Debat Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam dengan Raja Namrud

“Tuhanku adalah Yang menghidupkan dan mematikan.” (QS. Al-Baqarah [2] : 258)

Setelah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam selamat dari pembakaran, beliau kemudian berdakwah kepada Raja negeri Babilonia yaitu Namrud. Dahulu raja dunia bagian Timur dan Barat ada empat, dua orang beriman dan dua orang lagi kafir. Dua orang raja yang mukmin adalah Raja Dzulqarnain dan Sulaiman, sedangkan dua raja yang kafir adalah Namrud dan Bukhtanashhir. Di antara dua raja kafir tersebut, yang didebat oleh Ibrahim ‘alaihis salam adalah Namrud seorang raja Babilonia. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam berdakwah kepada Raja Namrud karena dia mengaku dirinya sebagai Tuhan, ada yang mengatakan bahwa ia berkuasa ketika itu selama 400 tahun. Berikut ini kisahnya dalam Al-Quran:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang  yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya  karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan. Ketika Ibrahim mengatakan, “Tuhanku adalah Yang menghidupkan dan mematikan,” orang itu berkata,  “Saya dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari Timur, maka terbitkanlah dia dari Barat,” lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah [2] : 258)

Raja Namrud meminta Nabi Ibrahim ‘alaihis salam menunjukkan bukti keberadaan Allah subhanahu wa ta’ala, maka Nabi Ibrahim ‘alaihis salam berkata, “Tuhanku adalah yang mampu menghidupkan dan mematikan,” yakni bukti keberadaan Allah subhanahu wa ta’ala adalah adanya sesuatu dan hilangnya sesuatu setelah adanya, karena sudah pasti setiap yang ada pasti ada yang mengadakannya, Dialah Allah subhanahu wa ta’ala Tuhan alam semesta.

Namrud pun menjawab, “Aku juga bisa menghidupkan dan mematikan”, maksud menghidupkan adalah dengan membiarkan hidup atau tidak jadi dibunuh orang yang harus dibunuh. Sedangkan maksudnya bisa mematikan adalah dengan membunuh seeorang.

Kata-kata ini sebenarnya dia ucapkan hanya untuk membantah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan untuk membenarkan dakwaannya “mengaku tuhan” padahal jawaban ini sangat lemah sekali.

Nabi Ibrahim ‘alaihis salam  kemudian mengatakan, “Sesungguhnya Allah yang menerbitkan matahari dari Timur maka terbitkanlah dari Barat!” Ketika itu diamlah si thaghut ini dan tidak bisa menjawab apa-apa.

Karena hal tersebut, Namrud sangat membenci Nabi Ibrahim ‘alaihis salam hingga ia berencana untuk membunuhnya. Raja Namrud mempersiapkan 700.000 tentaranya. Dia pun menantang dengan kesembongannya. “Wahai Ibrahim, bukakah tuhanmu memiliki bala tentara? Kerahkan bala tentara itu untuk melawan tentaraku,” kata Raja Namrud.

Kemudian, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Ia berdo’a agar Allah subhanahu wa ta’ala mendatangkan bala tentara dari makhluk-Nya yang paling lemah, yaitu nyamuk. Dalam surat Al-Fath Ayat 4 dinyatakan bahwa bala tentara di langit dan di bumi adalah adalah kepunyaan Allah subhanahu wa ta’ala. Bala tentara itu dijadikan Allah subhanahu wa ta’ala sebagai penolong untuk orang-orang yang beriman. Mereka berupa malaikat, hewan, angin topan dan sebagainya.

Tiba-tiba terdengar suara desingan. Raja Namrud dan tentaranya terkejut. Raja Namrud bertanya, “Suara apakah itu?” Nabi Ibrahim ‘alaihis salam menjawab, “itulah bala tentaraku”. Ternyata nyamuk-nyamuk bergerak ke arah tentara Namrud. Pada awalnya, Raja Namrud mentertawakannya karena bala tentara Nabi Ibrahim ‘alaihis salam hanyalah nyamuk. Namun setelah melihat nyamuk dalam jumlah besar, ia menjadi ketakutan.

Beberapa riwayat mengatakan bahwa yang menyerang adalah nyamuk namun ada yang mengatakan bahwa yang menyerang bala tentara Namrud adalah lalat. Kedua hal ini tidaklah jadi sebuah masalah karena hakikat dari Allah subhanahu wa ta’ala mengirimkan nyamuk atau lalat adalah agar kita bisa mengambil pelajaran bahwa sombong adalah dosa besar dan juga bahwa Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan segala sesuatu tidak sia-sia.

Nyamuk-nyamuk itu menyerang tentara Namrud. Tentara Namrud berusaha menghalau dan membunuh nyamuk-nyamuk itu. Namun, semua itu sia-sia saja karena jumlah nyamuk itu sangat banyak. Dengan izin Allah, nyamuk-nyamuk itu menghisap darah bala tentara Namrud. Seluruh darah yang ada di tubuh di hisap hingga tubuhnya hanya tampak tulang. Semua tentara Namrud mati.

Sementara itu, Raja Namrud bersembunyi dalam istananya selama tiga hari. Ia merasa sudah aman dari nyamuk-nyamuk itu. Namun, Raja Nyamuk berhasil menemukannya. Raja Namrud berusaha menghabisi Raja Nyamuk. Akan tetapi ia tidak berhasil. Raja nyamuk masuk ke hidung Namrud. Saat masuk ke dalam kepalanya, Raja Nyamuk menggerogoti otak Namrud. Selama berhari-hari, nyamuk itu berada dalam tubuh Raja Namrud.

Namrud kesakitan tiada terkira. Ia pun meminta istri dan pelanyannya untuk memukul kepalanya dengan sekuat tenaga. Awalnya istri dan pelayannya menolak untuk memukul Raja Namrud. Namun, karena diancam akan di bunuh, merekapun bersedia melakukannya. Dengan sekuat tenaga mereka memukul kepala Raja Namrud. Pemukulan itu telah menyebabkan Raja Namrud mati. Demikanlah, Raja Namrud mati karena kebodohannya sendiri.

0 Comment for "Debat Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam dengan Raja Namrud"

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top