Skenario Allah Memang Indah

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2] : 216)


Pernahkah ingat awal kisah cinta Ali bin Abi Thalib dengan Fathimah? Sepupu muda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang disebut-sebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai gerbang ilmu pengetahuan ini menaruh hati pada putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di masa-masa remajanya. Bak seorang remaja yang sedang memasuki masa pubertasnya, hatinya dipenuhi keinginan untuk menjadi partner 24 jam-nya Fathimah. Tapi Ali sadar bahwa dirinya tak memiliki apa-apa. Terlebih lagi tersebar berita bahwa Abu Bakar telah meminang Fathimah. Saat itu asa pupus. Ali pun menyadari bahwa dirinya hanya seonggok batu kerikil bila dibandingkan dengan sosok Abu Bakar. Senyum pun tersirat.

Tak lama kemudian, terdengar kabar bahwa lamaran Abu Bakar ditolak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Secercah harapan muncul dalam diri Ali. Tapi kembali terhapus saat Ali mendengar kedatangan Umar mengunjungi kediaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan niat yang sama seperti Abu Bakar. Perang batin berkecamuk di dalam diri Ali. Satu sisi mengatakan bahwa Ali ingin sekali menikahi Fathimah, namun sisi yang lain mengatakan bahwa dirinya tak pantas disandingkan dengan putri seorang utusan mulia.

Namun skenario Allah tak dapat disangka-sangka. Beberapa lama kemudian datang Abu Bakar dengan senyum manisnya sembari membawakan undangan kepada Ali. Undangan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Berbekal rasa penasaran, Ali segera mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Tak ada hari yang paling indah bagi Ali selain hari dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjodohkan Ali dengan putri kesayangannya itu. Betapa bahagia hati Ali mendapatkan tawaran khusus dari Rasul. Plot cerita yang Ali bayangkan ternyata tak dapat mengalahkan kronologi kisah yang telah Allah buat.

Skenario Allah memang indah....

Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, bapak para nabi ini memiliki segudang kisah inspiratif yang mengandung jutaan hikmah didalamnya. Gelar bapak para nabi ini dimulai ketika Nabi Ibrahim ‘alaihis salam ingin memiliki keturunan. Kisahnya bermula ketika Nabi Ibrahim ‘alaihis salam menikahi anak pamannya nan cantik jelita, Sarah. Di usia pernikahannya yang sudah cukup lama, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan Sarah masih belum dikaruniai seorang anak. Keinginan memiliki keturunan ini begitu menggebu-gebu. Tak heran. Setiap pasangan pasti ingin memiliki keturunan yang akan melanjutkan perjuangan dakwahnya. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan Sarah hanya bisa pasrah. Karena bagaimanapun di atas sana ada Dzat Yang Maha Segalanya. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan Sarah menganggap ini sebagai ujian di dalam pernikahan mereka.

Suatu hari, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan Sarah hijrah ke Mesir. Kala itu, Mesir dipimpin oleh raja yang zalim yang hobinya mengoleksi wanita. Kedatangan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan Sarah tercium oleh sang raja. Terlebih kecantikan Sarah yang membuat sang raja ingin memilkinya. Sang raja pun memaksa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam menyerahkan Sarah. Ujian kembali menimpa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam Kedatangan pertamanya ke Mesir harus disambut dengan perlakuan tak pantas seorang raja. Sarah pun berdoa. Ketika itu sang raja merasa lehernya tiba-tiba tercekik. Merasa ketakutan, akhirnya Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan Sarah diminta pergi oleh raja. Sebelum pergi, raja memberikan seorang hamba sahaya kepada mereka. Namanya Hajar.

Doa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam pun terjawab, dari pernikahannya dengan Hajar, lahirlah seorang anak tampan bernama Ismail. Memang sekilas menyakitkan bagi Sarah. Anak pertama Nabi Ibrahim ‘alaihis salam bukan berasal dari dirinya. Sarah pun ingin mempunyai anak. Tapi kisahnya tak berhenti sampai di situ. Tak lama kemudian, Allah mengaruniai anak dari Sarah. Anak itu diberi nama Ishaq. Kedua putra Ibrahim ini diutus menjadi nabi, pembawa risalah Islam. Doa Ibrahim dan Sarah terjawab sudah.

Skenario Allah memang indah..

مَنْ لَمْ يَشْكُرْ عَلَى نَعْمَآئِي وَلَمْ يَصْبِرْ عَلَى بَلآئِي وَلَمْ يَرْضَ بِقَضَآئِي فَلْيَتَّحِذْ رَبًّا سِوَآئِي

“Barang siapa yang tidak ridha terhadap ketentuan-Ku, dan tidak sabar atas musibah dari-Ku, maka carilah Tuhan selain Aku.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Berbahagialah menjadi seorang Muslim. Di saat cobaan datang bertubi-tubi, seorang Muslim diajarkan bagaimana mengelola hati sehingga hatinya tetap sabar dan yakin akan hadirnya sentuhan hangat tangan Sang Khalik. Di saat nikmat turun dari langit, seorang Muslim diajarkan bagaimana menata hati sehingga hatinya senantiasa bersyukur dan menepis jauh kemungkinan munculnya dengki.

Terkadang kita selalu berpikir, mengapa seringkali terjadi hal-hal yang tak sesuai dengan harapan kita. Plot cerita yang telah dirancang sebelumnya seringkali tidak berjalan mulus dikarenakan hadirnya hal-hal di luar kendali kita. Tak jarang diri ini tak kuasa menahan emosi yang muncul. Tapi di situlah letak nikmat dari ujiannya.

وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2] : 216)

Jika kita yakin bahwa semua skenario ini telah dirancang dengan rapi oleh Sang Sutradara Alam Semesta, maka tak perlu takut, tersenyumlah. Jika kita tahu bahwa Sang Khalik tak akan pernah menzhalimi hamba-hamba-Nya, maka tak usah gelisah, tersenyumlah. Jika kita faham bahwa hanya Allah yang Maha Mengetahui apa yang baik untuk kita, maka tak perlu risau, tersenyumlah. Jika kita mengerti bahwa skenario Allah itu adalah skenario yang paling indah, maka tak usah gundah, tersenyumlah..

Ketika Allah sedang menyulam kehidupan hamba-Nya, tak perlu Allah mengungkap rencana-Nya, karena Allah ingin semua terasa indah pada waktunya. Allah ingin melihat hamba-Nya gigih dalam menjalani prosesnya. Allah ingin melihat hamba-Nya bercucuran air mata, bersimpuh di malam hari menghadap-Nya. Allah ingin melihat tegarnya dada hamba-Nya, bersabar dalam menerima cobaanya. Allah ingin melihat senyum dan ucapan syukur keluar dari mulut hamba-Nya tatkala Allah merealisasikan doa hamba-Nya dan rencana terbaik-Nya.

Ruang lingkup penglihatan Allah sangat sangat jauh bila dibandingkan dengan ruang lingkup penglihatan hamba-Nya. Ibarat seseorang yang melihat dari dalam lubang, dan seorang yang lain melihat dari atas menara. Maka, seseorang yang melihat dari atas menara jangkauan pandangannya akan lebih luas dari jangkauan pandangan seseorang yang melihat dari lubang. Oleh karena itu, wajar jika banyak keputusan Allah yang berbeda dari keinginan kita. Karena Allah melihat dari sudut pandang yang luas. Mempertimbangkan berbagai macam pertimbangan, merencanakan sesuatu dari data yang lebih lengkap. Tak pantas bila kita menyalahkan skenario yang Allah buat.

Allah telah merancang skenario yang sempurna. Terkadang Allah menyembunyikan mutiara yang indah di balik sebuah kotak yang terlihat kusam. Kita tak bisa dengan mudahnya menyalahkan setiap kejadian buruk di hadapan, karena siapa tahu kejadian yang indah sedang menunggu selangkah dua langkah di depan kejadian buruk yang menimpa kita itu. Semua akan indah pada waktunya

Skenario Allah memang indah..

Ingatlah Allah di Kala Lapang dan Sempit

“Siapa yang ingin Allah kabulkan permohonnya di waktu Sempit, Maka perbanyaklah berdoa di waktu lapang.” (HR At-Tirmidzi no. 3382 dan Al-Hakim no. 1197)


Sebuah ibrah agung yang layak kita renungi, sebagai nasihat dan anjuran dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk kita jadikan sebagai pedoman dalam menjalani roda kehidupan ini, yaitu senantiasa mengingat Allah subhanahu wa ta’ala dalam situasi apapun.

Sebagaimana terdapat dalam sebuah Hadits Shahih yang diriwayatkan oleh Imam Abu Abdillah Al-Hakim An-Naisaburi rahimahullah dan Imam Abu Isa At-Tirmidzi rahimahullah dalam kitab mereka. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Bersabda:

من سره أن يستجيب الله له عند الشدائد والكرب فليكثر الدعاء في الرخاء

“Siapa yang ingin Allah kabulkan permohonnya di waktu Sempit, maka perbanyaklah berdoa di waktu lapang.” (HR At-Tirmidzi no. 3382 dan Al-Hakim no. 1197)

Diriwayatkan dalam sebuah hadits yang panjang:

عن ابن عباس قال : كنت خلفت رسول الله صلى الله عليه و سلم يوما فقال فقال يا غلام قلت : لبيك يا رسول الله قال : احفظ الله يحفظك احفظ الله تجده أمامك تعرف إلى الله في الرخاء يعرفك في الشدة و إذا سألت فاسأل الله و إذا استعنت فاستعن بالله قد مضى القلم بما هو كائن فلو جهد الناس أن ينفعوك بما لم يقضه الله لك لم يقدروا عليه و لو جهد الناس أن يضروك بما لم يكتبه الله عليك لم يقدروا عليه فإن استطعت أن تعمل بالصبر مع اليقين فافعل فإن لم يستطع فاصبر فإن في الصبر على ما تكرهه خيرا كثيرا و اعلم أن مع الصبر النصر و اعلم أن مع الكرب الفرج و اعلم أن مع العسر اليسر (اخرجه الحاكم والترمذي وغيره)

“Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu, berkata: “Suatu hari aku dibelakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Wahai anak muda, Jagalah Allah, Dia akan menjagamu. Jagalah Allah kau akan dapati Dia di depanmu, Ingatlah pada Allah sewaktu lapang dan Allah akan mengingatmu di waktu Sempit, Jika engkau hendak meminta,mintalah pada Allah, jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Sesungguhnya jika seluruh manusia bersatu, untuk memberi padamu manfaat yang belum Allah takdirkan, maka mereka tidak akan mampu. Telah kering pena,telah selesai (ditulis) kitab-Nya. Bila engkau mampu bekerjalah ikhlas lillahi ta’ala maka lakukanlah. Namun bila tidak mampu maka dalam kesabaran atas yang kau benci terdapat kebaikan. Dan ketahuilah bahwa pertolongan bersama kesabaran, jalan keluar datang bersama kesusahan, bersama kesulitan akan ada kemudahan,dan tidak akan menang satu kesulitan dari dua kemudahan.” (HR. At-Tirmidzi no. 2516 dan Al-Hakim no. 6303)

Seorang mukmin sudah semestinya mengabdikan seluruh hidupnya, untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, mengisinya dengan amal shalih dan terus ikhlas tawakkal berharap, bahwa amal yang dikerjakan diterima agar kelak bisa menikmati hasilnya disisi Allah subhanahu wa ta’ala. Sebuah kaidah hidup yang tidak pernah dan berubah dan terganti oleh apapun. Sebagaiman firman Allah subhanahu wa ta’ala:

إِنْ يَعْلَمِ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ خَيْرًا يُؤْتِكُمْ خَيْرًا مِمَّا أُخِذَ مِنْكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hatimu, niscaya Dia akan memberikan kepadamu yang lebih baik dari apa yang telah diambil dari padamu.” (QS. Al-Anfal [6] : 70)

وَإِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُوا حَكَمًا مِنْ أَهْلِهِ وَحَكَمًا مِنْ أَهْلِهَا إِنْ يُرِيدَا إِصْلَاحًا يُوَفِّقِ اللَّهُ بَيْنَهُمَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا خَبِيرًا

“Allah akan memberi pertolongan bagi hamba-hamba-Nya yang berniat beramal shaleh dan melakukan Perbaikan di Bumi ini. Jika bermaksud mengadakan Perbaikan, niscaya Allah memberinya Pertolongan.” (QS. An-Nisa’ [4] : 35)

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top