“Sesungguhnya telah datang bukti
yang nyata kepadamu dari Tuhammu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu,
maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya
dengan gangguan apa pun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang
pedih.” (QS. Al-A’raf [7] : 73)
Nabi Shalih ‘alaihis salam
ketika itu berdakwah kepada kaumnya dengan akhlak dan adab yang mulia, Beliau
berdakwah kepada mereka dengan hikmah, nasihat yang baik, dan terkadang dengan
berdebat pada saat dibutuhkan berdebat untuk menguatkan bahwa beribadah kepada
Allah subhanahu wa ta’ala itulah yang benar dan merupakan jalan yang
lurus.
Akan tetapi kaumnya tetap saja
berada di atas kekafiran, bahkan mereka sampai membuat makar untuk Nabi Shalih ‘alaihis
salam agar manusia tidak ada yang beriman. Pernah suatu hari Nabi Shalih ‘alaihis
salam mengajak mereka beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan
menerangkan nikmat-nikmat Allah subhanahu wa ta’ala yang besar, dan
bahwa nikmat tersebut harus disyukuri dan diingat, tetapi mereka malah
mengatakan kepadanya:
مَا
أَنْتَ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا فَأْتِ بِآيَةٍ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ
“Kamu
tidak lain hanya seorang manusia seperti kami; maka datangkanlah sesuatu mukjizat,
jika kamu memang termasuk orang-orang yang benar”. (QS. Asy-Syu’ara [26] : 154)
Maka Nabi Shalih ‘alaihis
salam menanyakan kepada mereka mukjizat yang mereka inginkan, lalu mereka
menunjukkan kepada sebuah batu besar yang berada di samping mereka, agar dari
batu tersebut keluar unta yang bunting dan mereka sebutkan pula sifat-sifat unta
yang mereka inginkan agar Nabi Shalih ‘alaihis salam tidak mampu
mewujudkannya, lalu Nabi Shalih ‘alaihis salam berkata kepada mereka,
“Bagaimana menurut kalian, jika aku memenuhi permintaan kalian, apakah kalian
mau beriman kepadaku, membenarkanku, dan beribadah kepada Allah subhanahu wa
ta’ala yang telah menciptakan kalian?” Mereka menjawab, “Ya.” Bahkan mereka
berjanji demikian kepada Nabi Shalih ‘alaihis salam. Maka Nabi Shalih ‘alaihis
salam berdiri dan shalat, kemudian berdoa kepada Allah subhanahu wa
ta’ala meminta agar Allah subhanahu wa ta’ala mewujudkan permintaan
mereka.
Setelah beberapa saat kemudian,
muncullah seekor unta betina yang bunting dan besar dari batu itu sebagai bukti
yang jelas dan dalil yang kuat terhadap kenabian Nabi Shalih ‘alaihis salam.
Maka ketika kaum Nabi Shalih ‘alaihis salam melihat unta itu dengan
bentuk yang menakjubkan, sebagian kaumnya beriman, tetapi kebanyakan mereka
kafir dan tetap di atas kesesatannya. Selanjutnya Allah subhanahu wa ta’ala
mewahyukan kepada Nabi Shalih ‘alaihis salam agar memerintahkan kaumnya
tidak menyakiti unta itu, maka Nabi Shalih ‘alaihis salam berkata kepada
kaumnya,
قَدْ
جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ هَذِهِ نَاقَةُ اللَّهِ لَكُمْ آيَةً فَذَرُوهَا
تَأْكُلْ فِي أَرْضِ اللَّهِ وَلا تَمَسُّوهَا بِسُوءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Sesungguhnya
telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhammu. Unta betina Allah ini
menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah
kamu mengganggunya dengan gangguan apa pun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa
siksaan yang pedih.” (QS. Al-A’raf [7] : 73)
Keadaan tetap terus seperti itu
hingga berlalu waktu yang panjang, ketika itu unta tersebut meminum air sumur
pada hari tertentu, sedangkan mereka meminum air sumur pada hari yang lain
secara bergiliran, dan pada hari ketika unta meminum air sumur sedangkan mereka
tidak, maka mereka memerah susunya, lalu unta itu mengeluarkan susu yang cukup
buat mereka semua, akan tetapi setan menghasut mereka, ia menghias kepada
mereka jalan yang buruk sehingga mereka pura-pura tidak tahu peringatan Nabi
Shalih ‘alaihis salam kepada mereka, hingga akhirnya mereka sepakat
untuk membunuh unta itu. Saat itu, jumlah orang yang sepakat untuk membunuhnya
Sembilan orang sebagaimana difirmankan Allah subhanahu wa ta’ala:
وَكَانَ
فِي الْمَدِينَةِ تِسْعَةُ رَهْطٍ يُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ وَلا يُصْلِحُونَ
“Dan di
kota itu ada sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan
mereka tidak berbuat kebaikan.” (QS. An-Naml [27] : 48)
Selanjutnya mereka bersepakat
dengan kaum mereka yang lain untuk melaksanakan niat buruk itu. Saat itu, yang
bertindak langsung untuk membunuhnya adalah orang yang paling celaka di antara
mereka dan paling besar kerusakannya, ada yang mengatakan, bahwa namanya adalah
Qudar bin Salif.
Maka pada pagi hari, kaum Nabi
Shalih ‘alaihis salam berkumpul di suatu tempat yang luas menunggu
kehadiran unta itu untuk mewujudkan niat jahat mereka itu. Tidak lama kemudian,
unta yang besar itu pun lewat, lalu salah seorang di antara mereka maju dan
memanahnya dengan panah yang tajam yang mengenai betisnya, sehingga unta itu
jatuh ke tanah, maka Qudar bin Salif menusuknya dengan pedang hingga unta itu
pun mati. Ketika itu Nabi Shalih ‘alaihis salam mengetahui perbuatan
yang dilakukan kaumnya itu yang ditambah dengan sikap mengejek beliau dan
mengolok-oloknya dengan berkata:
يَا
صَالِحُ ائْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ
“Wahai
shalih, datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu kepada Kami, jika (betul) kamu
termasuk orang-orang yang diutus (Allah).” (QS. Al-A’raf [7] : 77)
Maka Allah subhanahu wa ta’ala
mewahyukan kepadanya bahwa adzab akan turun menimpa kaumnya setelah berlalu
tiga hari, Nabi Shalih ‘alaihis salam pun berkata kepada kaumnya:
تَمَتَّعُوا
فِي دَارِكُمْ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ ذَلِكَ وَعْدٌ غَيْرُ مَكْذُوبٍ
“Bersukarialah
kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat
didustakan.” (QS. Hud [11] : 65)
Meskipun mereka sudah diancam,
tetapi mereka malah mendustakannya bahkan mengejek beliau. Maka ketika malam
harinya segolongan orang-orang kafir berkumpul dan bermusyawarah untuk membunuh
Nabi Shalih ‘alaihis salam agar mereka dapat bebas darinya sebagaimana
mereka dapat bebas dari unta itu, hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah subhanahu
wa ta’ala:
قَالُوا
تَقَاسَمُوا بِاللَّهِ لَنُبَيِّتَنَّهُ وَأَهْلَهُ ثُمَّ لَنَقُولَنَّ لِوَلِيِّهِ
مَا شَهِدْنَا مَهْلِكَ أَهْلِهِ وَإِنَّا لَصَادِقُونَ وَمَكَرُوا مَكْرًا وَمَكَرْنَا
مَكْرًا وَهُمْ لا
“Mereka
berkata, “Bersumpahlah kamu dengan nama Allah, bahwa kita sungguh-sungguh akan
menyerangnya dengan tiba-tiba beserta keluarganya di malam hari, kemudian kita
katakan kepada ahli warisnya (bahwa) kita tidak menyaksikan kematian
keluarganya itu, dan sesungguhnya kita adalah orang-orang yang benar”. Dan
mereka merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar
(pula), sedang mereka tidak menyadari.” (QS. An-Naml [27] : 49-50)
Akan tetapi Allah subhanahu wa
ta’ala menyegerakan adzab untuk sembilan orang itu, Dia mengirimkan kepada
mereka batu besar dan membinasakan mereka.
Selanjutnya setelah berlalu tiga
hari, maka orang-orang kafir keluar pada pagi hari dari hari ketiga sambil
menunggu benarkah adzab dan siksaan akan menimpa mereka, maka tidak beberapa
lama datanglah suatu suara keras yang mengguntur dari langit dan goncangan bumi
yang keras dari bawah mereka, sehingga nyawa mereka melayang, lalu mereka mati
bergelimpangan di rumahnya, seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat
itu. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
فَتِلْكَ
بُيُوتُهُمْ خَاوِيَةً بِمَا ظَلَمُوا إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
وَأَنْجَيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ
“Maka
itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh disebabkan kezaliman mereka.
Sesungguhnya pada yang demikian itu (terdapat) pelajaran bagi kaum yang
mengetahui. Dan telah Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan mereka itu
selalu bertakwa.” (QS. An-Naml [27] : 52-53)
Demikianlah Allah subhanahu wa
ta’ala mengadzab kaum Nabi Shalih ‘alaihis salam karena kekafiran
dan sikap keras kepala mereka, dan karena mereka berani membunuh unta Allah subhanahu
wa ta’ala itu serta mengolok-olok Nabi-Nya dan tidak beriman kepadanya.
Maka setelah pembinasaan itu, Nabi Shalih ‘alaihis salam dan kaumnya
yang beriman berdiri memperhatikan mereka. Nabi Shalih ‘alaihis salam
berkata:
يَا
قَوْمِ لَقَدْ أَبْلَغْتُكُمْ رِسَالَةَ رَبِّي وَنَصَحْتُ لَكُمْ وَلَكِنْ لا تُحِبُّونَ
النَّاصِحِينَ
“Wahai
kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan aku
telah memberi nasihat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang
memberi nasihat.” (QS. Al-A’raf [7] : 79)
Dengan adzab itu maka habislah
negeri itu dibinasakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, karena mereka
tidak mengindahkan seruan nabinya. Sedangkan Nabi Shalih ‘alaihis salam
dan pengikutnya pindah ke Hadramaut, ada juga yang mengatakan ke Mekkah. Adapun
mereka yang terlepas dari adzab Allah subhanahu wa ta’ala kala itu ada
120 orang dan di negeri yang baru itulah mereka menyusun kehisupan baru. Nabi
Shalih ‘alaihis salam wafat di Makkah pada usia 85 tahun. (Tarikh
Ath-Thabari, Jilid 1 hal. 141)
0 Comment for "Gempa Dahsyat Membinasakan Kaum Tsamud"