Pengorbanan Keluarga Ibrahim ‘Alaihis Salam

“Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaffat [37] : 102)

Disebutkan dalam riwayat bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam adalah dermawan yang terkenal, karena banyaknya harta yang beliau infakkan. Diriwayatkan bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam apabila hendak makan, beliau berjalan satu sampai dua mil untuk mengajak orang makan bersamanya. Tetapi seringkali harta yang melimpah tidak selamanya merupakan kebahagiaan. Beliau sangat mengharapkan hadirnya seorang anak di tengah-tengah keluarganya. Beliau tidak punya anak sampai berumur tua. Kesukaannya berinfak di jalan Allah subhanahu wa ta’ala membuatnya berucap: “Sesungguhnya bila aku dikaruniai seorang anak dan aku diminta berqurban maka akan aku qurbankan.”

Nabi Ibrahim ‘alaihis salam ingin sekali memiliki keturunan yang shalih yang beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan membantu urusannya, istrinya yang bernama Sarah pun mengetahui apa yang diharapkan suaminya sedangkan dirinya mandul, maka Sarah memberikan budaknya yang bernama Hajar kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam agar suaminya memiliki anak darinya.

Selanjutnya, Hajar pun hamil dan melahirkan Nabi Ismail ‘alaihis salam yang akan menjadi seorang nabi. Setelah beberapa waktu dari kelahiran Ismail, Allah subhaanahu wa ta’ala memerintahkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam pergi membawa Hajar dan Ismail ke Mekkah, maka Nabi Ibrahim ‘alaihis salam memenuhi perintah itu dan ia pun pergi membawa keduanya ke Mekah di dekat tempat yang nantinya akan dibangunkan ka’bah.

Tidak lama setelah sampai di sana, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam meninggalkan Hajar dan Ismail di tempat tersebut dan ingin kembali ke Syam. Ketika Hajar melihat Nabi Ibrahim ‘alaihis salam pulang, maka Hajar segera mengejarnya dan memegang bajunya sambil berkata, “Wahai Ibrahim, kamu mau pergi kemana? Apakah kamu (tega) meninggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang manusia dan tidak ada sesuatu apa pun ini?” Hajar terus saja mengulang-ulang pertanyaannya berkali-kali hingga akhirnya Ibrahim tidak menoleh lagi kepadanya. Akhirnya Hajar bertanya, “Apakah Allah yang memerintahkan kamu atas semua ini?” Ibrahim menjawab, “Ya.” Hajar berkata, “Kalau begitu, Allah tidak akan menelantarkan kami.”

Singkat cerita, suatu hari Nabi Ibrahim ‘alaihis salam berkunjung menemui Hajar dan anaknya untuk menghilangkan rasa rindunya. Maka pada suatu hari, saat Nabi Ibrahim ‘alaihis salam telah bersama anaknya, ia bermimpi bahwa dirinya menyembelih putranya, yaitu Nabi Ismail ‘alaihis salam. Setelah ia bangun dari tidurnya, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam pun mengetahui bahwa mimpinya itu adalah perintah dari Allah subhaanahu wa ta’ala karena mimpi para nabi adalah hak (benar), maka Nabi Ibrahim ‘alaihis salam mendatangi anaknya dan berbicara berdua bersamanya.

قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

“Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaffat [37] : 102)

Nabi Ibrahim ‘alaihis salam membawa anaknya ke Mina untuk melaksanakan qurban sebagaimana diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan Nabi Ismail ‘alaihis salam berjalan menyusuri Mina. Di tengah perjalanan datanglah setan menggoda Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan keluarganya untuk menggagalkan rencananya. Tetapi Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan keluarganya tidak goyah dan tetap mentaati perintah Allah subhanahu wa ta’ala. Mereka melempar setan-setan itu dengan batu-batu kerikil yang ada di jalan-jalan itu sebanyak tujuh kali sehingga setan itu musnah. (HR. Ahmad) Kejadian inilah yang kemudian diabadikan menjadi manasik haji jumrah aqabah, jumrah ula dan wustha.

Setelah sampai di Jabal Qurban, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam segera menaruh kain di atas muka anaknya agar ia tidak melihat muka anaknya yang dapat membuatnya terharu, sedangkan Nabi Ismail ‘alaihis salam telah siap menerima keputusan Allah subhanahu wa ta’ala. Ketika Nabi Ibrahim ‘alaihis salam telah membaringkan anaknya di atas pelipisnya dan keduanya telah menampakkan rasa pasrahnya kepada Allah subhanahu wa ta’ala, maka Nabi Ibrahim ‘alaihis salam mendengar seruan Allah subhanahu wa ta’ala:

وَنَادَيْنَاهُ أَن يَا إِبْرَاهِيمُ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ

“Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Ash-Shaffat [37] : 104-105)

Tidak lama setelah ada seruan itu, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam melihat Malaikat Jibril ‘alaihis salam dengan membawa kambing yang besar. Maka Nabi Ibrahim ‘alaihis salam mengambilnya dan menyembelihnya sebagai ganti dari Nabi Ismail ‘alaihis salam.

Dari sinilah asal permulaan sunnah berkurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap hari raya Idul Adha di seluruh pelosok dunia.

Setelah kejadian itu, Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan mereka untuk membangun Ka’bah. Dan malaikat Jibril ‘alaihis salam menuntun mereka dalam pembangunan baitullah itu. Ketika sampai di tempat Hajar menemukan air zam-zam maka dibangunlah Ka’bah.

وَإِذْ بَوَّأْنَا لِإِبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ أَنْ لَا تُشْرِكْ بِي شَيْئًا وَطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْقَائِمِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ

“Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): “Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku' dan sujud.” (QS. Al-Hajj [22] : 26)

Baitullah akhirnya kita kenal saat ini sebagai Ka’bah, telah dibangun oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan keluarganya. Allah subhanahu wa ta’ala menggambarkan:

إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ فِيهِ آَيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَقَامُ إِبْرَاهِيمَ وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آَمِنًا

“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim, barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia.” (QS. Ali Imran [3] : 96-97)

Setelah Baitullah itu terbangun dengan baik, maka Allah subhanahu wa ta’ala mewahyukan kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam untuk melaksanakan haji, maka diwajibkanlah haji untuk orang-orang yang beriman.

وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُرَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.  Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah [2] : 127-129)

Demikianlah pernyataan Allah subhanahu wa ta’ala kepada manusia bahwa rumah ibadah yang pertama kali diperuntukkan bagi manusia adalah Ka’bah yang berada di Mekkah. Agar manusia mengagungkan nama-Nya dan memuliakan-Nya, serta tidak menyekutukan-Nya dengan apapun juga.

Allah subhanahu wa ta’ala memuji Nabi-Nya Ismail ‘alaihis salam dan menyifatinya dengan sifat hilm (santun), sabar, menepati janji, menjaga shalat dan memerintahkan keluarganya menjaga shalat.

وَ اذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولاً نَبِيّاً وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيّاً

“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh ahlinya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya.” (QS. Maryam [19] : 54-55)

Nabi Ismail ‘alaihis salam menjadi rasul yang diutus kepada kabilah-kabilah yang tinggal di sekitar sumur zam-zam, kabilah Jurhum, ‘Amaliq, dan penduduk Yaman. Allah subhanahu wa ta’ala memberikan wahyu kepadanya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَىٰ نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَعِيسَىٰ وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَارُونَ وَسُلَيْمَانَ وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُورًا

“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Dawud.” (QS. An-Nisa’ [4] : 163)

Nabi Ismail ‘alaihis salam adalah nenek moyang bangsa Arab dan ia adalah orang yang pertama memanah. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

ارْمُوا بَنِي إِسْمَاعِيلَ، فَإِنَّ أَبَاكُمْ كَانَ رَامِيًا

“Panahlah wahai keturunan Ismail, karena nenek moyangmu adalah seorang pemanah.” (HR. Al-Bukhari)

Nabi Ismail ‘alaihis salam wafat dalam usia 300 tahun dan dimakamkan di Hijr bersama ibunya Hajar. Anak-anak Nabi Ismail ‘alaihis salam ada 12 yaitu, Nabit, Qaidar, Adbiel, Mabsya, Masma, Dama, Masa, Adad, Watur, Nafis, Thama dan Qaidiman. (Tarikh Ath-Thabari, Jilid 1 hal. 189)

0 Comment for "Pengorbanan Keluarga Ibrahim ‘Alaihis Salam"

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top