Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam Mencari Tuhannya

“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (QS. Al-An’am [6] : 79)

Nabi Ibrahim ‘alaihis salam merupakan nabi dan rasul dalam agama Samawi. Ia mendapat gelar dari Allah subhanahu wa ta’ala dengan gelar Khalilullah. Selain itu ia bersama anaknya, Nabi Ismail ‘alaihis salam terkenal sebagai pendiri baitullah. Ia diangkat menjadi nabi yang diutus untuk kaum Kaldan yang terletak di kota Ur, negeri yang disebut kini sebagai Irak. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam merupakan salah satu dari kelima nabi Ulul Azmi. Nama Ibrahim ‘alaihis salam disebut sebanyak 69 kali dalam Al-Qur'an. Nama asli beliau adalah Abram bin Tarikh namun di ubah oleh Allah subhanahu wa ta’ala menjadi Abraham atau dalam dialek Arab menjadi Ibrahim karena Allah subhanahu wa ta’ala menakdirkan beliau menjadi bapak dari sejumlah bangsa yang besar. Menurut beberapa riwayat dari beliaulah dilahirkan bangsa-bangsa besar seperti bangsa Arab dari keturunan istrinya Hajar dan putranya Nabi Ismail ‘alaihis salam, bangsa Israil dari keturunan istrinya Sarah dan putranya Nabi Ishaq ‘alaihis salam dan bangsa Madyan hingga bangsa Parsi dari keturunan istrinya Qanthura. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam merupakan anak dari Tarikh bin Nahur bin Sarugh bin Argu bin Faligh bin Amir bin Syalakh bin Qainan bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh. Dilahirkan di Sawad, Babilonia pada zaman raja Namrud. (Tarikh Ath-Thabari, Jilid 1 hal. 142-143) Sedangkan Azar yang tercatat dalam Al-Quran adalah seorang tukang pembuat patung yang kemudian patung itu dijadikan sesembahan dan disebutkan bukanlah ayah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, akan tetapi bapak angkatnya. Menurut beberapa sumber Nabi Ibrahim ‘alaihis salam hidup antara tahun 1997 SM hingga 1822 SM.

Menurut sejarah, Namrud adalah raja pertama yang menjadi penguasa besar dunia yang menguasai Timur dan barat di zamannya. Nama aslinya adalah Ad-Dohhak bin Andarmasib. Dia adalah anak dari Kausy bin Kanaan bin Ham bin Nuh. Raja Namrud adalah seorang raja yang memerintah tanpa undang-undang karena dia menganggap dialah undang-undang itu. Raja Namrud adalah raja yang sangat kafir dan dia mengaku bahwa dirinya adalah Tuhan.

Menurut riwayat, raja Namrud mendengar ahli nujumnya bahwa aka nada anak yang dilahirkan, seorang laki-laki yang akan menentangnya dan menghancurkan kekuasaannya. Maka diperintahkan oleh Namrud seluruh anak yang lahir saat itu harus dibunuh. Maka dibunuhlah anak-anak yang lahir pada bulan itu. Sehingga banyak wanita yang tidak mau melahirkan di bulan itu. Akan tetapi ibu Nabi Ibrahim ‘alaihis salam menyembunyikan kehamilannya. Pada saat kesempatan baik ia keluar menuju gua untuk melahirkan anaknya. Setiap saat ia datangi tempat itu untuk melihat keadaannya. Dilihatnya anak itu tetap sehat sedang menghisap telunjuk jari tangannya.

Nabi Ibrahim ‘alaihis salam adalah seorang anak yang sangat cerdas. Saat usianya semakin dewasa, mulailah ia memikirkan siapakah Tuhan yang berhak disembah. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam membaca kedaan di sekitarnya yang penuh dengan kemaksiatan dan kesyirikan. Timbul pertanyaan dalam hatinya, Kenapa patung-patung yang tidak bisa berbicara, mendengar dan melihat ini disembah? Benarkah ini Tuhan? Siapa penciptanya?

Siang malam ia mencari Tuhan dengan akalnya. Kemudian akhirnya Allah subhanahu wa ta’ala memberikan petunjuk kepadanya sehingga dia dapat mengenal Allah subhanahu wa ta’ala, Tuhannya. Allah subhanahu wa ta’ala juga menjadikannya sebagai Nabi dan Rasul kepada kaumnya untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya, mengeluarkan mereka dari menyembah patung dan berhala menuju penyembahan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لا أُحِبُّ الآفِلِينَ فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لأكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam.Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat. Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (QS. Al-An’am [6] : 76-79)

Allah subhanahu wa ta’ala juga menurunkan suhuf (lembaran) kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam yang di dalamnya terdapat adab, nasihat, dan hukum-hukum agar beliau menunjuki kaumnya, mengajarkan kepada mereka dasar-dasar agama, serta menasihati mereka untuk taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala, Tuhan mereka, mengikhlaskan ibadah kepada-Nya, dan menjauhi segala perbuatan yang bertentangan dengan akhlak yang mulia.

0 Comment for "Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam Mencari Tuhannya"

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top