Kitab-Kitab Allah yang Telah Diwahyukan
“Dan
mereka yang beriman kepada kitab (al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan
Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat.” (QS. al-Baqarah [2] : 4)
Salah
satu wujud keimanan kita kepada kitab-kitab Allah adalah mempercayai serta
meyakini sepenuh hati bahwa Allah subhanahu
wa ta’ala telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada para nabi dan rasul yang
berisi wahyu Allah subhanahu wa ta’ala
untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ
يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ
هُمْ يُوقِنُونَ
“Dan
mereka yang beriman kepada kitab (al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan
Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat.”[1]
Kitab-kitab
Allah subhanahu wa ta’ala yang telah
diturunkan terbagi menjadi dua jenis yaitu berupa shuhuf dan mushhaf. Shuhuf
adalah jamak dari kata shahifah yaitu lembaran-lembaran yang berisikan wahyu
dari Allah subhanahu wa ta’ala yang
diberikan kepada para nabi dan rasul. Sedangkan mushhaf adalah shuhuf-shuhuf
atau lembaran-lembaran yang telah dibukukan. Para ulama menyatakan bahwa jumlah
kitab yang telah Allah subhanahu wa
ta’ala turunkan ke muka bumi berjumlah 104 kitab sebagaimana sebuah riwayat
dari Abu Dzar al-Ghifari radhiyallahu
‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
مِائَةُ
كِتَابٍ وَأَرْبَعَةُ كُتُبٍ أُنْزِلَ عَلَى شِيثٍ خَمْسُونَ صَحِيفَةً وَأُنْزِلَ
عَلَى أَخْنُوخَ ثَلَاثُونَ صَحِيفَةً وَأُنْزِلَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ عَشَرُ صَحَائِفَ
وَأُنْزِلَ عَلَى مُوسَى قَبْلَ التَّوْرَاةِ عَشَرُ صَحَائِفَ وَأُنْزِلَ التَّوْرَاةُ
وَالْإِنْجِيلُ وَالزَّبُورُ وَالْقُرْآنُ
“Allah subhanahu wa ta'ala telah menurunkan
104 kitab, 50 shuhuf kepada Syits, 30 shuhuf kepada Akhnukh (Idris), 10 shuhuf
kepada Ibrahim dan 10 shuhuf kepada Musa, dan Taurat, Injil, Zabur serta
al-Furqan (al-Qur'an).”[2]
Namun
hadits di atas dilemahkan oleh beberapa ulama karena didalam sanad hadits
tersebut terdapat perawi dha’if yaitu Ibrahim bin Hisyam bin Yahya al-Ghassani.
Maka yang benar bahwa jumlah kitab yang diturunkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala kepada para nabi dan
rasul mungkin kurang dari 104 kitab atau bahkan bisa lebih, sebagaimana kita
mengetahui bahwa para nabi dari kalangan Bani Israil biasa memiliki kitab-kitab
yang menjadi pegangan mereka dalam berdakwah.
Dalam
berbagai dalil dalam al-Qur’an dan al-Hadits yang shahih, kitab yang Allah subhanahu wa ta’ala turunkan kepada para
nabi dan rasul yang diberitakan ada enam yaitu shuhuf Ibrahim, shuhuf Musa,
Taurat, Zabur, Injil dan al-Qur’an.
1.
Shuhuf
Ibrahim
Shuhuf
Ibrahim adalah lembaran yang Allah subhanahu
wa ta’ala turunkan kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis
salam. Shuhuf Ibrahim diturunkan pada awal malam Ramadhan. Sebagaimana
diterangkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Watsilah bin al-Asqa’ radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
أُنْزِلَتْ
صُحُفُ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَام فِي أَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ
"Shuhuf Ibrahim 'alaihis salam diturunkan
pada awal malan Ramadhan."[3]
Shuhuf
Ibrahim berisi peringatan, hikmah, nasihat dan pelajaran-pelajaran. Hal ini
tertuang dalam firman Allah subhanahu wa
ta’ala:
أَفَرَأَيْتَ
الَّذِي تَوَلَّى وَأَعْطَى قَلِيلًا وَأَكْدَى أَعِنْدَهُ عِلْمُ الْغَيْبِ فَهُوَ
يَرَى أَمْ لَمْ يُنَبَّأْ بِمَا فِي صُحُفِ مُوسَى وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّى
أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى
وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الْأَوْفَى
“Maka apakah kamu melihat orang yang
berpaling (dari al-Qur’an)? Serta memberi sedikit dan tidak mau memberi lagi?
Apakah dia mempunyai pengetahuan tentang yang ghaib, sehingga dia mengetahui
(apa yang dikatakan)? Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam
lembaran-lembaran Musa? Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu
menyempurnakan janji? (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan
memikul dosa orang lain dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain
apa yang telah diusahakannya dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat
(kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling
sempurna.”[4]
Dan
juga firman Allah subhanahu wa ta’ala:
قَدْ
أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ
الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى إِنَّ هَذَا لَفِي الصُّحُفِ الْأُولَى
صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang
membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia
shalat. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang
kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya ini
benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) kitab-kitab Ibrahim
dan Musa.”[5]
Selain
itu terdapat sebuah riwayat dalam hadits mengenai isi dari shuhuf Ibrahim,
namun riwayatnya lemah. Hadits tersebut diriwayatkan dari Abu Dzar al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu, beliau bertanya:
يَا
رَسُولَ اللَّهِ مَا كَانَتْ صَحِيفَةُ إِبْرَاهِيمَ؟
“Wahai Rasulullah, apakah yang terdapat di
dalam shuhuf Ibrahim?”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
كَانَتْ
أَمْثَالًا كُلُّهَا : أَيُّهَا الْمَلِكُ الْمُسَلَّطُ الْمُبْتَلَى الْمَغْرُورُ
إِنِّي لَمْ أَبْعَثْكَ لِتَجْمَعَ الدُّنْيَا بَعْضَهَا عَلَى بَعْضٍ وَلَكِنِّي بَعَثْتُكَ
لِتَرُدَّ عَنِّي دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنِّي لَا أَرُدُّهَا وَلَوْ كَانَتْ مِنْ
كَافِرٍ وَعَلَى الْعَاقِلِ مَا لَمْ يَكُنْ مَغْلُوبًا عَلَى عَقْلِهِ أَنْ تَكُونَ
لَهُ سَاعَاتٌ : سَاعَةٌ يُنَاجِي فِيهَا رَبَّهُ وَسَاعَةٌ يُحَاسِبُ فِيهَا نَفْسَهُ
وَسَاعَةٌ يَتَفَكَّرُ فِيهَا فِي صُنْعِ اللَّهِ وَسَاعَةٌ يَخْلُو فِيهَا لِحَاجَتِهِ
مِنَ الْمَطْعَمِ وَالْمَشْرَبِ وَعَلَى الْعَاقِلِ أَنْ لَا يَكُونَ ظَاعِنًا إِلَّا
لِثَلَاثٍ : تَزَوُّدٍ لِمَعَادٍ أَوْ مَرَمَّةٍ لِمَعَاشٍ، أَوْ لَذَّةٍ فِي غَيْرِ
مُحَرَّمٍ وَعَلَى الْعَاقِلِ أَنْ يَكُونَ بَصِيرًا بِزَمَانِهِ مُقْبِلًا عَلَى شَأْنِهِ
حَافِظًا لِلِسَانِهِ وَمَنْ حَسَبَ كَلَامَهُ مِنْ عَمَلِهِ، قَلَّ كَلَامُهُ إِلَّا
فِيمَا يَعْنِيهِ
“Seluruh isinya adalah
permisalan-permisalan, seperti: “Wahai raja yang berkuasa, yang diuji dan yang
tertipu! Aku tidak mengutusmu untuk menumpuk harta kekayaan, tapi untuk
memenuhi permohonan orang yang terzhalimi. Sebab, Aku tidak akan menolak
permohonannya, meskipun ia kafir. Orang berakal, selama tidak dikuasai oleh
akalnya, harus bisa membagi waktunya, waktu untuk bermunajat kepada Tuhannya,
waktu untuk introspeksi diri, waktu untuk merenungkan ciptaan-ciptaan Tuhan dan
waktu untuk bekerja mencari makan dan minum. Orang berakal hendaknya tidak
bepergian kecuali dengan tiga tujuan, yaitu pergi untuk mencari bekal menuju
akhirat, pergi untuk mencari bekal hidup di dunia dan pergi untuk menikmati
sesuatu yang tidak haram. Orang berakal hendaknya jeli melihat perkembangan
zaman dan siap mengarunginya, sertasenantiasa menjaga lisan. Barangsiapa
menganggap perkataan sebagai bagian dari amal, tentu hanya akan sedikit
berbicara kecuali yang bermanfaat.”[6]
Para
tabi’in pun tak sedikit yang mengutip shuhuf Ibrahim yang kemungkinan besar
dikutip dari kitab-kitab Bani Israil, seperti kutipan shuhuf Ibrahim oleh
al-Imam Dawud bin Hilal an-Nashibi rahimahullah.
Beliau berkata:
مكتوب
في صحف إبراهيم عليه السلام : يا دنيا ما أهونك على الأبرار الذين تصنعتِ لهم وتزينتِ
لهم ، إني قد قذفت في قلوبهم بغضك والصدود عنك ، ما خلقت خلقا أهون عليَّ منك ، كل
شأنك صغير ، وإلى الفناء تصيرين ، قضيت عليك يوم خلقتُ الخلق ألا تدومي لأحد ، ولا
يدوم لك أحد ، وإن بخل بك صاحبك وشح عليك ، طوبى للأبرار الذين أطلعوني من قلوبهم على
الرضا ، وأطلعوني من ضميرهم على الصدق والاستقامة ، طوبى لهم ، ما لهم عندي من الجزاء
إذا وفدوا إلي من قبورهم إلا النور يسعى أمامهم ، والملائكة حافون بهم حتى أبلغ بهم
ما يرجون من رحمتي
“Tertera dalam shuhuf Ibrahim alaihis
salam: “Wahai dunia, betapa rendahnya dirimu yang berpura-pura dan bergaya di
hadapan orang-orang shalih. Sungguh Aku telah menetapkan di hati mereka
keengganan terhadapmu dan penolakan terhadapmu. Tidaklah Aku menciptakan
ciptaan yang lebih rendah darimu. Semua urusanmu adalah kecil, engkau akan
binasa. Aku telah menetapkan dikala Aku ciptakan makhluk bahwa engkau tidak
akan abadi untuk siapapun dan tidak ada seorang pun yang abadi di atasmu,
walaupun pencintamu pelit dan kikir karenamu. Beruntunglah orang-orang yang shalih
yang selalu ridha dengan-Ku di hati mereka dan selalu jujur hatinya serta istiqamah.
Beruntunglah mereka. Tidak ada balasan mereka dari-Ku jika mereka menghadap-Ku
kecuali cahaya yang berjalan di depan mereka dan malaikat yang mengelilingi
mereka sehingga mereka tiba pada apa yang merekah harapkan berupa rahmat-ku.”[7]
2.
Shuhuf
Musa
Shuhuf
Musa adalah lembaran yang Allah subhanahu
wa ta’ala turunkan kepada Nabi Musa ‘alaihis
salam sebelum beliau diberikan kitab Taurat, sebagian ulama menyatakan
bahwa shuhuf Musa adalah bagian dari kitab Taurat. Isi kandungan dari shuhuf
Musa tidaklah jauh berbeda dengan isi kandungan shuhuf Ibrahim yaitu berisi
peringatan, hikmah, nasihat dan pelajaran-pelajaran. Hal tersebut tertuang
dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala:
أَفَرَأَيْتَ
الَّذِي تَوَلَّى وَأَعْطَى قَلِيلًا وَأَكْدَى أَعِنْدَهُ عِلْمُ الْغَيْبِ فَهُوَ
يَرَى أَمْ لَمْ يُنَبَّأْ بِمَا فِي صُحُفِ مُوسَى وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّى
أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى
وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الْأَوْفَى
“Maka apakah kamu melihat orang yang
berpaling (dari al-Qur’an)? Serta memberi sedikit dan tidak mau memberi lagi?
Apakah dia mempunyai pengetahuan tentang yang ghaib, sehingga dia mengetahui
(apa yang dikatakan)? Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam
lembaran-lembaran Musa? Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu
menyempurnakan janji? (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan
memikul dosa orang lain dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain
apa yang telah diusahakannya dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat
(kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling
sempurna.”[8]
Dan
juga firman Allah subhanahu wa ta’ala:
قَدْ
أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ
الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى إِنَّ هَذَا لَفِي الصُّحُفِ الْأُولَى
صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang
membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia
shalat. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang
kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya ini
benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) kitab-kitab Ibrahim
dan Musa.”[9]
Dalam
sebuah hadits dengan sanad yang lemah. Diriwayatkan dari sahabat Abu Dzar
al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu, beliau
bertanya
يَا رَسُولَ اللَّهِ فَمَا كَانَتْ صُحُفُ مُوسَى؟
“Wahai Rasulullah, apakah yang
terdapat di dalam shuhuf Musa?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
كَانَتْ
عِبَرًا كُلُّهَا : عَجِبْتُ لِمَنْ أَيْقَنَ بِالْمَوْتِ ثُمَّ هُوَ يَفْرَحُ وَعَجِبْتُ
لِمَنْ أَيْقَنَ بِالنَّارِ ثُمَّ هُوَ يَضْحَكُ، وَعَجِبْتُ لِمَنْ أَيْقَنَ بِالْقَدَرِ
ثُمَّ هُوَ يَنْصَبُ عَجِبْتُ لِمَنْ رَأَى الدُّنْيَا وَتَقَلُّبَهَا بِأَهْلِهَا
ثُمَّ اطْمَأَنَّ إِلَيْهَا وَعَجِبْتُ لِمَنْ أَيْقَنَ بِالْحِسَابِ غَدًا ثُمَّ لَا
يَعْمَلُ
“Semua isinya adalah ungkapan-ungkapan
penuh kebijaksanaan, seperti: “Aku heran dengan orang yang percaya neraka, tapi
dia masih bisa banyak tertawa. Aku heran dengan orang yang percaya kematian,
tapi dia hanya santai dan bergembira. Aku heran dengan orang yang percaya
takdir, tapi dia berjudi mengundi nasibnya. Aku heran dengan orang yang percaya
adanya perhitungan amal, tapi dia enggan beramal (kebaikan).”[10]
3.
Taurat
Taurat
adalah kitab yang Allah subhanahu wa
ta’ala turunkan kepada Nabi Musa ‘alaihis
salam sebagai petunjuk bagi Bani Israil. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَآتَيْنَا
مُوسَى الْكِتَابَ وَجَعَلْنَاهُ هُدًى لِبَنِي إِسْرَائِيلَ أَلَّا تَتَّخِذُوا مِنْ
دُونِي وَكِيلًا
“Dan Kami berikan kepada Musa kitab
(Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan
firman): “Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku.”[11]
Taurat
diturunkan kepada Nabi Musa ‘alaihis
salam dalam bahasa Ibrani dan Taurat diturunkan pada hari keenam di bulan
Ramadhan. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Watsilah bin al-Asqa’ radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
وَأُنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ لِسِتٍّ
مَضَيْنَ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ
"Taurat diturunkan pada hari keenam di
Ramadhan."[12]
Isi
pokok Taurat adalah 10 firman Allah subhanahu
wa ta’ala bagi Bani Israil (The Ten
Commandments). Selain itu, Taurat berisikan tentang aqidah, tauhid, sejarah
nabi-nabi terdahulu dan kumpulan hukum atau syari’at yang diberikan kepada Bani
Israil. 10 firman Allah subhanahu wa
ta’ala kepada Bani Israil (The Ten
Commandments), yaitu:
1. Mengakui
keesaan Allah subhanahu wa ta’ala
(Tauhid)
2. Larangan menyembah berhala
3. Larangan menyebut nama Allah subhanahu wa ta’ala dengan sembarangan
4. Memuliakan hari Sabtu
5. Menghormati orang tua
6. Larangan membunuh
7. Larangan berzina
8. Larangan mencuri
9. Larangan berdusta
10. Larangan menginginkan sesuatu yang menjadi hak orang lain.
2. Larangan menyembah berhala
3. Larangan menyebut nama Allah subhanahu wa ta’ala dengan sembarangan
4. Memuliakan hari Sabtu
5. Menghormati orang tua
6. Larangan membunuh
7. Larangan berzina
8. Larangan mencuri
9. Larangan berdusta
10. Larangan menginginkan sesuatu yang menjadi hak orang lain.
Taurat
yang ada saat ini yaitu yang dikenal dengan Kitab Perjanjian Lama atau Pentateukh, maka kitab tersebut bukanlah
Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa ‘alaihis
salam, hal tersebut dapat kita perhatikan dari banyaknya kontradiksi di
dalamnya, terdapat banyak kesalahan ilmiah serta ketidakmampuan mereka para
Rabi Yahudi menunjukan sanad ilmiah yang shahih hingga Nabi Musa ‘alaihis salam. Selain itu kitab Taurat
pun sempat hilang beberapa kali sebagaimana telah diakui oleh para Rabi Yahudi
sebagaimana yang terjadi pada masa penyerangan Nebukadnezar ke tanah Palestina
di masa lalu. Allah subhanahu wa ta’ala
pun menyatakan bahwa Taurat telah isinya telah dicampuri dan dirubah oleh Bani
Israil, Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:
فَوَيْلٌ
لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَٰذَا مِنْ عِنْدِ
اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا ۖ فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ
وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ
“Maka kecelakaan yang besarlah bagi
orang-orang yang menulis al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu
dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan
yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka Kecelakaan yang besarlah bagi mereka,
akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan Kecelakaan yang
besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.”[13]
4.
Zabur
Zabur
adalah kitab yang Allah subhanahu wa
ta’ala turunkan kepada Nabi Dawud ‘alaihis
salam. Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:
وَرَبُّكَ
أَعْلَمُ بِمَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۗ وَلَقَدْ فَضَّلْنَا بَعْضَ النَّبِيِّينَ
عَلَىٰ بَعْضٍ ۖ وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُورًا
“Dan Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang
(ada) di langit dan di bumi. Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian
nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Dawud.”[14]
Zabur
diturunkan kepada Nabi Dawud ‘alaihis
salam dalam bahasa Ibrani. Zabur juga dalam bahasa Arab disebut dengan
Mazmur dan jamaknya Mazamir yang bermakna nyanyian atau sya’ir rohani. Isi
kandungan Zabur hanya berisi pujian-pujian kepada Allah subhanahu wa ta’ala, hikmah, nasihat, pelajaran-pelajaran, ucapan
rasa syukur dan do’a-do’a. Zabur tidak berisi mengenai hukum atau syari’at
karena umat Nabi Dawud ‘alaihis salam
masih diwajibkan untuk mengikuti hukum atau syari’at Taurat.
5.
Injil
Injil
adalah kitab yang Allah subhanahu wa
ta’ala turunkan kepada Nabi ‘Isa ‘alaihis
salam sebagai petunjuk bagi Bani Israil serta membenarkan kitab yang
diturunkan sebelumnya yaitu Taurat dan Zabur. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَقَفَّيْنَا عَلَىٰ آثَارِهِمْ بِعِيسَى
ابْنِ مَرْيَمَ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ ۖ
وَآتَيْنَاهُ الْإِنْجِيلَ فِيهِ هُدًى وَنُورٌ وَمُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ
يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ
“Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi
Bani Israil) dengan ‘Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya,
yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang
didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan
kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta
pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.”[15]
Injil
diturunkan dalam bahasa Ibrani, beberapa ulama mengatakan turun dalam bahasa
Aramaik. Injil diturunkan kepada Nabi ‘Isa ‘alaihis
salam pada hari ketiga belas di bulan Ramadhan. Sebagaimana hadits yang
diriwayatkan dari Watsilah bin al-Asqa' radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
وَالْإِنْجِيلُ
لِثَلَاثَ عَشْرَةَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ
"Injil diturunkan pada hari ketiga
belas di Ramadhan."[16]
Isi
pokok dalam Injil adalah penyempurna serta menguatkan apa-apa yang telah ada
dalam Taurat, selain itu pada umumnya isi kandungan Injil adalah mengajak untuk
hidup zuhud. Seperti yang terjadi pada Taurat, Injil pun mengalami banyak
sekali distorsi. Diantara bukti bahwa Injil mengalami banyak distorsi adalah
fakta bahwa Injil yang saat ini dipegang oleh umat Nasrani yaitu Injil Lukas,
Injil Markus, Injil Mathius dan Injil Yohannes bukanlah Injil yang diturunkan
kepada Nabi ‘Isa ‘alaihis salam.
Injil-injil tersebut ditulis beberapa tahun setelah Nabi ‘Isa ‘alahis salam wafat sehingga banyak
sekali kesalahan ilmiah serta kontradiksi antara satu versi dengan versi yang
lainnya. Selain itu Injil yang ada saat ini tidak ada satu pun para pendeta
Nasrani yang dapat membuktikan dengan sanad bahwa Injil yang ada saat ini
adalah Injil yang diturunkan kepada Nabi ‘Isa ‘alaihis salam.
6.
al-Qur’an
al-Qur’an
adalah kalamullah yang paling sempurna dan tidak ada yang dapat menyamainya,
diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam melalui perantara Jibril ‘alaihis salam sebagai mukjizat terbesar dan juga petunjuk serta
pedoman bagi seluruh alam. al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab dengan
tingkat bahasa yang sangat tinggi namun mudah difahami, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
نَّا
أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Qur’an
dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.”[17]
al-Qur’an
diturunkan dari Lauh al-Mahfuzh ke langit dunia pada bulan Ramadhan, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
شَهْرُ
رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ
وَالْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan
yang bathil).”[18]
Tepatnya pada Lailah al-Qadr
(Malam Kemuliaan) sebagaimana firman Allah subhanahu
wa ta’ala:
إِنَّا
أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur’an)
pada malam kemuliaan.”[19]
Kemudian al-Qur’an diturunkan
dari langit dunia kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan dan 2
hari
al-Qur’an
memiliki sanad mutawatir sehingga tidak ada kemungkinan untuk dipalsukan
walaupun hanya satu huruf, karena al-Qur’an telah dijaga keotentikannya oleh
Allah subhanahu wa ta’ala, hal ini
dapat diperhatikan dari jumlah hafizh al-Qur’an (pengahfal al-Qur’an) yang
sangat banyak di seluruh penjuru dunia. Salah satu keutamaan al-Qur’an
dibandingkan dengan firman Allah subhanahu
wa ta’ala lainnya seperti Taurat dan Injil adalah bahwasanya al-Qur’an jika
dibaca maka pembacanya akan mendapatkan pahala setiap hurufnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ
قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ
أَمْثَالِهَا، لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ
حَرْفٌ
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari al-Qur’an,
maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi
sepuluh kebaikan semisalnya, dan aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf,
Lam satu huruf dan Mim satu huruf.”[20]
Selain keutamaan di atas,
al-Qur’an pun memiliki banyak sekali keutamaan bagi siapa saja yang membaca,
memahami, mengamalkan serta mengajarkannya.
Menurut
sebagian ahli tafsir, terdapat banyak istilah dalam berbagai ayat al-Qur'an
yang dianggap merujuk sebagai nama lain al-Qur’an, yaitu:
- al-Kitab (Buku)
- al-Furqan (Pembeda benar salah)
- adz-Dzikr (Pemberi peringatan)
- al-Mau'izhah (Pelajaran atau nasihat)
- al-Hukm (Peraturan atau hukum)
- al-Hikmah (Kebijaksanaan)
- asy-Syifa (Obat atau penyembuh)
- al-Huda (Petunjuk)
- at-Tanzil (Yang diturunkan)
- ar-Rahmat (Karunia)
- ar-Ruh (Ruh)
- al-Bayan (Penerang)
- al-Kalam (Ucapan atau firman)
- al-Busyra (Kabar gembira)
- an-Nur (Cahaya)
- al-Basha'ir (Pedoman)
- al-Balagh (Penyampaian atau kabar)
- al-Qaul (Perkataan atau ucapan)
al-Qur'an
terdiri atas 114 surah, 30 juz dan 6236 ayat menurut riwayat Hafsh, 6262 ayat
menurut riwayat ad-Dur dan 6214 ayat menurut riwayat Warsy. Secara umum,
al-Qur'an terbagi menjadi 30 bagian yang dikenal dengan nama juz. Pembagian juz
memudahkan mereka yang ingin menuntaskan pembacaan al-Qur'an dalam kurun waktu
30 hari. Terdapat pembagian lain yang disebut manzil, yang membagi al-Qur'an
menjadi 7 bagian.
Kedudukan
al-Qur’an sebagai kitab yang paling sempurna dan diwahyukan terakhir oleh Allah
subhanahu wa ta’ala, menjadikan
al-Qur’an ini sebagai penyempurna serta menasakh (menghapus) semua hukum-hukum
dalam kitab-kitab sebelumnya. Maka setiap ajaran yang terdapat dalam
kitab-kitab sebelum al-Qur’an baik itu ajaran yang benar apalagi yang telah
diselewengkan oleh para Ahli Kitab, maka al-Qur’an telah menasakhnya
(menghapusnya). Bahkan terdapat sebuah riwayat yang menceritakan mengenai
kemarahan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam ketika ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu
‘anhu melihat-lihat lembaran dan membacakan Taurat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَمُتَهَوِّكُوْنَ
فِيْهَا يَا ابْنَ الْخَطَّابِ؟ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَقَدْ جِئْتُكُمِ بِهَا
بَيْضَاءَ نَقِيَّةً ، لاَ تَسْأَلُوْهُمْ عَنْ شَيْءٍ فَيُخْبِرُوكُمْ بِحَقٍّ فَتُكَذِّبُوْا
بِهِ أَوْ بِبَاطِلٍ فَتُصَدِّقُوْا بِهِ ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ
مُوْسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ كَانَ حَيًّا مَا وَسِعَهُ إِلاَّ أَنْ يَتَّبِعَنِي
“Apakah engkau termasuk orang yang bingung,
wahai Ibnu al-Khaththab? Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh
aku telah datang kepada kalian membawa agama yang putih bersih. Janganlah
kalian menanyakan sesuatu kepada mereka (ahli kitab), sehingga mereka
mengabarkan al-haq (kebenaran) kepada kalian lantas kalian mendustakannya. Atau
mereka mengabarkan satu kebatilan lantas kalian membenarkannya. Demi Dzat yang
jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya Musa ‘alaihis salam masih hidup,
niscaya tidaklah boleh baginya kecuali mengikuti aku.”[21]
Hadits diatas menjadi dalil
bahwa hukum mempelajari kitab-kitab selain al-Qur’an adalah haram bagi orang
awam. Namun bagi seorang cendekiawan yang aqidahnya telah kuat maka mempelajari
kitab-kitab selain al-Qur’an dengan tujuan untuk mengetahui kelemahan serta
kesalahan kitab-kitab tersebut maka itu diperbolehkan sebagai salah satu metode
berdakwah kepada orang-orang kafir agar mereka mau menerima kebenaran Islam
sebagaimana yang dilakukan oleh beberapa cendekiawan muslim saat ini seperti
asy-Syaikh Ahmad Deedat rahimahullah
dan asy-Syaikh Zakir Naik al-Hindi hafizhahullah.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
ادْعُ
إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ
ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.”[22]
Demikianlah
penjelasan ringkas mengenai kitab-kitab Allah, bahwasanya jumlah kitab-kitab
Allah subhanahu wa ta’ala sangatlah
banyak, namun bilangan pastinya tidak diketahui. Sedangkan yang disebutkan
dalam al-Qur’an ada enam yaitu Shuhuf Ibrahim, Shuhuf Musa, Taurat, Zabur,
Injil dan al-Qur’an. al-Qur’an adalah kitab terakhir yang Allah subhanahu wa ta’ala turunkan dan
al-Qur’an ini menyempurnakan serta menasakh (menghapus) semua hukum-hukum dalam
kitab-kitab sebelumnya. Maka wajib bagi siapapun untuk tunduk dan patuh
terhadap seluruh ajaran dan hukum-hukum yang terdapat dalam al-Qur’an. Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
[2] HR.
Ibnu Hibban no. 361
[3] HR. Ahmad
no. 16921
[4] QS. an-Najm
[53] : 33-41
[5] QS. al-A’la
[87] : 14-19
[6] HR.
Ibnu Hibban no. 361
[7] az-Zuhd.
hal. 97
[8] QS. an-Najm
[53] : 33-41
[9] QS. al-A’la
[87] : 14-19
[10] HR.
Ibnu Hibban no. 361
[11] QS. al-Isra’
[17] : 2
[12] HR. Ahmad
no. 16921
[13] QS. al-Baqarah
[2] : 79
[14] QS. al-Isra’
[17] : 55
[15] QS.
al-Ma’idah [5] : 46
[16] HR. Ahmad
no. 16921
[17] QS. Yusuf
[12] : 2
[18] QS. al-Baqarah
[2]: 185
[19] QS.
al-Qadr [97] : 1
[20] HR. at-Tirmidzi
no. 2910
[21] HR.
Ahmad no. 15094
[22] QS.
an-Nahl [16] : 125
Referensi
- al-Qur’an al-Kariim
- al-Imam Abu ‘Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal. al-Musnad. 1416 H. Dar al-Hadits Kairo.
- al-Imam Abu Bakar ‘Abdullah bin Muhammad bin Abi ad-Dunya al-Qurasyi al-Baghdadi. Kitab az-Zuhd. 1420 H. Dar Ibn Katsir Damaskus.
- al-Imam Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah at-Tirmidzi. Jami’ at-Tirmidzi. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
- al-Imam Abu Hatim Muhammad bin Hibban bin Ahmad bin Hibban bin Mu’adz bin Ma’bud at-Tamimi. Shahih Ibnu Hibban bi Tartib Ibnu Balban. 1414 H. Mu'asasah ar-Risalah Beirut.