Keutamaan Haji

“Dan haji mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga.” (HR. al-Bukhari no. 1773 dan Muslim no. 1349)


Ibadah haji ke Baitullah adalah ibadah yang sangat mulia dan merupakan salah satu rukun Islam. Ibadah haji merupakan kewajiban bagi seorang muslim yang mampu melaksanakannya sekali seumur hidup. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

“Dan hanya karena Allahlah haji ke Baitullah itu diwajibkan bagi manusia yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa yang kafir maka sesungguhnya Allah tidak butuh terhadap seluruh alam semesta.”[1]

Karena ibadah haji merupakan bagian dari pondasi Islam, maka tentu saja ibadah haji ini memiliki banyak keutamaan yang luar biasa. Keutamaan-keutamaan tersebut tercantum baik dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, antara lain:

1.      Berhaji ke Baitullah merupakan amalan yang paling utama

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:

سُئِلَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَىُّ الأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ . قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ جِهَادٌ فِى سَبِيلِ اللَّهِ . قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ حَجٌّ مَبْرُورٌ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya: “Amalan apa yang paling utama?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” Ada yang bertanya lagi: “Kemudian apa lagi?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Jihad di jalan Allah.” Ada yang bertanya kembali: “Kemudian apa lagi?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Haji mabrur.”[2]

2.     Haji mabrur balasannya adalah surga

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ

Dan haji mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga.[3]

al-Imam an-Nawawi rahimahullah berkata:

ومعنى لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ أنه لا يقتصر لصاحبه من الجزاء على تكفير بعض ذنوبه ، بل لا بد أن يدخل الجنة . والله أعلم .

“Dan makna kalimat ‘tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga’ menunjukan bahwa sesungguhnya haji mabrur itu tidak cukup jika pelakunya dihapuskan sebagian kesalahannya, bahkan dia memang layak untuk masuk surga. Wallahu a’lam.”[4]

3.     Berhaji akan menghapuskan dosa-dosa

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ

“Barangsiapa yang berhaji ke Ka’bah lalu tidak berkata-kata seronok dan tidak berbuat kefasikan maka dia pulang ke negerinya sebagaimana ketika dilahirkan oleh ibunya.”[5]

4.     Berhaji akan menghilangkan kefakiran

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تَابِعُوا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ فَإِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ الْفَقْرَ وَالذُّنُوبَ كَمَا يَنْفِى الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ وَالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَلَيْسَ لِلْحَجَّةِ الْمَبْرُورَةِ ثَوَابٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ

Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas, dan perak. Sementara tidak ada pahala bagi haji yang mabrur kecuali surga.”[6]

5.     Haji mabrur termasuk bentuk jihad

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ ، نَرَى الْجِهَادَ أَفْضَلَ الْعَمَلِ ، أَفَلاَ نُجَاهِدُ قَالَ لاَ ، لَكِنَّ أَفْضَلَ الْجِهَادِ حَجٌّ مَبْرُورٌ

Wahai Rasulullah, kami memandang bahwa jihad adalah amalan yang paling utama. Apakah berarti kami harus berjihad?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak, jihad yang paling utama adalah haji mabrur.”[7]

6.     Orang yang berhaji adalah tamu Allah subhanahu wa ta’ala

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الْغَازِى فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَالْحَاجُّ وَالْمُعْتَمِرُ وَفْدُ اللَّهِ دَعَاهُمْ فَأَجَابُوهُ وَسَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ

Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang berhaji serta berumroh adalah tamu-tamu Allah. Allah memanggil mereka, mereka pun memenuhi panggilan. Oleh karena itu, jika mereka meminta kepada Allah pasti akan Allah beri.”[8]

7.     Orang yang berhaji do’anya mustajab

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الْغَازِى فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَالْحَاجُّ وَالْمُعْتَمِرُ وَفْدُ اللَّهِ دَعَاهُمْ فَأَجَابُوهُ وَسَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ

Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang berhaji serta berumroh adalah tamu-tamu Allah. Allah memanggil mereka, mereka pun memenuhi panggilan. Oleh karena itu, jika mereka meminta kepada Allah pasti akan Allah beri.[9]

Selain beberapa keutamaan diatas, masih banyak lagi keutamaan dari ibadah haji ke Baitullah yang tidak bisa penulis cantumkan. Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah subhanahu wa ta’ala yang dimudahkan untuk menjadi tamu-Nya di rumah-Nya dan menjadikan kita sebagai haji yang mabrur yang tidak ada balasan selain surga. Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ


[1] QS. Ali ‘Imran [3] : 97
[2] HR. al-Bukhari no. 1519
[3] HR. al-Bukhari no. 1773 dan Muslim no. 1349
[4] Syarh Shahih Muslim, Juz 9 hal. 169
[5] HR. al-Bukhari no. 1521
[6] HR. an-Nasa’i no. 2631 dan at-Tirmidzi no. 810
[7] HR. al-Bukhari no. 1520
[8] HR. Ibnu Majah no. 2893
[9] HR. Ibnu Majah no. 2893



Referensi

  • al-Qur’an al-Kariim
  • al-Imam Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ism’ail al-Ju’fi al-Bukhari. Shahih al-Bukhari. 1419 H. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
  • al-Imam Abu ‘Abdillah Muhammad bin Yazid bin Majah al-Qazwaini. Sunan Ibnu Majah. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
  • al-Imam Abu ‘Abdirrahman Ahmad bin Syu’aib bin ‘Ali an-Nasa’i. al-Mujtaba min as-Sunan (Sunan an-Nasa’i). Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
  • al-Imam Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah at-Tirmidzi. Jami’ at-Tirmidzi. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
  • al-Imam Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf an-Nawawi. al-Minhaj Syarh Shahih Muslim. 1414 H. Mu’assasah Qurthubiyyah Kairo.

Keutamaan Bulan Ramadhan

“Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.” (HR. al-Bukhari no. 3277 dan Muslim no. 1079)


Bulan Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam penanggalan kalender qamariyyah atau hijriyyah. Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah. Banyak sekali peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada bulan ini seperti peristiwa turunnya wahyu pertama kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di gua Hira atau peristiwa perang badar. Pada bulan ini pula, terdapat syari’at puasa yang diwajibkan kepada umat muslim yang telah memenuhi syarat wajib puasa selama sebulan penuh. Umat muslim sangat menunggu kedatangan bulan ini, karena terdapat banyak sekali keutamaan di bulan Ramadhan yang tidak ditemukan pada bulan-bulan lainnya. Keutamaan yang  terdapat pada bulan Ramadhan antara lain:

1.      Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ ، فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ

“Telah datang kepada kalian bulan Romadhon, bulan yang penuh berkah, Allah ‘azza wa jalla mewajibkan puasa atas kalian di dalamnya.”[1]


2.     Bulan Ramadhan adalah bulan dimana Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus menjadi rasul

Pada bulan Ramadhan, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima wahyu pertama di gua Hira, sekaligus pada hari itulah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam diangkat menjadi rasul dengan membawa risalah Islam bagi seluruh alam. Wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala al-Qur’an surat al-‘Alaq ayat 1 sampai 5:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَق خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ عَلَّمَ الْإِنْسَانَمَا لَمْ يَعْلَمْ

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu adalah Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (alat tulis). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”[2]

3.     Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya al-Qur’an

Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan al-Qur’an secara berangsur-angsur kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai petunjuk bagi umat manusia dan pembeda antara yang haq dan bathil selama 22 tahun 2 bulan dan 22 hari. Dan permulaan al-Qur’an diturunkan pertama kali pada bulan Ramadhan yaitu di gua Hira. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

“Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.”[3]

4.     Pada bulan Ramadhan pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.”[4]

al-Qadhi Iyadh rahimahullah berkata:

يحتمل أنه على ظاهره وحقيقته ، وأن تفتيح أبواب الجنة وتغليق أبواب جهنم وتصفيد الشياطين علامة لدخول الشهر ، وتعظيم لحرمته ، ويكون التصفيد ليمتنعوا من إيذاء المؤمنين والتهويش عليهم ، ويحتمل أن يكون المراد المجاز، ويكون إشارة إلى كثرة الثواب والعفو، وأن الشياطين يقل إغواؤهم وإيذاؤهم فيصيرون كالمصفدين

“Hadits di atas dapat bermakna, terbukanya pintu surga dan tertutupnya pintu Jahannam dan terbelenggunya setan-setan sebagai tanda masuknya bulan Ramadhan dan mulianya bulan tersebut. Juga dapat bermakna terbukanya pintu surga karena Allah memudahkan berbagai ketaatan pada hamba-Nya di bulan Ramadhan seperti puasa dan shalat malam. Hal ini berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Di bulan Ramadhan, orang akan lebih sibuk melakukan kebaikan daripada melakukan hal maksiat. Inilah sebab mereka dapat memasuki surga dan pintunya. Sedangkan tertutupnya pintu neraka dan terbelenggunya setan, inilah yang mengakibatkan seseorang mudah menjauhi maksiat ketika itu.”[5]


5.     Bulan Ramadhan adalah bulan dimana Allah subhanahu wa ta’ala membebaskan beberapa orang dari api neraka

Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ لِلّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عِتْقَاءَ فِى كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ ، يَعْنِي فِى رَمَضَانَ ، وَإِنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ فِى كُلِّ يَوْمٍ دَعْوَةً مُسْتَجَابَةُ

“Sesunggunya Allah tabaraka wa ta'ala membebaskan beberapa orang (dari api neraka) pada setiap siang dan malam di bulan Ramadhan, dan sesungguhnya setiap muslim jika dia berdo’a maka akan dikabulkan.”[6]

6.     Bulan Ramadhan adalah bulan yang mustajab untuk berdo’a

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

Tiga orang yang do’anya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan do’a orang yang dizhalimi.”[7]

Dalam hadits di atas terdapat sebuah isyarat bahwa disunnahkan bagi seseorang yang sedang berpuasa untuk memperbanyak berdo’a kepada Allah subhanahu wa ta’ala meminta kebaikan bagi dirinya dan keluarganya di dunia maupun di akhirat, serta mendo’akan kebaikan bagi kaum muslimin, karena pada saat itu adalah waktu yang mustajab.

7.     Pada bulan Ramadhan terdapat malam yang penuh kemuliaan

Pada bulan Ramadhan terdapat suatu malam yang penuh dengan kemuliaan. Malam tersebut lebih baik dari seribu bulan. Pada malam inilah al-Qur’an diturunkan ke langit dunia dari lauh mahfzuh dan kemudian diturunkan ke muka bumi secara berangsur-angsur. Malam ini disebut dengan lailatul qadar (malam kemuliaan). Malam ini berada pada hari ganjil di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, namun waktu tepatnya dirahasiakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur’an) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.”[8]

Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.”[9]

8.    Bulan Ramadhan adalah bulan penuh ampunan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ

“Shalat lima waktu, jum’at hingga jum’at berikutnya, dan ramadhan hingga ramadhan berikutnya, adalah sebagai penghapus dosa-dosa diantara semuanya, bila dosa besar ditinggalkan.”[10]

9.     Bulan Ramadhan dilipatgandakan pahala amal kebaikan

Pada bulan Ramadhan semua amal kebaikan dilipatgandakan pahalanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْمَنْ تَقَرَّبَ فِيهِ بِخَصْلَةٍ مِنْ خِصَالِ الْخَيْرِ كَانَ كَمَنْ أَدَّى فَرِيضَةً فِيمَا سِوَاهُ ، وَمَنْ أَدَّى فِيهِ فَرِيضَةً كَمَنْ أَدَّى سَبْعِينَ فَرِيضَةً فِيمَا سِوَاهُ
 
“Barangsiapa yang mendekatkan diri kepada Allah di dalamnya (bulan Ramadhan) dengan satu sifat kebaikan, maka dia seperti mengerjakan kewajiban pada bulan lain, dan barangsiapa yang mengerjakan kewajiban didalamnya ia seperti mengerjakan tujuh puluh kewajiban dibulan lain.”[11]

10. Bulan Ramadhan adalah bulan kesabaran

Bulan Ramadhan adalah bulan kesabaran karena pada bulan ini segala perkara yang sebelumnya boleh dilakukan pada siang hari seperti makan, minum atau berjima’ dilarang pada siang hari di bulan Ramadhan, kecuali udzur. Karena hal itulah seorang muslim harus bersabar. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.”[12]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

هُوَ شَهْرُ الصَّبْرُ وَالصَّبْرُ ثَوَابُهُ الْجَنَّةِ

“Bulan Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan kesabaran itu balasannya surga.”[13]

11.  Bulan Ramadhan adalah momentum untuk menjadikan kita sebagai hamba yang ta’at kepada Allah subhanahu wa ta’ala

Banyak sekali umat muslim yang lalai dalam agamanya. Namun ketika bulan Ramadhan tiba, mereka semua mencoba memulai kembali untuk mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Mereka mencoba untuk memaksimalkan setiap ibadah di bulan Ramadhan. Mereka bertaubat, beristighfar dan memperbaiki diri di bulan Ramadhan. Kemudian setelah bulan Ramadhan selesai, mereka terus beristiqamah terhadap amalan-amalannya. Maka bulan Ramadhan bisa menjadi suatu momentum bagi seorang hamba untuk berhijrah menuju keta’atan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Bulan Ramadhan dapat menjadi suatu madrasah atau pesantren yang bisa mentarbiyah seorang hamba agar menjadi lebih baik.

Demikian penjelasan mengenai keutamaan bulan Ramadhan. Semoga dengan tulisan ini menjadi motivasi bagi kita untuk senantiasa meningkatkan amal shalih kita khususnya di bulan Ramadhan. Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ


[1] HR. an-Nasa’i no. 2106
[2] QS. al-‘Alaq [96] : 1-5
[3] QS. al-Baqarah [2] : 185
[4] HR. al-Bukhari no. 3277 dan Muslim no. 1079
[5] al-Minhaj, Juz 7 hal. 263-264
[6] HR. al-Bazzar dalam Kasyf al-Astar no.  962
[7] HR. at-Tirmidzi no. 3598
[8] QS. al-Qadr [97] : 1-3
[9] QS. ad-Dukhan [44] : 3
[10] HR. Muslim no. 233
[11] HR. Ibnu Khuzaimah no. 1887
[12] QS. az-Zumar [39] : 10
[13] HR. Ibnu Khuzaimah no. 1887


Referensi

  • al-Qur’an al-Kariim
  • al-Imam Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ism’ail al-Ju’fi al-Bukhari. Shahih al-Bukhari. 1419 H. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
  • al-Imam Abu ‘Abdirrahman Ahmad bin Syu’aib bin ‘Ali an-Nasa’i. al-Mujtaba min as-Sunan (Sunan an-Nasa’i). Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
  • al-Imam Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi. Shahih Muslim. 1419 H. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
  • al-Imam Abu Bakr Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah an-Naisaburi. Shahih Ibnu Khuzaimah. al-Maktab al-Islamiyy
  • al-Imam Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah at-Tirmidzi. Jami’ at-Tirmidzi. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
  • al-Imam Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf an-Nawawi. al-Minhaj Syarh Shahih Muslim. 1414 H. Mu’asasah Qurthubiyyah.
  • al-Imam Nuruddin ‘Ali bin Abu Bakar al-Haitsami. Kasy al-Astar ‘an Zawaid al-Bazzar ‘alaa al-Kutub as-Sittah. 1399 H. Mu’asasah ar-Risalah Beirut.

Keutamaan Puasa Ramadhan

Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. al-Bukhari No. 38 dan Muslim no. 760)


Melanjutkan pembahasan mengenai Puasa Ramadhan. Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam. Puasa memiliki banyak sekali keutamaan-keutamaan, antara lain:

1.      Puasa Ramadhan mengampuni dosa-dosa yang telah lalu

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.”[1]

Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ تُكَفِّرُهَا الصَّلَاةُ وَالصِّيَامُ وَالصَّدَقَةُ وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ

Keluarga, harta dan anak dapat menjerumuskan seseorang kedalam maksiat (fitnah). Namun fitnah itu akan terhapus dengan shalat, puasa, shadaqah, amar ma’ruf (mengajak pada kebaikan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran).”[2]

2.     Pintu surga ar-Rayyan bagi yang berpuasa

Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ فِى الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ ، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ ، فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ ، فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ

Sesungguhnya di surga ada suatu pintu yang disebut ar-Rayyan. Orang-orang yang berpuasa akan masuk melalui pintu tersebut pada hari kiamat. Selain orang yang berpuasa tidak akan memasukinya. Nanti orang yang berpuasa akan diseru: “Mana orang yang berpuasa?” Lantas mereka pun berdiri, selain mereka tidak akan memasukinya. Jika orang yang berpuasa tersebut telah memasukinya, maka akan tertutup dan setelah itu tidak ada lagi yang memasukinya.[3]

Dalam riwayat lain dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فِى الْجَنَّةِ ثَمَانِيَةُ أَبْوَابٍ ، فِيهَا بَابٌ يُسَمَّى الرَّيَّانَ لاَ يَدْخُلُهُ إِلاَّ الصَّائِمُونَ

Surga memiliki delapan buah pintu. Di antara pintu tersebut ada yang dinamakan pintu ar-Rayyan yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa.[4]

3.     Pahala puasa dibalas langsung oleh Allah subhanahu wa ta’ala

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ ، فَإِنَّهُ لِى ، وَأَنَا أَجْزِى بِهِ .

“Setiap amal anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa. Sesungguhnya dia untuk-Ku dan Aku  yang akan membalasnya.”[5]

4.     Puasa adalah perisai dari segala keburukan

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ ، وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ ، أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى امْرُؤٌ صَائِمٌ .

“Puasa adalah perisai. Apabila salah seorang dari kalian berpuasa maka janganlah berkata kotor, jangan pula berteriak-teriak. Jika ada seseorang yang mencaci dan mengajak berkelahi maka katakanlah: ‘Saya sedang berpuasa’.”[6]

5.     Bau mulut seorang yang berpuasa lebih ­harum dari minyak kasturi pada hari kiamat

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ .

“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah (pada hari kiamat) dari minyak kasturi.”[7]

6.     Seorang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ ، وَإِذَا لَقِىَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ .

“Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, ketika berbuka mereka bergembira dengan bukanya dan ketika bertemu Allah mereka bergembira karena puasanya.”[8]

7.     Puasa adalah jalan meraih taqwa

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan bagi kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan pada orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa.[9]
 
8.     Puasa adalah perisai dari api neraka

Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّمَا الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ

Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari siksa neraka.[10]

Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ صَامَ يَوْمًا فِى سَبِيلِ اللَّهِ بَعَّدَ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا

Barangsiapa melakukan puasa satu hari di jalan Allah (dalam melakukan ketaatan pada Allah), maka Allah akan menjauhkannya dari api neraka sejauh perjalanan 70 tahun.[11]

9.     Puasa dapat memberikan syafa’at bagi seorang yang menjalankannya

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَىْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِى فِيهِ. وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِى فِيهِ. قَالَ فَيُشَفَّعَانِ

Puasa dan al-Qur’an itu akan memberikan syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat kelak. Puasa akan berkata: “Wahai Rabbku, aku telah menahannya dari makan dan nafsu syahwat karenanya perkenankan aku untuk memberikan syafa’at kepadanya.” Dan al-Qur’an pula berkata: “Aku telah melarangnya dari tidur pada malam hari, karenanya perkenankan aku untuk memberi syafa’at kepadanya.” Beliau bersabda: “Maka syafa’at keduanya diperkenankan.[12]

10.Orang yang berpuasa do’anya mustajab

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

Tiga orang yang do’anya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan do’a orang yang dizhalimi.”[13]

Dalam hadits di atas terdapat sebuah isyarat bahwa disunnahkan bagi seseorang yang sedang berpuasa untuk memperbanyak berdo’a kepada Allah subhanahu wa ta’ala meminta kebaikan bagi dirinya dan keluarganya di dunia maupun di akhirat, serta mendo’akan kebaikan bagi kaum muslimin, karena pada saat itu adalah waktu yang mustajab.

11.  Puasa adalah obat pengekang syahwat

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

Wahai para pemuda! Barangsiapa yang memiliki kemampuan, maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.[14]

Demikian penjelasan mengenai keutamaan puasa Ramadhan. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala menambahkan ilmu kepada kita serta memberikan kita kekuatan dan kesabaran dalam mengamalkan puasa Ramadhan sehingga kita mampu meraih keutamaan-keutamaan sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ


[1] HR. al-Bukhari No. 38 dan Muslim no. 760
[2] HR. al-Bukhari no. 3586 dan Muslim no. 144
[3] HR. al-Bukhari no. 1896 dan Muslim no. 1152
[4] HR. al-Bukhari no. 3257
[5] HR. al-Bukhari no. 1904
[6] HR. al-Bukhari no. 1771
[7] HR. al-Bukhari no. 1771
[8] HR. al-Bukhari no. 1771
[9] QS. al-Baqarah [2] : 183
[10] HR. Ahmad no. 15200
[11] HR. al-Bukhari no. 2840
[12] HR. Ahmad no. 6626
[13] HR. at-Tirmidzi no. 3598
[14] HR. al-Bukhari no. 5066 dan Muslim no. 1400


Referensi

  • al-Qur’an al-Kariim
  • al-Imam Abu ‘Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal. al-Musnad. 1416 H. Dar al-Hadits Kairo.
  • al-Imam Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ism’ail al-Ju’fi al-Bukhari. Shahih al-Bukhari. 1419 H. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
  • al-Imam Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi. Shahih Muslim. 1419 H. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
  • al-Imam Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah at-Tirmidzi. Jami’ at-Tirmidzi. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top