Skenario Allah Memang Indah

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2] : 216)


Pernahkah ingat awal kisah cinta Ali bin Abi Thalib dengan Fathimah? Sepupu muda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang disebut-sebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai gerbang ilmu pengetahuan ini menaruh hati pada putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di masa-masa remajanya. Bak seorang remaja yang sedang memasuki masa pubertasnya, hatinya dipenuhi keinginan untuk menjadi partner 24 jam-nya Fathimah. Tapi Ali sadar bahwa dirinya tak memiliki apa-apa. Terlebih lagi tersebar berita bahwa Abu Bakar telah meminang Fathimah. Saat itu asa pupus. Ali pun menyadari bahwa dirinya hanya seonggok batu kerikil bila dibandingkan dengan sosok Abu Bakar. Senyum pun tersirat.

Tak lama kemudian, terdengar kabar bahwa lamaran Abu Bakar ditolak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Secercah harapan muncul dalam diri Ali. Tapi kembali terhapus saat Ali mendengar kedatangan Umar mengunjungi kediaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan niat yang sama seperti Abu Bakar. Perang batin berkecamuk di dalam diri Ali. Satu sisi mengatakan bahwa Ali ingin sekali menikahi Fathimah, namun sisi yang lain mengatakan bahwa dirinya tak pantas disandingkan dengan putri seorang utusan mulia.

Namun skenario Allah tak dapat disangka-sangka. Beberapa lama kemudian datang Abu Bakar dengan senyum manisnya sembari membawakan undangan kepada Ali. Undangan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Berbekal rasa penasaran, Ali segera mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Tak ada hari yang paling indah bagi Ali selain hari dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjodohkan Ali dengan putri kesayangannya itu. Betapa bahagia hati Ali mendapatkan tawaran khusus dari Rasul. Plot cerita yang Ali bayangkan ternyata tak dapat mengalahkan kronologi kisah yang telah Allah buat.

Skenario Allah memang indah....

Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, bapak para nabi ini memiliki segudang kisah inspiratif yang mengandung jutaan hikmah didalamnya. Gelar bapak para nabi ini dimulai ketika Nabi Ibrahim ‘alaihis salam ingin memiliki keturunan. Kisahnya bermula ketika Nabi Ibrahim ‘alaihis salam menikahi anak pamannya nan cantik jelita, Sarah. Di usia pernikahannya yang sudah cukup lama, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan Sarah masih belum dikaruniai seorang anak. Keinginan memiliki keturunan ini begitu menggebu-gebu. Tak heran. Setiap pasangan pasti ingin memiliki keturunan yang akan melanjutkan perjuangan dakwahnya. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan Sarah hanya bisa pasrah. Karena bagaimanapun di atas sana ada Dzat Yang Maha Segalanya. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan Sarah menganggap ini sebagai ujian di dalam pernikahan mereka.

Suatu hari, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan Sarah hijrah ke Mesir. Kala itu, Mesir dipimpin oleh raja yang zalim yang hobinya mengoleksi wanita. Kedatangan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan Sarah tercium oleh sang raja. Terlebih kecantikan Sarah yang membuat sang raja ingin memilkinya. Sang raja pun memaksa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam menyerahkan Sarah. Ujian kembali menimpa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam Kedatangan pertamanya ke Mesir harus disambut dengan perlakuan tak pantas seorang raja. Sarah pun berdoa. Ketika itu sang raja merasa lehernya tiba-tiba tercekik. Merasa ketakutan, akhirnya Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan Sarah diminta pergi oleh raja. Sebelum pergi, raja memberikan seorang hamba sahaya kepada mereka. Namanya Hajar.

Doa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam pun terjawab, dari pernikahannya dengan Hajar, lahirlah seorang anak tampan bernama Ismail. Memang sekilas menyakitkan bagi Sarah. Anak pertama Nabi Ibrahim ‘alaihis salam bukan berasal dari dirinya. Sarah pun ingin mempunyai anak. Tapi kisahnya tak berhenti sampai di situ. Tak lama kemudian, Allah mengaruniai anak dari Sarah. Anak itu diberi nama Ishaq. Kedua putra Ibrahim ini diutus menjadi nabi, pembawa risalah Islam. Doa Ibrahim dan Sarah terjawab sudah.

Skenario Allah memang indah..

مَنْ لَمْ يَشْكُرْ عَلَى نَعْمَآئِي وَلَمْ يَصْبِرْ عَلَى بَلآئِي وَلَمْ يَرْضَ بِقَضَآئِي فَلْيَتَّحِذْ رَبًّا سِوَآئِي

“Barang siapa yang tidak ridha terhadap ketentuan-Ku, dan tidak sabar atas musibah dari-Ku, maka carilah Tuhan selain Aku.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Berbahagialah menjadi seorang Muslim. Di saat cobaan datang bertubi-tubi, seorang Muslim diajarkan bagaimana mengelola hati sehingga hatinya tetap sabar dan yakin akan hadirnya sentuhan hangat tangan Sang Khalik. Di saat nikmat turun dari langit, seorang Muslim diajarkan bagaimana menata hati sehingga hatinya senantiasa bersyukur dan menepis jauh kemungkinan munculnya dengki.

Terkadang kita selalu berpikir, mengapa seringkali terjadi hal-hal yang tak sesuai dengan harapan kita. Plot cerita yang telah dirancang sebelumnya seringkali tidak berjalan mulus dikarenakan hadirnya hal-hal di luar kendali kita. Tak jarang diri ini tak kuasa menahan emosi yang muncul. Tapi di situlah letak nikmat dari ujiannya.

وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2] : 216)

Jika kita yakin bahwa semua skenario ini telah dirancang dengan rapi oleh Sang Sutradara Alam Semesta, maka tak perlu takut, tersenyumlah. Jika kita tahu bahwa Sang Khalik tak akan pernah menzhalimi hamba-hamba-Nya, maka tak usah gelisah, tersenyumlah. Jika kita faham bahwa hanya Allah yang Maha Mengetahui apa yang baik untuk kita, maka tak perlu risau, tersenyumlah. Jika kita mengerti bahwa skenario Allah itu adalah skenario yang paling indah, maka tak usah gundah, tersenyumlah..

Ketika Allah sedang menyulam kehidupan hamba-Nya, tak perlu Allah mengungkap rencana-Nya, karena Allah ingin semua terasa indah pada waktunya. Allah ingin melihat hamba-Nya gigih dalam menjalani prosesnya. Allah ingin melihat hamba-Nya bercucuran air mata, bersimpuh di malam hari menghadap-Nya. Allah ingin melihat tegarnya dada hamba-Nya, bersabar dalam menerima cobaanya. Allah ingin melihat senyum dan ucapan syukur keluar dari mulut hamba-Nya tatkala Allah merealisasikan doa hamba-Nya dan rencana terbaik-Nya.

Ruang lingkup penglihatan Allah sangat sangat jauh bila dibandingkan dengan ruang lingkup penglihatan hamba-Nya. Ibarat seseorang yang melihat dari dalam lubang, dan seorang yang lain melihat dari atas menara. Maka, seseorang yang melihat dari atas menara jangkauan pandangannya akan lebih luas dari jangkauan pandangan seseorang yang melihat dari lubang. Oleh karena itu, wajar jika banyak keputusan Allah yang berbeda dari keinginan kita. Karena Allah melihat dari sudut pandang yang luas. Mempertimbangkan berbagai macam pertimbangan, merencanakan sesuatu dari data yang lebih lengkap. Tak pantas bila kita menyalahkan skenario yang Allah buat.

Allah telah merancang skenario yang sempurna. Terkadang Allah menyembunyikan mutiara yang indah di balik sebuah kotak yang terlihat kusam. Kita tak bisa dengan mudahnya menyalahkan setiap kejadian buruk di hadapan, karena siapa tahu kejadian yang indah sedang menunggu selangkah dua langkah di depan kejadian buruk yang menimpa kita itu. Semua akan indah pada waktunya

Skenario Allah memang indah..

Ingatlah Allah di Kala Lapang dan Sempit

“Siapa yang ingin Allah kabulkan permohonnya di waktu Sempit, Maka perbanyaklah berdoa di waktu lapang.” (HR At-Tirmidzi no. 3382 dan Al-Hakim no. 1197)


Sebuah ibrah agung yang layak kita renungi, sebagai nasihat dan anjuran dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk kita jadikan sebagai pedoman dalam menjalani roda kehidupan ini, yaitu senantiasa mengingat Allah subhanahu wa ta’ala dalam situasi apapun.

Sebagaimana terdapat dalam sebuah Hadits Shahih yang diriwayatkan oleh Imam Abu Abdillah Al-Hakim An-Naisaburi rahimahullah dan Imam Abu Isa At-Tirmidzi rahimahullah dalam kitab mereka. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Bersabda:

من سره أن يستجيب الله له عند الشدائد والكرب فليكثر الدعاء في الرخاء

“Siapa yang ingin Allah kabulkan permohonnya di waktu Sempit, maka perbanyaklah berdoa di waktu lapang.” (HR At-Tirmidzi no. 3382 dan Al-Hakim no. 1197)

Diriwayatkan dalam sebuah hadits yang panjang:

عن ابن عباس قال : كنت خلفت رسول الله صلى الله عليه و سلم يوما فقال فقال يا غلام قلت : لبيك يا رسول الله قال : احفظ الله يحفظك احفظ الله تجده أمامك تعرف إلى الله في الرخاء يعرفك في الشدة و إذا سألت فاسأل الله و إذا استعنت فاستعن بالله قد مضى القلم بما هو كائن فلو جهد الناس أن ينفعوك بما لم يقضه الله لك لم يقدروا عليه و لو جهد الناس أن يضروك بما لم يكتبه الله عليك لم يقدروا عليه فإن استطعت أن تعمل بالصبر مع اليقين فافعل فإن لم يستطع فاصبر فإن في الصبر على ما تكرهه خيرا كثيرا و اعلم أن مع الصبر النصر و اعلم أن مع الكرب الفرج و اعلم أن مع العسر اليسر (اخرجه الحاكم والترمذي وغيره)

“Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu, berkata: “Suatu hari aku dibelakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Wahai anak muda, Jagalah Allah, Dia akan menjagamu. Jagalah Allah kau akan dapati Dia di depanmu, Ingatlah pada Allah sewaktu lapang dan Allah akan mengingatmu di waktu Sempit, Jika engkau hendak meminta,mintalah pada Allah, jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Sesungguhnya jika seluruh manusia bersatu, untuk memberi padamu manfaat yang belum Allah takdirkan, maka mereka tidak akan mampu. Telah kering pena,telah selesai (ditulis) kitab-Nya. Bila engkau mampu bekerjalah ikhlas lillahi ta’ala maka lakukanlah. Namun bila tidak mampu maka dalam kesabaran atas yang kau benci terdapat kebaikan. Dan ketahuilah bahwa pertolongan bersama kesabaran, jalan keluar datang bersama kesusahan, bersama kesulitan akan ada kemudahan,dan tidak akan menang satu kesulitan dari dua kemudahan.” (HR. At-Tirmidzi no. 2516 dan Al-Hakim no. 6303)

Seorang mukmin sudah semestinya mengabdikan seluruh hidupnya, untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, mengisinya dengan amal shalih dan terus ikhlas tawakkal berharap, bahwa amal yang dikerjakan diterima agar kelak bisa menikmati hasilnya disisi Allah subhanahu wa ta’ala. Sebuah kaidah hidup yang tidak pernah dan berubah dan terganti oleh apapun. Sebagaiman firman Allah subhanahu wa ta’ala:

إِنْ يَعْلَمِ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ خَيْرًا يُؤْتِكُمْ خَيْرًا مِمَّا أُخِذَ مِنْكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hatimu, niscaya Dia akan memberikan kepadamu yang lebih baik dari apa yang telah diambil dari padamu.” (QS. Al-Anfal [6] : 70)

وَإِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُوا حَكَمًا مِنْ أَهْلِهِ وَحَكَمًا مِنْ أَهْلِهَا إِنْ يُرِيدَا إِصْلَاحًا يُوَفِّقِ اللَّهُ بَيْنَهُمَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا خَبِيرًا

“Allah akan memberi pertolongan bagi hamba-hamba-Nya yang berniat beramal shaleh dan melakukan Perbaikan di Bumi ini. Jika bermaksud mengadakan Perbaikan, niscaya Allah memberinya Pertolongan.” (QS. An-Nisa’ [4] : 35)

Wasiat Imam Ja'far Ash-Shadiq Rahimahullah kepada Anaknya

“Wahai anakku…. Barangsiapa merasa cukup dengan apa yang menjadi bagiannya maka dia akan menjadi kaya dan barangsiapa memanjangkan pandangannya kepada apa yang ada di tangan orang lain niscaya dia akan mati dalam keadaan miskin.” (Al-Imam Ja’far Ash-Shadiq, hal. 27)


Imam Ja’far Ash-Shadiq rahimahullah merupakan Ahlul Bait. Beliau adalah putra dari Muhammad Al-Baqir bin Ali bin Husain bin Ali bin Abu Thalib, suami Fathimah binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kunyah beliau adalah Abu Abdillah. Beliau dilahirkan di Madinah pada tanggal 17 Rabiul Awwal 83 H dan meninggal pada tanggal 25 Syawwal 148 H dan dimakamkan di pekuburan Baqi’. Beliau sangat dihormati oleh umat Muslim Ahlussunnah wal Jama’ah, selain karena beliau adalah keturunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau juga seorang yang zuhud serta faqih. Beliau juga merupakan guru dari beberapa ulama besar Ahlussunnah seperti Imam Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit rahimahullah dan Imam Malik bin Anas rahimahullah. Kaum Syi’ah pun sangat menghormati beliau dan mereka mengangkat beliau sebagai Imam ke-6 menggantikan Imam Muhammad Al-Baqir rahimahullah.

            Suatu ketika Imam Ja'far Ash-Shadiq rahimahullah berwasiat kepada putranya yaitu Imam Musa Al-Kadzim rahimahullah. Beliau berwasiat:

Wahai anakku…. Barangsiapa merasa cukup dengan apa yang menjadi bagiannya maka dia akan menjadi kaya dan barangsiapa memanjangkan pandangannya kepada apa yang ada di tangan orang lain niscaya dia akan mati dalam keadaan miskin.

Barangsiapa yang tidak ridha dengan apa yang diberikan untuknya berarti telah mencacati Allah subhanahu wa ta'ala dalam ketetapan takdir-Nya.

Barangsiapa menganggap kecil ketergelinciran orang lain maka menjadi besarlah ketergelinciran irinya.

Barangsiapa menyibak tabir (aib) orang lain maka akan tersibak pula aurat (aib)nya.

Barangsiapa menghunuskan pedang pemberontakan maka akan terbunuh karenanya.

Barangsiapa menggali sumur (lubang) bagi saudaranya maka Allah subhanahu wa ta'ala akan menjerumuskan dirinya ke dalamnya.

Barangsiapa masuk (bercampur) dengan orang-orang bodoh niscaya akan terhina. Dan barangsiapa bergaul dengan para ulama maka dia akan dimuliakan dengannya.

Barangsiapa memasuki tempat-tempat kejelekan maka dia akan tertuduh (dengan kejelekan pula).

Wahai anakku…. waspadalah, jangan sampai engkau menganggap remeh orang lain, sehingga engkau pun menjadi hina karenanya.

Waspadalah…. Jangan engkau menggeluti perkara-perkara yang tidak bermanfaat bagi dirimu, sehingga engkau pun menjadi hina karenanya.

Wahai anakku…. katakanlah yang haq (benar) dalam keadaan menguntungkan ataupun merugikanmu niscaya engkau memiliki kedudukan tersendiri di antara teman-temanmu.

Jadilah engkau seorang yang gemar membaca dan mengikuti Al-Quran, seorang yang gigih menyebarkan agama Islam, seorang yang selalu memerintahkan kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran, seorang yang menyambung tali persaudaraan dengan orang yang memutus hubungan rahim denganmu.

Jadilah engkau sebagai orang yang selalu memulai dalam menyapa orang-orang yang mendiamkanmu dan memberi kepada orang yang meminta kepadamu.

Wahai anakku…. jauhilah namimah (perbuatan mengadu domba). Sungguh namimah itu akan menanamkan permusuhan di dalam hati-hati (manusia). Dan hati-hatilah dari membongkar aib manusia. Karena kedudukan seseorang yang membongkar aib-aib manusia berada pada posisi sasaran bidik (sewaktu-waktu akan balik dibongkar aibnya). Apabila engkau mencari kebaikan maka wajib bagimu mengambil dari sumbernya. Sesungguhnya kebaikan itu memiliki asal dan pada asal itu terdapat pokok-pokok dan pada pokok-pokok itu terdapat cabang-cabang, dan pada cabang-cabang itu terdapat buah, serta tidaklah buah itu menjadi matang (dengan baik) kecuali pada tangkainya, dan tidaklah ada tangkainya kecuali ada pokoknya dan tidak ada pokok melainkan dengan adanya asal (bibit) yang baik.

Kunjungilah orang-orang yang baik dan jangan mengunjungi orang-orang yang jelek (jahat). Karena orang-orang yang jelek itu ibarat gurun pasir yang tidak dapat memancarkan air, atau ibarat pohon yang tidak menghijau daunnya, atau ibarat tanah yang tidak dapat menumbuhkan rerumputan.

Dikutip dari Kitab Al-Imam Ja’far Ash-Shadiq, hal. 27-29.

Manfaat Jahe, Campuran Minuman Penghuni Surga

“Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe, (yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil.” (QS. Al-Insan [76] 17-18)


Jahe adalah rimpang dari tanaman yang bernama ilmiah Zingiber officinale, berasal dari bahasa Yunani zingiberi dan bahasa Sansekerta singaberi. Tanaman ini meminjamkan namanya menjadi nama genus dan famili nya (Zingiberaceae). Anggota terkenal lainnya dari famili ini adalah kunyit, kapulaga, dan lengkuas.

Klasifikasi
Kingdom
Plantae
Order
Zingiberales
Family
Zingiberaceae
Genus
Zingiber
Species
Zingiber officinale

Begitu akrabnya kita dengan tanaman ini, hingga tiap daerah di Indonesia mempunyai sebutan sendiri-sendiri bagi jahe. Di Aceh jahe disebut “halia”, di Batak Karo dikenal dengan “bahing”. Masyarakat Sumatera Barat menamainya “sipadeh” atau “sipodeh” dan di Lampung disebut “jahi”. Di Jawa, Sunda dan Madura sebutannya adalah “jae”, “jahe”, dan “jhai”. Sementara orang Bugis dan Irian menyebutnya “pese” dan “lali”.

Sampai saat ini para ahli masih belum tahu secara persis darimana tanaman jahe berasal, meski khasiat jahe telah dikenal sejak ribuan tahun silam. Para ahli masih berbeda pendapat tentang asal-usul tanaman ini. Sebagian memperkirakan bahwa jahe berasal dari India dan telah dikenal sejak 2000 SM, kemudian diperdagangkan ke Tiongkok, Jepang, Asia Tenggara hingga Timur Tengah. Sebagian lainnya mengatakan jahe berasal dari Tiongkok.

Mengenai jahe, Allah subhanahu wa ta’ala menyebutnya sebagai bahan campuran untuk minuman di surga. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَيُسقَونَ فِيهَا كَأسا كَانَ مِزَاجُهَا زَنجَبِيلًا عَينا فِيهَا تُسَمَّىٰ سَلسَبِيلا

“Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe, (yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil.” (QS. Al-Insan [76] 17-18)

            Mengenai ayat diatas, Al-hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Maksudnya ‘mereka’ yaitu orang-orang yang berbuat baik, juga akan diberi minum dengan gelas-gelas ini (gelas-gelas yang terbuat dari perak). Dan yang dimaksud ‘yang campurannya adalah jahe’ yaitu terkadang mereka diberi minuman yang dicampur dengan kafur yang dingin, dan pada saat lain diberi minuman yang bercampur dengan jahe yang hangat, agar ada keseimbangan bagi mereka. Terkadang minuman dingin dan terkadang panas. agar ada keseimbangan bagi mereka. Terkadang minuman dingin dan terkadang panas.” (Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 4 hal. 185)

            Ada hal yang cukup menarik, mengapa jahe dijadikan bahan campuran minuman di surga? Dan dikatakan pula dalam berbagai tafsir bahwa jahe menjadi bahan campuran minuman surga, tujuannya adalah sebagai penghangat agar ada keseimbangan bagi para penghuni surga. Ini mengindikasikan bahwasanya terdapat manfaat yang sangat banyak dari jahe ini. Wallahu a’lam bi muradhih.

            Diriwayatkan pula bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengkonsumsi jahe bahkan membagikannya kepada para sahabat, sebagaimana riwayat berikut:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَهْدَى مَلِكُ الْهِنْدِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَرَّةً فِيهَا زَنْجَبِيلٌ فَأَطْعَمَ أَصْحَابَهُ قِطْعَةً قِطْعَةً وَأَطْعَمَنِي مِنْهَا قِطْعَةً

Dari Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu bahwa ia menceritakan: “Raja India pernah menghadiahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam satu karung jahe. Beliau memberikan kepada setiap orang satu potong untuk dimakan, dan aku juga mendapatkan satu potong untuk kumakan.” (HR. Al-Hakim no. 7190)

            Mengapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan demikian? Tentu karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui bahwa ada manfaat atau khasiat dalam jahe tersebut.

Berdasarkan beberapa penelitian, jahe memiliki kandungan minyak atsiri, dalam minyak atsiri jahe terdapat unsur-unsur: n-nonylaldehyde, d-camphene, d-β phellandrene, methyl heptenone, cineol, d-borneol, geraniol, linalool, acetates dan caprylate, citral, chavicol dan zingiberene. Bahan-bahan tersebut merupakan sumber bahan baku terpenting dalam industri farmasi dan obat-obatan.

Kandungan minyak atsiri jahe merah sekitar 2,58-2,72% dihitung berdasarkan berat kering. Kandungan minyak atsiri jenis jahe yang lain jauh berada dibawahnya. Ada jahe besar atau jahe badak berkisar 0,82-1,68% dan pada jahe kecil atau jahe emprit berkisar 1,5-3,3%. Minyak atsiri umumnya berwarna kuning sedikit kental dan merupakan senyawa yang memberikan aroma yang khas pada jahe.

Jahe segar terutama mengandung gingerol dan zingeron. Jika dikeringkan senyawa ini berubah menjadi shogaol yang lebih pedas. Inilah biang khasiat pada jahe. Banyak penelitian membuktikan gingerol, shogaol dan zingeron punya fungsi farmakologi dan fisiologis seperti efek antioksidan, antiinflammasi, analgesik, antikarsinogenik dan kardiotonik.

Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan segala sesuatu itu ada hikmah serta manfaatnya termasuk tanaman jahe ini. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا ذٰلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ

“Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir; maka celakalah orang-orang kafir itu, karena mereka akan masuk neraka.” (QS. Shad [38] : 27)

Mengenai hal ini, jahe terbukti memiliki banyak manfaat yang efektik mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit. Berikut adalah manfaat kesehatan dari jahe:

1 . Mencegah Mabuk Perjalanan

Dengan minum wedang jahe sebelum bepergian jauh dengan menaiki kendaraan roda empat dapat mencegah mabuk perjalanan karena sifat-nya sebagai anti-mual. Jahe efektif dalam mencegah mabuk perjalanan . Efektivitas jahe mengalahkan mabuk obat yang banyak tersedia di pasar. Selain itu, jahe juga berkhasiat meringankan sakit pagi atau mual yang sering menyerang ibu hamil.

2 . Menyembuhkan Gangguan Pencernaan

Ekstrak jahe sangat bermanfaat bagi mereka yang menderita kembung dan nyeri. Jahe dapat digunakan untuk mengobati gangguan pencernaan dan iritasi usus. Gangguan kesehatan yang menyerang sistem pencernaan seperti kram dan rasa sakit yang timbul menjelang haid dapat ditepis dengan minum air jahe secara rutin. Salah satu universitas yang terdapat di Amerika Serikat mengabarkan bahwa rutin konsumsi makanan atau minuman yang berbahan dasar jahe dapat mencegah penyakit kanker koloretal (usus besar).

3. Mengobati Alergi

Manfaat jahe sebagai anti-alergi, sebab di dalamnya terdapat kandungan senyawa yang efektif dalam mengurangi rasa gatal akibat alergi sekaligus mengobatinya. Jahe bersama dengan ekstrak biji anggur, dapat membantu mengurangi demam dan masalah serupa yang terjadi selama musim alergi. Orang dengan alergi akan senang mendengar jahe yang tidak menyebabkan kantuk dan efek samping lain yang umum menyertai antihistamin (anti-alergi).

4. Menjaga Kondisi Jantung

Studi terbaru menunjukkan bahwa ekstrak jahe yang berguna untuk menjaga kesehatan jantung. Jahe dapat membantu mencegah aterosklerosis tersebut. Manfaat jahe mirip dengan aspirin yang dapat mengurangi pembekuan darah. Jahe juga dapat membantu menjaga kadar kolesterol sehat dan meningkatkan sirkulasi darah. Jika tubuh menyimpan banyak kolesterol dan minyak yang merupakan susunan dari lemak nabati dan hewani dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung. Hubungannya dengan manfaat jahe karena di dalam tubuh memegang sebuah peran sebagai penurun kadar trigliserida dan kolesterol yang berlebih dalam tubuh.

5. Mengobati Dingin dan Batuk

Seperti aspirin, gingerol dapat digunakan untuk mengurangi demam dan batuk. Menggunakan jahe berarti akan menekan munculnya efek samping seperti yang terkandung dalam obat-obatan kimia.

6. Menurunkan Berat Badan

Di dalam tubuh, jahe berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah menjadi panas tubuh. Di lain sisi jahe ini hanya menyumbang sedikit kalori sehingga tidak mempunyai andil besar untuk menaikkan berat badan.

7. Mengobati Sakit Kepala

Seharian bekerja dapat memicu stres berlebih yang berisiko terserang penyakit lain. Maka dari itu sepulang bekerja coba santai di taman sambil menikmati hangatnya wedang jahe dan roti bakar, otak jadi lebih fresh dan tubuh terasa nyaman.

8. Mengobati Peradangan

Jahe mengandung senyawa yang disebut gingerol. Senyawa ini bertanggung jawab untuk aroma dan sifat anti-inflamasi. Saat mencari obat anti-inflamasi membuat obat yakin memiliki konten gingerol.

9. Menghilangkan Mual dan Mengobati Masuk Angin
Masalah pada pencernaan terkadang membuat perut jadi mual ingin muntah, kondisi demikian juga kerap terjadi pada seseorang yang mengalami demam (masuk angin). Sebagai pertolongan pertama jangan langsung gunakan obat warung, cobalah minum air seduhan rimpang jahe agar lambung menjadi nyaman dan perut terhindar dari masalah seperti kram.

Begitupula ibu hamil, ibu hamil terkadang mengalami mual pagi atau istilah populernya morning sickness karena pencernaan sedikit terganggu. Untuk mengurangi rasa mual tersebut, bisa diobati dengan meminum kopi atau wedang jahe yang hangat setiap kali merasakan mual ketika bangun tidur.

10. Mengobati Penyakit Rematik

Caranya dengan membakar dua rimpang jahe di atas api panas atau bara. Setelah itu tumbuk sampai halus, terakhir Anda aplikasikan pada bagian tubuh yang terkena rematik. Itulah manfaat jahe untuk mengobati rematik.

11. Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh

Tubuh akan kebal dari serangan penyakit, caranya dengan meningkatkan sistem dalam tubuh yang sering disebut imun atau imunitas. Jika antiobodi (imun) dalam tubuh kuat, maka bakteri yang mungkin menyerang dapat ditangkal. Untuk menambah sistem ketahanan tubuh Anda bisa mengambil minum wedang jahe secara teratur, manfaat jahe yang satu ini terbantu dengan sifat sebagai antioksidan.

12. Gula Darah Tinggi dan Tekanan Darah

Jahe berguna untuk mengobati orang dengan gula darah tinggi dan tekanan darah tinggi. Selain jahe, kunyit juga dikenal sebagai bumbu memiliki sifat yang mirip.

13. Penghilang Rasa Sakit dan Kaku Sendi

Dalam uji klinis, jahe bisa meredakan rasa sakit, meningkatkan gerakan sendi dan mengurangi pembengkakan umumnya terkait dengan rheumatoid arthritis. Jahe juga dapat membantu meringankan sakit kepala nyeri punggung dan migrain.

Kemampuan jahe untuk melakukan berbagai tindakan medis secara alami tadi tentu tidak lepas dari peran zat kimia yang terkandung di dalamnya. Semakin banyak kandungan gizi dalam tanaman ini, tentu semakin banyak pula manfaat jahe untuk manusia. Wallahu a’lam. Semoga Bermanfaat.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Muslim Yang Memilih Pemimpin Kafir

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin bagimu, sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.” (QS. Al-Maidah [5]: 51)



Setelah sebelumnya dijelaskan mengenai hukum memilih pemimpin kafir pada artikel Haram Menjadikan Orang Kafir Sebagai Pemimpin. Sekarang penulis akan menjelaskan tentang orang-orang yang tetap ngotot memilih pemimpin Kafir dengan berbagai dalih mereka. Ya, memang mengherankan walaupun banyak sekali dalil baik dari Al-Quran maupun As-Sunnah yang menjelaskan mengenai haramnya memilih pemimpin kafir tapi tetap saja segelintir muslim ‘KTP’ masih ngotot tetap membolehkan bahkan mengkampanyekan untuk memilih pemimpin kafir, khususnya yang sekarang sedang ramai yaitu Pilkada Jakarta yang kita semua tahu bahwa calon gubernur inkumben adalah seorang yang jelas Kafir, bahkan tidak segan si Kafir itu mengolok-olok ayat Al-Quran dan Ulama dengan mengatakan ‘Jangan mau dibodoh-bodohi dengan Al-Maidah ayat 51’.

Kembali ke masalah orang-orang yang memilih pemimpin kafir. Setelah mencuat kasus penistaan agama oleh si Kafir dengan mengolok-olok ayat Al-Quran dan Ulama. Maka munculah jongos-jongosnya yang membelanya mati-matian ‘panutannya’ yang ironinya mereka mengaku sebagai seorang Muslim, mereka bahkan membawa bendera Islam, bahkan ada yang sampai membela habis-habisan hingga akhirnya dia pun menghina para Ulama dalam hal ini adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan menyatakan pernyataan yang sangat bodoh yaitu menyatakan bahwa Al-Quran itu mutitafsir dan yang paling berhak menafsirkan Al-Quran adalah Allah dan Rasul-Nya, bukan Ulama. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala mengampuni dosanya dan memberinya hidayah.

Lalu apa yang difirmankan oleh Allah subhanahu wa ta’ala mengenai orang-orang seperti ini? Yaitu orang-orang yang mengaku Muslim tapi justru loyal kepada mereka orang-orang Kafir dan menjadikan mereka sebagai pemimpin dan teman setia?

1.       Kafir

Orang yang memilih pemimpin kafir ya orang-orang kafir itu sendiri. Mereka akan loyal kepada saudaranya mereka yang jelas memiliki tujuan untuk menghancurkan umat Islam. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin bagimu, sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.” (QS. Al-Maidah [5]: 51)

Simaklah firman Allah subhanahu wa ta’ala di atas, ayat diatas sangat jelas melarang seorang Muslim untuk memilih pemimpin kafir. Pada ayat tersebut menggunakan kata ‘أَوْلِيَاءَ’ yang merupakan bentuk jamak dari kata ‘ولي’ yang memiliki banyak makna, namun pada ayat ini maknanya berarti pemimpin. Dalam ayat diatas pun dikatakan ‘وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ’ ‘Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka’ Sangat jelas sekali, jika seseorang memilih pemimpin kafir maka dia juga adalah kafir. Bahkan Allah subhanahu wa ta’ala mengancam akan menghilangan petunjuk atau hidayah-Nya bagi orang tersebut. Lalu masih maukah saudara-saudara kita yang masih mengaku Muslim tetap ngotot memilih si Kafir menjadi pemimpin? Ingat ancamannya sangat berat ayaitu batal keislamannya atau menjadi Kafir!

2.       Munafik

Secara bahasa, kata Munafik berasal dari kata ‘نَفَقَ’, ‘نِفَاقًا’ yang mengandung arti mengadakan, mengambil bagian dalam, membicarakan sesuatu yang dalam pandangan keagamaan. Pengakuannya dari satu orang berbeda-beda dengan yang lainnya. Adapun dalam pengertian syara’, Munafik adalah orang yang lahirnya beriman padahal hatinya kufur. Dan orang-orang yang mengaku Muslim akan tetapi memilih pemimpin Kafir maka dia termasuk ke dalam golongan ini. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا  وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا

“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al-Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam neraka Jahannam. (QS. An-Nisa’[4] : 138-140)

            Perhatikanlah ancaman Allah subhanahu wa ta’ala pada ayat ke-140, Allah ta’ala berfirman ‘إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا’ yang bermakna ‘Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam neraka Jahannam’. Lalu masihkan saudara-saudara kita yang tetap ngotot memilih si Kafir tetap berada dalam pendiriannya setelah melihat ancaman ini?

3.       Zhalim

Zhalim bermakna meletakkan sesuatu perkara bukan pada tempatnya. Maksudnya adalah seseorang yang zhalim telah melampaui batas terhadap dirinya sendiri karena menempatkan hal yang sudah ditetapkan Allah subhanahu wa ta’ala dalam syari’atnya bukan pada tempatnya yaitu dengan melanggarnya. Orang-orang yang menjadikan seorang Kafir sebagai pemimpin, maka dia termasuk dalam golongan ini. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا آبَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى الْإِيمَانِ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi pemimpin(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.” (QS. At-Taubah [9] : 23)

Dalam ayat diatas, kata ‘أَوْلِيَاءَ’ memiliki makna Teman Setia juga bisa memiliki makna Pemimpin. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang tidak turut berhijrah karena alasan keluarga dan usaha perdagangannya yang tidak dapat ditinggalkan. Mereka lebih mencintai harta-harta dan dunianya dan lebih loyalitas terhadap orang-orang Kafir. Padahal Allah subhanahu wa ta'ala memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar memiliki sikap yang berbeda dengan orang-orang kafir, sekalipun mereka adalah bapak-bapak dan anak-anaknya. Dan Allah subhanahu wa ta’ala melarang orang-orang mukmin menjadikan mereka yaitu orang-orang Kafir sebagai pemimpin.

4.       Fasik

Fasik secara bahasa dalam dialek masyarakat Arab adalah ‘الخروجُ عن الشيء’ yang artinya keluar dari sesuatu. Karena itu, tikus gurun dinamakan fuwaisiqah (فُوَيْسِقة) karena dia sering keluar dari tempat persembunyiannya. Sedangkan definifi fasik secara istilah adalah orang yang keluar dari ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya. Seorang yang mengaku Muslim namun tidak mengindahkan perintah Allah dan Rasul-Nya adalah orang fasik, dalam hal ini maka seseorang yang memilih dan menjadikan seorang Kafir sebagai pemimpin termasuk orang fasik karena telah melanggar dan keluar dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, padahal banyak sekali dalil yang menjelaskan hal ini. Bahkan ulama pun sudah berijma’ akan keharamannya. Hal ini pun semakin ditegaskan lagi dalam Al-Quran, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:

تَرَى كَثِيرًا مِنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ أَنْفُسُهُمْ أَنْ سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَفِي الْعَذَابِ هُمْ خَالِدُونَ وَلَوْ كَانُوا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالنَّبِيِّ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مَا اتَّخَذُوهُمْ أَوْلِيَاءَ وَلَكِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ فَاسِقُونَ

“Kamu melihat banyak di antara mereka tolong menolong dengan orang-orang kafir. Sungguh, sangat buruk apa yang mereka siapkan untuk diri mereka sendiri, yaitu kemurkaan Allah, dan mereka akan kekal dalam azab. Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Musa) dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi pemimpin, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Maidah [5] : 81)

Ayat diatas berkenaan dengan kefasikan kaum Bani Israil karena telah menjadikan orang-orang Musyrik sebagai Pemimpin. Allah subhanahu wa ta’ala telah melaknat perbuatan mereka dan Dia menjanjikan kepada mereka keburukan yaitu kemurkaan Allah dan azab neraka yang kekal. Lalu, masih beranikah para kacung si Kafir tetap keukeuh dengan pendiriannya untuk memilih serta mendukung si Kafir? Tak takutkah mereka dengan azab Allah subhanahu wa ta’ala? Tak takutkah mereka termasuk dalam 4 golongan diatas? Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan hidayah kepada saudara-saudara kita yang hatinya masih dibutakan dengan hawa nafsu dan kejahilan. Amiin. Wallahu a’lam. Semoga Bermanfaat.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top