Nabi Adam ‘Alaihis Salam di Surga

“Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah [2] : 30)

Nabi Adam ‘alaihis salam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah subhanahu wa ta’ala dari tanah dan istri beliau Hawa diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam ‘alaihis salam. Diriwayatkan Nabi Adam ‘alaihis salam diciptakan Allah subhanahu wa ta’ala pada hari Jum’at. (Tarikh Ath-Thabari, Jilid 1 hal. 75-76) Beliau adalah nenek moyang manusia, maka disebutlah manusia saat ini dengan Bani Adam ‘alaihis salam karena manusia adalah anak-anak cucu Adam dan Hawa. Menurut riwayat yang diceritakan dalam Kitab Taurat Nabi Adam ‘alaihis salam hidup selama 930 tahun (Taurat, Kitab Kejadian [5] : 5) dan menurut beberapa sumber Nabi Adam ‘alaihis salam hidup antara tahun 3760 SM hingga 2830 SM. Penciptaan Nabi Adam ‘alaihis salam disebutkan dalam Al-Quran, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (QS. Al-Hijr [15] : 26)

Nabi Adam ‘alaihis salam diciptakan Allah subhanahu wa ta’ala untuk menunjukkan kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala secara nyata kepada seluruh makhluknya. Allah subhanahu wa ta’ala memberitahukan kepada seluruh makhluk, Malaikat dan jin pada saat itu bahwa Allah subhanahu wa ta’ala akan menciptakan seorang manusia di bumi yang terus menerus melanjutkan keturunan dari generasi ke generasi.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (QS. Al-Baqarah [2] : 30)

Malaikat pun heran mendengarnya dan yang mengejutkan mereka pula adalah karena manusia suka mengumbar hawa nafsunya. Dalam pengetahuan malaikat, sebagaimana sifat alamiah manusia, mereka suka merusak dan menumpahkan darah.

قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ  قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

“Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah [2] : 30)

Maka diciptakan Nabi Adam ‘alaihis salam sebagai seorang manusia pertama. Malaikat dan jin dikumpulkan untuk menyaksikan kehebatan manusia. Maka diajarkan kepada Adam ‘alaihis salam semua nama alam seluruhnya, baik jenisnya, sifatnya maupun geraknya, lalu diperlihatkan kepada para malaikat.

وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam ‘nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!” (QS. Al-Baqarah [2] : 31)

Merekapun akhirnya sadar bahwa Allah subhanahu wa ta’ala mempunyai rahasia-Nya sendiri untuk menciptakan khalifah di bumi. Sesungguhnya karena kemampuan manusia itulah mereka layak menjadi khalifah di bumi sementara bagi mereka yang merusak dan menumpahkan darah maka tidak layaklah bagi mereka menjadi khalifah. Para malaikat akhirnya bersimpuh.

قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

“Mereka berkata: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah [2] : 32)

Maka Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada Adam ‘alaihis salam untuk memberitahukan kepada mereka nama-nama benda yang tidak diketahui para malaikat. Mulailah Adam ‘alaihis salam menyebutkan nama-nama benda yang diperlihatkan kepadanya.

قَالَ يَا آدَمُ أَنبِئْهُم بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنبَأَهُم بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُل لَّ كُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنتُمْ تَكْتُمُونَ

“Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.” Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: “Bukankah sudah Ku-katakan kepada Adam, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?” (QS. Al-Baqarah [2] : 33)

Kemudian terjadilah dialog antara Adam ‘alaihis salam dengan para malaikat sebagaimana yang diceritakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kita:

خَلَقَ اللَّهُ آدَمَ وَطُولُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا ثُمَّ قَالَ اذْهَبْ فَسَلِّمْ عَلَى أُولَئِكَ مِنْ الْمَلَائِكَةِ فَاسْتَمِعْ مَا يُحَيُّونَكَ تَحِيَّتُكَ وَتَحِيَّةُ ذُرِّيَّتِكَ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ فَقَالُوا السَّلَامُ عَلَيْكَ وَرَحْمَةُ اللَّهِ فَزَادُوهُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ فَكُلُّ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ آدَمَ فَلَمْ يَزَلْ الْخَلْقُ يَنْقُصُ حَتَّى الْآنَ

“Allah menciptakan Adam dan tingginya 60 hasta (±27,432 meter). Kemudian Ia berkata, “Pergilah dan berilah salam kepada para malaikat dan dengarkanlah bagaimana mereka memberi salam kepada Adam, karena itu akan menjadi salam bagimu dan salam bagi keturunanmu.” Ia berkata: “As-salamu ‘alaikum (damai besertamu).” Mereka berkata: “As-salamu ‘alaikum wa rahmatullah (damai ada atasmu dan kemurahan Allah).” Maka mereka menambahkan kata-kata wa rahmatullah. Dan setiap orang yang memasuki firdaus akan memasukinya dalam wujud Adam. Orang senantiasa menjadi semakin pendek hingga sekarang.” (HR. Al-Bukhari no. 3336 dan Muslim no. 7092)

Kemudian setelah dialog itu, Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan para malaikat untuk sujud kepada Adam ‘alaihis salam.

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada  Adam ‘alaihis salam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis, ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah [2] : 34)

Iblis menolak perintah Allah subhanahu wa ta’ala karena ia menyombongkan dirinya yang diciptakan Allah subhanahu wa ta’ala dari api, ia merasa bahwa tidak pantas baginya unuk bersujud kepada Adam ‘alaihis salam, dalam benaknya justru Adam ‘alaihis salam yang harus bersujud kepadanya. Ia menolak untuk memberikan penghormatan kepada manusia. Menurut Imam Ath-Thabari rahimahullah nama Iblis itu adalah Al-Harits karena ia penjaga surga dan merupakan malaikat yang dihormati sebelumnya, sedangkan Ibnu Katsir rahimahullah menyebutnya bernama Azazil. Karena kesombongannya, Iblis diusir dari surga dan sebab itulah kesombongan menjadi dosa pertama dan terbesar.

قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا لَكَ أَلَّا تَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ قَالَ لَمْ أَكُنْ لِأَسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ وَإِنَّ عَلَيْكَ اللَّعْنَةَ إِلَىٰ يَوْمِ الدِّينِ

“Allah berfirman: “Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?” Berkata Iblis: “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” Allah berfirman: “Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat.” (QS. Al-Hijr [15] : 32-35)

Kesombongan Iblis itu telah membuat Allah subhanahu wa ta’ala murka kepadanya dan mengusirnya dari surga dan sejak saat itu, Jin tidak boleh tinggal lagi di surga. Betapa dendamnya Iblis karena dirinya telah terusir dari surga akibat Adam ‘alaihis salam. Dendam ini terus dikobarkannya kepada umat manusia yang merupakan cucu-cucu Adam ‘alaihis salam, sampai hari kiamat. Iblis mencari-cari cara untuk membuat Adam ‘alaihis salam keluar dari surga seperti dirinya.

Adam ‘alaihis salam tinggal di surga yang penuh dengan kenikmatan. Terdapat segala yang diinginkan dan tak terkata oleh kita kenikmatannya, karena tiada yang dapat disesuaikan dengan kenikmatan dunia ini. Bertambah dendamlah hati Iblis kepada manusia, sementara ia terusir dari kenikmatan itu, sebaliknya manusia malah memperoleh kenikmatan itu.

Lama-kelamaan, sebagaimana layaknya manusia, muncul juga rasa kesepian Nabi Adam ‘alaihis salam dengan kenikmatan yang begitu sempurna. Ia merasakan betapapun, ia membutuhkan seorang pendamping untuk diajaknya bertatakrama, seorang untuk diajaknya berbicara dan berjalan-jalan di sekeliling surga. Maka Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan seorang manusia dari lawan jenisnya yaitu Hawa yang menjadi nenek dari seluruh manusia untuk menjadi kawan dalam suka dan dukanya. Betapa bahagianya Adam ‘alaihis salam ketika ia bangun dari tidurnya ia mendapatkan Hawa sebagai pendampingnya.

وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا

“Dan Kami berfirman: “Hai  Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah [2] : 35)

Adam dan Hawa menikmati pemberian Allah subhanahu wa ta’ala yang besar itu dengan penuh kebahagiaan. Hanya satu hal yang menjadi larangan bagi mereka berdua seperti difirmankan Allah subhanahu wa ta’ala:

وَلَا تَقْرَبَا هَٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ

“Dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah [2] : 35)

Larangan itu diujikan kepada Adam dan Hawa agar dapat menahan diri dari hawa nafsunya, sehingga mereka selamat dari kerusakan dan tidak terusir dari surga. Mereka berdua taat pada perintah Allah subhanahu wa ta’ala dan menjauhkan larangan satu-satunya yang disampaikan kepada mereka, untuk tidak mendekati pohon itu. Pohon yang dilarang oleh Allah subhanahu wa ta’ala bagi Adam ‘alaihis salam tidak dapat dipastikan, sebab Al-Quran dan Al-Hadits tidak menerangkannya. Ada yang menamakannya pohon Khuldi sebagaimana tercatat dalam Al-Quran surat Thaha ayat 120, tetapi nama itu adalah nama yang diberikan setan. Ibnu Katsir rahimahullah menyebutnya pohon kurma, Mujahid rahimahullah menyebut pohon itu adalah pohon Tin, sedangkan Imam Ath-Thabari rahimahullah berpendapat bahwa pohon itu adalah pohon surga yang tidak bisa disamakan dengan pohon yang kita kenal di dunia.

Dengan dendam yang terus membara, Iblis terus menggoda keduanya untuk mendekati pohon itu. Namun iblis terus menggoda keduanya untuk mendekati pohon itu agar mereka terjerembab dalam dosa dan melanggar perintah Allah subhanahu wa ta’ala. Merekapun akan terusir dari surga seperti dirinya, begitu fikirnya. Hanya itulah satu-satunya celah untuk menggoda Adam dan Hawa agar termakan oleh bujuk rayunya. Satu kali, dua kali, tidak berhasil juga usaha Iblis menggoda mereka. Sampai akhirnya, tibalah Iblis dengan bujuk rayunya yang penghabisan dengan memutarbalikkan kebenaran dengan kesesatan dan kesesatan dengan kebenaran. Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan:

فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْآتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَٰذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ

“Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan setan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga). Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua.” (QS. Al-A’raf [7] : 20-21)

Pada mulanya, tidak sedikitpun Adam ‘alaihis salam tergiur dengan rayuan setan ini, kalau saja seandainya Hawa yang menjadi pendampingnya tidak mengajaknya untuk sekali saja mencoba buah pohon yang dilarang Tuhan itu. Namun, sekeras apapun hati manusia, akan lunak juga pada hati wanita, iapun tak kuasa lagi menahan ajakan Hawa yang terus menerus mengajaknya untuk mencoba buah pohon itu.

Dan mereka tidak hanya mendekati pohon yang dilarang Allah subhanahu wa ta’ala kepada mereka, tetapi bahkan mereka terus memakan buah pohon yang menggiurkan manusia jika melihatnya. Ketika mereka telah memakannya, terbukalah pakaian mereka, terlihatlah aurat kemaluan mereka. Surga yang hilang telah membayang di mata mereka dan murka Tuhan sungguh mereka takutkan. Mereka menutupi aurat mereka dengan daun surga, malu dengan keadaannya.

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf [7] : 23)

Melihat itu sadarlah mereka atas apa yang telah mereka lakukan dan menyesali peristiwa itu. Namun kesadaran mereka terlambat, sesal kemudian tiada berguna. Hukum Allah subhanahu wa ta’ala tetap berlaku bagi mereka.

فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَىٰ حِينٍ

“Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.” (QS. Al-Baqarah [2] : 36)

Terusirlah mereka berdua dari surga akibat perbuatan mereka. Seandainya saja larangan Allah subhanahu wa ta’ala itu dipatuhi, niscaya mereka akan tetap mendapatkan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala yang sangat besar. Dan dari situlah manusia menyadari bahwa mereka mempunyai kelemahan yang akan membawa mereka pada kesesatan. Dan satu-satunya jalan yang dapat menyelamatkan mereka dari siksa Allah subhanahu wa ta’ala adalah mengikuti petunjuk Allah subhanahu wa ta’ala sebaik-baiknya.

فَتَلَقَّىٰ آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

“Kemudian  Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah [2] : 37)

Malang tak dapat ditolak, merekapun akhirnya diturunkan ke bumi. Akhirnya mereka diusir dari surga dan diturunkan ke dunia. Kepada mereka telah dituliskan ketetapan, rizqi dan ajal mereka. Dan akan terjadi dengan pasti bahwa sebagian manusia dengan sebagian lainnya akan bermusuhan. Kemudian Nabi Adam ‘alaihis salam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, berupa petunjuk agar mereka selamat dari kesesatan.

0 Comment for "Nabi Adam ‘Alaihis Salam di Surga"

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top