“Tahukah kamu bahwa Shalih diutus
(menjadi Rasul) oleh Tuhannya?” Maka golongan yang beriman tetap percaya dengan
apa yang dibawa Nabi Shalih ‘alaihis salam, mereka berkata, “Sesungguhnya Kami
beriman kepada wahyu, yang Shalih diutus untuk menyampaikannya.” (QS. Al-A’raf
[7] : 75)
Nabi Shalih ‘alaihis salam
adalah anak Ubaid bin Asif bin Masikh bin Ubaid bin Khadir bin Tsamud, kaumnya
bernama kaum Tsamud, sebutan itu adalah nama yang dinisbatkan kepada nama
kakeknya yang bernama Tsamud bin Jatsir bin Imran bin Sam bin Nuh. (Tarikh
Ath-Thabari, Jilid 1 hal. 138) Nabi Shalih ‘alaihis salam menurut
beberapa sumber hidup antara tahun 2150 SM hingga 2080 SM dan beliau diangkat
menjadi nabi pada tahun 2100 SM. Ketidakjelasan dalam hipotesa periode waktu
dan kesamaan dari nama, telah membuat orang memiliki opini bahwa Nabi Shalih ‘alaihis
salam adalah seorang nabi yang bernama Shelah dalam Taurat, sedangkan
kontroversinya adalah sejak tidak adanya kesamaan kisah di antara kisah Nabi
Shalih ‘alaihis salam di Al-Qur'an dan kisah Shelah di Taurat. Banyak
cendekiawan muslim menyamakan kisah kaum Tsamud dengan sejarah Petra, sesuai
dengan kisah mereka yang hidup di dalam batu-batuan cadas untuk dijadikan
tempat tinggal.
Nabi Shalih ‘alaihis salam di
utus kepada kaum Tsamud. Kaum Tsamud tinggal di daerah yang sebelumnya
ditempati oleh kaum Aad. Negeri yang telah kosong ditinggalkan oleh bangsa Aad
yang musnah karena di adzab oleh Allah subhanahu wa ta’ala karena
kekafirannya. Imam Ath-Thabari rahimahullah menyatakan mereka tinggal di antara Hijaz dan Syam,
mereka tinggal di gua sampai lembah dan menjadikan gunung-gunung sebagai rumah
mereka. (Tarikh Ath-Thabari, Jilid 1 hal. 139) Di daerah Hijr yang terletak
antara Hijaz dan Syam, dimana tempat tersebut sekarang disebut Mada’in
Shalih. Sedangkan Ibnu Katsir rahimahullah menulis bahwa mereka
tinggal di kota batu antara Tabuk dan Madinah setelah bangsa Aad. (Tafsir Ibnu
Katsir, Jilid 2 hal. 592)
Kehidupan mereka makmur, mereka
memahat gunung dan menjadikannya sebagai rumah. Mereka menempati rumah itu di
musim dingin untuk melindungi mereka dari hujan dan angin kencang. Mereka juga
membuat istana pada tanah-tanah yang datar yang mereka tempati di musim panas.
Allah subhanahu wa ta’ala mengaruniakan kepada mereka nikmat yang begitu
banyak, Dia memberikan kepada mereka tanah yang subur, air tawar yang melimpah,
kebun-kebun yang banyak, tanaman-tanaman, dan buah-buahan. Akan tetapi, mereka
membalas nikmat tersebut dengan sikap ingkar, mereka kafir kepada Allah subhanahu
wa ta’ala, dan tidak menyembah-Nya, yang mereka sembah malah patung dan
menjadikannya sebagai sekutu bagi Allah subhanahu wa ta’ala. Kepada
patung-patung itu, mereka berdoa, mempersembahkan korban, dan memberikan sikap
tadharru’ (perendahan diri) kepadanya.
Maka Allah subhanahu wa ta’ala
ingin memberi mereka hidayah dengan mengutus seorang nabi di antara mereka,
yaitu Nabi Shalih ‘alaihis salam. Ia adalah seorang yang mulia, bertakwa
dan dicintai di kalangan mereka. Nabi Shalih ‘alaihis salam menyeru
mereka:
يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ
مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الأرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ
ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ
“Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia
telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya,
karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya
Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).” (QS. Hud
[11] : 61)
Namun kaum Tsamud menolak seruannya
itu dan mereka berkata:
يَا صَالِحُ قَدْ كُنْتَ فِينَا مَرْجُوًّا
قَبْلَ هَذَا أَتَنْهَانَا أَنْ نَعْبُدَ مَا يَعْبُدُ آبَاؤُنَا وَإِنَّنَا لَفِي
شَكٍّ مِمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ مُرِيبٍ
“Hai
Shaleh, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami
harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh
bapak-bapak kami? dan sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan yang
menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami.” (QS. Hud [11] :
62)
Meskipun begitu, Nabi Shalih ‘alaihis
salam tidak membalas ejekan mereka dan tetap terus mendakwahi mereka.
Beliau mengingatkan mereka dengan peristiwa yang menimpa umat-umat sebelum
mereka berupa pembinasaan yang disebabkan kekafiran dan sikap keras mereka.
Beliau berkata:
وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ
مِنْ بَعْدِ عَادٍ وَبَوَّأَكُمْ فِي الأرْضِ تَتَّخِذُونَ مِنْ سُهُولِهَا قُصُورًا
وَتَنْحِتُونَ الْجِبَالَ بُيُوتًا فَاذْكُرُوا آلاءَ اللَّهِ وَلا تَعْثَوْا فِي الأرْضِ
مُفْسِدِينَ
“Dan
ingatlah olehmu di waktu Allah menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang
berkuasa) setelah kaum ‘Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan
istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya
untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu
merajalela di muka bumi membuat kerusakan.” (QS. Al-A’raf [7] : 74)
Nabi Shalih ‘alaihis salam juga
mengingatkan nikmat-nikmat Allah subhanahu wa ta’ala kepada mereka:
أَتُتْرَكُونَ فِي مَا هَا هُنَا آمِنِينَ
فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ وَزُرُوعٍ وَنَخْلٍ طَلْعُهَا هَضِيمٌ وَتَنْحِتُونَ مِنَ الْجِبَالِ
بُيُوتًا فَارِهِينَ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ وَلا تُطِيعُوا أَمْرَ الْمُسْرِفِينَ
الَّذِينَ يُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ وَلا يُصْلِحُونَ
“Apakah
kamu akan dibiarkan tinggal di sini (di negeri kamu ini) dengan aman, Di dalam
kebun-kebun serta mata air, Dan tanam-tanaman dan pohon-pohon kurma yang
mayangnya lembut. Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan
rumah-rumah dengan rajin; Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku;
Dan janganlah kamu menaati perintah orang-orang yang melewati batas, Yang
membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan“. (QS.
Asy-Syu’ara [26] : 146-152)
Selanjutnya beliau menerangkan kepada
mereka jalan yang lurus, yaitu beribadah hanya beribadah kepada Allah subhanahu
wa ta’ala, dan bahwa sekiranya mereka mau meminta ampun dan bertaubat
kepada Allah subhanahu wa ta’ala, niscaya Allah subhanahu wa ta’ala
akan mengampuni dan menerima taubat mereka, Beliau berkata:
يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ
مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الأرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ
ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ
“Wahai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan yang berhak
disembah selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi dan menjadikan kamu
pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertaubatlah kepada-Nya,
sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa
hamba-Nya).” (QS. Hud [11] : 61)
Maka berimanlah segolongan kaumnya
yang fakir, sedangkan golongan yang kaya tetap kafir dan bersikap sombong sambil
mendustakan, mereka berkata:
أَبَشَرًا مِنَّا وَاحِدًا نَتَّبِعُهُ
إِنَّا إِذًا لَفِي ضَلالٍ وَسُعُرٍ أَؤُلْقِيَ الذِّكْرُ عَلَيْهِ مِنْ بَيْنِنَا
بَلْ هُوَ كَذَّابٌ أَشِرٌ
“Bagaimana
kita akan mengikuti seorang manusia (biasa) di antara kita? Sesungguhnya kalau
kita begitu, kita benar-benar berada dalam keadaan sesat dan gila, Apakah wahyu
itu diturunkan kepadanya di antara kita? Sebenarnya dia adalah seorang yang
sangat pendusta lagi sombong.” (QS. Al-Qamar [54] : 24-25)
Ketika itu Pemuka-pemuka yang
menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap
lemah yang telah beriman di antara mereka:
الْمَلأ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا مِنْ قَوْمِهِ
لِلَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِمَنْ آمَنَ مِنْهُمْ أَتَعْلَمُونَ أَنَّ صَالِحًا مُرْسَلٌ
مِنْ رَبِّهِ قَالُوا إِنَّا بِمَا أُرْسِلَ بِهِ مُؤْمِنُونَ
“Tahukah
kamu bahwa Shalih diutus (menjadi Rasul) oleh Tuhannya?” Maka golongan yang
beriman tetap percaya dengan apa yang dibawa Nabi Shalih ‘alaihis salam, mereka
berkata, “Sesungguhnya Kami beriman kepada wahyu, yang Shalih diutus untuk
menyampaikannya.” (QS. Al-A’raf [7] : 75)
Sedangkan orang-orang kafir tetap di
atas kesesatannya dan dengan tegas mereka berkata:
الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا بِالَّذِي
آمَنْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ
“Sesungguhnya
Kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu.” (QS.
Al-A’raf : 76)
0 Comment for "Seruan Nabi Shalih ‘Alaihis Salam Kepada Kaumnya"