoh-gopoh. Ketika Luth melihat mereka, dia berkata, ‘Inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu, Maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini.’ (QS. Hud [11] : 78). Kaumnya menjawab, ‘Bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap puteri-puterimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki.’ (QS. Hud [11] : 79). Luth berkata, ‘Seandainya aku ada mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan).’‘”(QS. Hud [11] : 80). Lalu jibril menengok kepadanya dan berkata, “Sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu …” (QS. Hud [11] : 81). Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Lalu Jibril ‘alaihis salam menghapus penglihatan mereka, maka mereka pulang dengan lari tunggang langgang sampai mereka keluar kepada orang-orang yang berada di pintu. Mereka berkata, ‘Kami datang kepada kalian dari sisi orang yang paling mahir sihinya. Dia telah menghapus penglihatan kami.’ Maka mereka lari tunggang langgang sampai mereka masuk di sebuah desa. Pada malam hari desa itu diangkat sampai ia berada di antara langit dan bumi, sehingga mereka mendengar suara-suara burung  di udara. Kemudian desa itu dijungkir balikkan, lalu keluarlah angin kencang kepada mereka. Barang siapa terkena angin itu, pastilah ia mati. Dan barang siapa yang kabur dari desa tersebut, maka ia akan dikejar oleh angin tersebut yang berubah menjadi batu yang akan membunuhnya.” Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma melanjutkan: “Lalu Luth pergi dengan ketiga putrinya. Ketika dia sampai di tempat yang begini-begini di kota Syam, putrinya yang besar meninggal, maka keluarlah darinya mata air yang bernama Wariyah. Luth terus berjalan hingga tiba di tempat yang dikehendaki oleh Allah, dan putrinya yang termuda mati, maka memancarlah dari sisinya mata air yang diberi nama Ra’ziyah. Putri Luth yang masih hidup adalah yang tengah.” (HR. Al-Hakim no. 3317. Imam Al-Hakim rahimahullah berkata, “Ini adalah hadits shahih di atas syarat syaikhain, tetapi keduanya tidak meriwayatkannya.” Tashih-nya disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi rahimahullah. Imam Al-Hakim rahimahullah berkata, “Mungkin saja ada yang menyangka bahwa hadits ini dan yang sejenisnya tergolong mauquf, padahal sebenarnya bukan. Karena jika seorang sahabat menafsirkan tilawah, maka ia adalah musnad (bersanad) menurut Syaikhain.”)

Hadits panjang di atas memaparkan berita Nabi Luth ‘alaihis salam yang dibawa oleh Al-Qur’an. hadits ini menyebutkan bahwa para malaikat datang kepada Nabi Luth ‘alaihis salam dalam wujud para pemuda yang tampan. Nabi Luth ‘alaihis salam menerima mereka sebagai tamu dan mengkhawatirkan merka dari ulah kaumnya. Karena, dia mengira mereka adalah para tamu yang singgah di desanya dan mereka tidak mengenal perilaku penduduknya yang rusak dan menyimpang.

Ketika para tamu itu memasuki rumah Nabi Luth ‘alaihis salam, maka kaumnya mengetahui kehadiran mereka. Lalu mereka datang  berbondong-bondong hendak menganggu tamu-tamu Nabi Luth ‘alaihis salam dan melakukan perbuatan keji kepada mereka. Maka Nabi Luth ‘alaihis salam mendudukkan putri-putrinya di antara para tamu dan kaumnya. Lalu menawarkan  kepada mereka agar menikahi putri-putrinya tetapi mereka menolak. Mereka tetap bersikeras melakukan perbuatan mungkar seperti yang mereka niatkan. Nabi Luth ‘alaihis salam kesal bukan main dan dia berharap memiliki kekuatan yang bisa membantunya dan melindunginya dari ancaman kaumnya serta untuk menolak kejahatan mereka.

Pada saat itu Jibril ‘alaihis salam memberitahu Nabi Luth ‘alaihis salam tentang siapa sebenarnya para tamu itu. Mereka adalah para utusan Allah. Orang-orang lemah lagi bodoh itu tidak mungkin bisa mengganggu atau menjamah mereka. Jibril ‘alaihis salam memukul mereka dengan sayapnya, sehingga mata mereka tidak bisa melihat. Mereka kabur dalam keadaan takut dan lemas seperti tikus dikejar kucing.

Pada akhir malam mereka diangkat ke langit. Bumi mereka, kota mereka, hewan mereka, dan tanaman mereka di udara sampai malaikat pun mendengar suara burung mereka di udara. Kota mereka dibalik, yang atas menjadi di bawah, dan diikuti oleh hujan batu panas. Tak seorangpun bisa selamat.

Semua itu terdapat di dalam Al-Qur’an. Dan yang tidak disebutkan di dalam Al-Qur’an adalah bahwa keluarga Nabi Luth ‘alaihis salam yang selamat dari adzab Allah adalah ketiga putrinya. Nabi Luth ‘alaihis salam membawa keluarganya ke bumi Syam. Putri sulungnya wafat di tengah perjalanannya ke Syam, maka Allah subhanahu wa ta’ala mengeluarkan di sisinya mata air yang bernama Wariyah. Kemudian Nabi Luth ‘alaihis salam terus berjalan menjauh kota tempat orang-orang yang disiksa, maka putri bungsunya wafat dan di tempat dia wafat memancarlah air yang bernama Ra’ziyah, dan yang tersisa dari putri-putri Nabi Luth ‘alaihis salam adalah putri yang tengah.

Versi Taurat dan Bantahannya

Siapa yang membaca Taurat, maka dia mendapati banyak peristiwa tentang Nabi Luth ‘alaihis salam dengan alur cerita yang jelas. Dia akan mendapati bahwa Al-Qur’an membenarkan banyak kejadian dan peristiwanya. Hanya saja, di dalamnya terdapat penyimpangan-penyimpangan, dan sebagian di antaranya tampak sepele, sedangkan yang lainnya termasuk penyimpangan yang besar dan berbahaya.

Di antara penyelewengan ini adalah klaim mereka bahwa malaikat yang mampir di rumah Ibrahim ‘alaihis salam dan mereka memakan suguhan makanan yang dihidangkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam kepada mereka. Ibrahim ‘alaihis salam menghidangkan –sebagaimana dikatakan oleh Taurat- dadih dan susu serta daging lembu. Para malaikat makan hidangan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam tersebut. (Taurat, Kitab Kejadian [18] : 8) “Manakala para malaikat datang kepada Nabi Luth ‘alaihis salam, mereka juga makan roti bakar yang dihidangkan.” (Taurat, Kitab Kejadian [19] : 3).

Firman Allah subhanahu wa ta’ala membantah dan membatalkan klaim ini. Firman-Nya:

وَلَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُنَا إِبْرَاهِيمَ بِالْبُشْرَى قَالُوا سَلامًا قَالَ سَلامٌ فَمَا لَبِثَ أَنْ جَاءَ بِعِجْلٍ حَنِيذٍ  فَلَمَّا رَأَى أَيْدِيَهُمْ لا تَصِلُ إِلَيْهِ نَكِرَهُمْ وَأَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيفَةً قَالُوا لا تَخَفْ إِنَّا أُرْسِلْنَا إِلَى قَوْمِ لُوطٍ

“Dan Sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada lbrahim ‘alaihis salam dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: “Selamat.” Ibrahim ‘alaihis salam menjawab, “Selamatlah,” Maka tidak lama kemudian Ibrahim ‘alaihis salam menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim ‘alaihis salam memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: “Jangan kamu takut, Sesungguhnya kami adalah (malaikat-ma]aikat) yang diutus kepada kaum Luth ‘alaihis salam.” (QS. Hud [11]: 69-70)

Para malaikat tidak menjulurkan tangan mereka ke makanan, sehingga Nabi Ibrahim ‘alaihis salam merasa aneh dengan sikap mereka, maka terbesitlah rasa takut dari diri mereka. Orang-orang yang tidak makan makanan tamu biasanya adalah para musuh yang datang mengingingkan keburukan. Oleh sebab itu, mereka menjelaskan tentang jati diri mereka kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Jelaslah alasan mereka, karena tabiat para malaikat adalah tidak makan dan tidak minum.

Di antara penyimpangan Taurat yang dikoreksi oleh Al-Qur’an adalah bahwa jumlah malaikat lebih dari dua, tidak seperti yang dinyatakan oleh Taurat bawha malaikat hanya dua saja. Di antara point yang diakui kebenaran oleh hadits adalah bahwa Nabi Luth ‘alaihis salam meletakkan putri-purtinya di antara para tamunya dan kaumnya ketika mereka masuk ke rumahnya.

Taurat menyebutkan bahwa Nabi Luth ‘alaihis salam keluar kepada kaumnya  di luar rumah dan menutup pintu di belakangnya. Penyimpangan Taurat yang paling berbahaya adalah apa yang dinisbatkan kepada Nabi Luth ‘alaihis salam secara dusta dan palsu. Mereka mengklaim bahwa Nabi Luth ‘alaihis salam yang menghabiskan seluruh umurnya untuk memerangi perbuatan keji telah berzina dengan kedua putrinya.

Mereka mengklaim bahwa kedua putri Luth bersengkongkol setelah dia keluar dari desa yang diadzab dan tinggal di sebuah gua di gunung dekat kota Shauar. Kedua putrinya itu khawatir jika keturunan bapaknya akan terputus, maka keduanya menyuguhkan khamar kepadanya selama dua malam berturut-turut sampai dia teler. Selanjutnya putrinya yang tertua tidur bersamanya di malam pertama dan diteruskan dengan adiknya di malam berikutnya, hingga keduanya hamil darinya. Dari keturunan putri pertamanya adalah Muabiyin dan dari keturunan putri keduanya adalah Amuniyin.

Demi Allah, mereka telah berdusta. Rasul-rasul Allah terjaga dari perbuatan keji. Tidak mungkin Allah subhanahu wa ta’ala membiarkan nabi-Nya terjerumus ke dalam perbuatan keji seperti ini. Justru dialah orang suci yang memerangi kemungkaran ini. Tidak mungkin putri-putri Nabi Luth ‘alaihis salam yang shalihah yang telah diselematkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dari kota orang-orang yang diadzab karena kesuciannya, melakukan perbuatan keji seperti ini dengan bapaknya. Mustahil dan tidak mungkin. Akan tetapi, jiwa-jiwa kotor selalu ingin mengotori orang-orang baik lagi suci.

Barang siapa yang mengetahui sifat-sifat para nabi dan keadaan mereka, maka dia akan meyakini bahwa semua ini hanyalah fitnah dusta. Barangsiapa membaca kisah Nabi Luth ‘alaihis salam di dalam Al-Qur’an dengan kisah yang terperinci, maka keyakinannya pasti bertambah bahwa para penyeleweng dalam Taurat telah berdusta.

Hadits ini datang dengan memaparkan perkara yang sebenarnya. Luth ‘alaihis salam tidak memiliki dua orang putri sebagaimana yang diklaim oleh Taurat yang telah diselewengkan. Akan tetapi dia memiliki tiga putri. Luth ‘alaihis salam tidak tinggal di gua, tetapi dia pindah ke  bumi Syam. Di tengah perjalanannya dua putrinya wafat dan yang tersisa hanya satu.

Perincian yang terkait dengan putri-putri Nabi Luth ‘alaihis salam dalam Taurat adalah batil lagi palsu. Pembaca hadits mendapati seolah-olah hadits ini dipaparkan untuk membantah tuduhan-tuduhan dusta yang dialamatkan kepada Nabi Luth ‘alaihis salam. Oleh karena itu, hadits ini datang untuk membuka hakikat yang dengannya Nabi Luth ‘alaihis salam terbebas dari tuduhan dusta orang-orang zalim.

0 Comment for "Bantahan Al-Quran dan Al-Hadits Terhadap Taurat (Yang Telah Diubah) Mengenai Kisah Nabi Luth ‘Alaihis Salam"

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top