Keutamaan Zakat
“Ambillah
zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka.” (QS. at-Taubah [9] : 103)
Zakat (زكاة)
secara bahasa artinya barakah (بركة), tumbuh (نماء),
tambahan (زيادة), suci (طهارة),
damai (صلاح) dan
bersihnya sesuatu (صفوة الشيء ).
Sedangkan secara syariat zakat adalah hitungan tertentu dari harta dan
sejenisnya di mana syari’at mewajibkan untuk mengeluarkannya karena telah
mencapai suatu syarat tertentu dan diberikan kepada orang-orang yang berhak
untuk menerimanya dengan syarat-syarat khusus. Di dalam al-Qur’an dan
al-Hadits, kadang istilah zakat diistilahkan pula dengan shadaqah dan infaq.
Zakat
merupakan salah satu rukun Islam yang sangat penting dan merupakan suatu
kewajiban bagi seorang muslim. Dalil yang melandasi akan kewajiban sangat
banyak sekali di dalam al-Qur’an maupun as-Sunnah, bahkan ulama telah berijma’
akan kewajibannya. Maka barangsiapa yang mengingkari kewajiban zakat ini maka
dia kafir dan wajib untuk bertaubat jika ingin kembali diakui sebagai seorang
muslim, jika dia menolak untuk bertaubat dan menunaikan zakat maka dia boleh
diperangi sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam:
أُمِرْتُ
أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ
مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ فَإِذَا
فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّ الْإِسْلَامِ
وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia
sampai mereka bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang berhak
diibadahi dengan benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,
menegakkan shalat dan menunaikan zakat. Apabila mereka melakukan hal tersebut
maka terjaga dariku darah dan harta mereka kecuali dengan hak islam dan hisab
mereka pada Allah.”[1]
Bahkan
ancaman sangat keras diberikan kepada mereka yang tidak membayar zakat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
مَنْ
آتَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مَالاً فَلَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهُ مُثِّلَ لَهُ مَالُهُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ شُجَاعًا أَقْرَعَ لَهُ زَبِيبَتَانِ يَأْخُذُ بِلِهْزِمَتَيْهِ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَقُولُ أَنَا مَالُكَ أَنَا كَنْزُكَ
“Barangsiapa yang diberi oleh Allah ‘azza
wa jalla harta kemudian ia tidak membayar zakatnya, maka akan dijelmakan harta
itu pada hari kiamat dalam bentuk ular yang kedua kelopak matanya menonjol.
Ular itu melilitnya kemudian menggigit dengan dua rahangnya sambil berkata:
“Aku adalah hartamu, aku adalah simpananmu.”[2]
Tidak
ada satu pun perkara yang diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta‘ala kecuali Allah subhanahu wa ta’ala menjanjikan imbalan dan keutamaan bagi yang
melaksanakannya. Zakat sendiri memiliki keutamaan yang sangat banyak
diantaranya:
1.
Zakat
menjadikan keislaman seseorang menjadi sempurna
Zakat
merupakan bagian dari rukun Islam. Jika seseorang menunaikan zakat, maka
keislamannya akan menjadi sempurna. Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
بُنِىَ
الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ
وَصَوْمِ رَمَضَانَ
“Islam dibangun diatas lima perkara, yaitu:
bersaksi bahwasanya tiada Tuhan yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah
dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, berhaji ke Baitullah dan puasa Ramadhan.”[3]
2.
Zakat
menjadi bukti keimanan seseorang
Zakat
dapat menjadi bukti keimanan seseorang. Harta merupakan suatu hal yang sangat
dicintai oleh jiwa, jika sesuatu yang sangat dicintai itu rela dikeluarkan maka
pastilah seorang tersebut mengharapkan suatu balasan yang semisal atau bahkan
lebih dari apa yang telah dikeluarkan. Karena hal itulah zakat disebut juga
shadaqah yang berasal dari kata shidiq yang bermakna jujur atau benar, karena
zakat menjadi bukti kebenaran atau kejujuran imannya seorang yang menunaikan
zakat (muzakki). Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
وَالصَّدَقَةُ
بُرْهَانٌ
“Shadaqah merupakan bukti (keimanan).”[4]
Allah subhanahu wa ta’ala pun menjelaskan
bahwa salah satu tanda orang yang beriman adalah menunaikan zakat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَالْمُؤْمِنُونَ
وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ
عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ
وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan
perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang
lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.”[5]
3.
Zakat
merupakan sebab masuk surga
Salah
satu sebab masuk surga adalah dengan bersedekah atau berzakat yaitu memberikan
harta benda yang dicintai kepada orang miskin yang berhak menerimanya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّ
الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ آخِذِينَ مَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا
قَبْلَ ذَلِكَ مُحْسِنِينَ كَانُوا قَلِيلا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ وَبِالأسْحَارِ
هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa
berada di dalam taman-taman (surga) dan mata air, mereka mengambil apa yang
diberikan Tuhan kepada mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu (di dunia)
adalah orang-orang yang berbuat baik; Mereka sedikit sekali tidur pada waktu
malam; dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah). Dan pada
harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta, dan orang miskin
yang tidak meminta.”[6]
Hal
tersebut pun pernah diterangkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ
فِى الْجَنَّةِ غُرَفًا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا
فَقَامَ أَعْرَابِىٌّ فَقَالَ لِمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لِمَنْ أَطَابَ
الْكَلاَمَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ
وَالنَّاسُ نِيَامٌ
“Sesungguhnya di surga terdapat kamar yang
luarnya dapat terlihat dari dalamnya dan dalamnya dapat terlihat dari luarnya.”
Kemudian ada seorang badui berdiri lantas bertanya: “Kepada siapa (kamar
tersebut) wahai Rasulullah?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
“Bagi orang yang berkata baik, memberi makan (salah satunya dengan zakat),
rajin berpuasa, shalat karena Allah di malam hari di saat manusia sedang
terlelap tidur.”[7]
4.
Zakat
merupakan sebab dijauhkan dari adzab neraka
Begitu
keras ancaman Allah subhanahu wa ta’ala
bagi mereka yang tidak menunaikan zakat, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:
وَلَا
يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا
لَّهُم ۖ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَّهُمْ ۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
ۗ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Sekali-kali janganlah orang-orang yang
bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka,
bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk
bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan di lehernya kelak
pada hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit
dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”[8]
Mengenai
ayat di atas, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ
آتَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مَالاً فَلَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهُ مُثِّلَ لَهُ مَالُهُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ شُجَاعًا أَقْرَعَ لَهُ زَبِيبَتَانِ يَأْخُذُ بِلِهْزِمَتَيْهِ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَقُولُ أَنَا مَالُكَ أَنَا كَنْزُكَ
“Barangsiapa yang diberi oleh Allah ‘azza
wa jalla harta kemudian ia tidak membayar zakatnya, maka akan dijelmakan harta
itu pada hari kiamat dalam bentuk ular yang kedua kelopak matanya menonjol.
Ular itu melilitnya kemudian menggigit dengan dua rahangnya sambil berkata:
“Aku adalah hartamu, aku adalah simpananmu.”[9]
Agar
seseorang dijauhi dari adzab Allah subhanahu
wa ta’ala kelak di hari kiamat sebagaimana yang dijelaskan pada ayat dan
hadits di atas, maka menunaikan zakat adalah solusinya.
5.
Zakat
menjadikan harta yang dimiliki bertambah dan berkah
Zakat
dapat menambah serta menjadikan harta
seseorang menjadi berkah. Walaupun secara zhahih ketika seseorang mengeluarkan
zakat maka hartanya berkurang, namun hakikatnya hartanya akan menjadi penuh
berkah dan bertambah banyak. Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman:
يَمْحَقُ
اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan
sedekah.”[10]
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
مَنْ
تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ وَلاَ يَقْبَلُ اللَّهُ إِلاَّ الطَّيِّبَ
وَإِنَّ اللَّهَ يَتَقَبَّلُهَا بِيَمِينِهِ ، ثُمَّ يُرَبِّيهَا لِصَاحِبِهِ كَمَا
يُرَبِّى أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الْجَبَلِ
“Barangsiapa bersedekah senilai dengan
sebiji Kurma dari penghasilan yang baik (halal) dan Allah hanya menerima
sedekah yang baik (halal), maka sesungguhnya Allah akan menerima sedekahnya
dengan tangan kanan-Nya, kemudian Dia menumbuh-kembangkannya bagi pemiliknya
sebagaimana salah seorang dari kamu menumbuh-kembangkan anak kudanya sehingga
menjadi seperti (sepenuh) gunung.”[11]
Rasulullah
shallallhu ‘alaihi wa sallam juga
bersabda:
مَا
نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
“Sedekah tidaklah mengurangi harta.”[12]
Mengenai
hadits di atas, al-Imam an-Nawawi rahimahullah
berkata:
ذكروا
فيه وجهين احدهما معناه أنه يبارك فيه ويدفع عنه المضرات فينجبر نقص الصورة بالبركة
الخفية وهذا مدرك بالحس والعادة والثاني أنه وإن نقصت صورته كان في الثواب المرتب عليه
جبر لنقصه وزيادة إلى أضعاف كثيرة
“Di dalam hadits di atas, ulama menyebutkan
dua sisi. Pertama, hartanya akan diberkahi dan dijauhkan dari bahaya-bahaya
kemudian kekurangan hartanya ditutupi dengan berkah yang samar. Hal ini
terlihat nyata dan terbukti secara adat. Kedua, meskipun kelihatannya berkurang
sebab dizakatkan, namun hartanya berada di dalam pahala yang akan menutupi
kekurangan hartanya tersebut dan akan mendatangkan tambahan yang berlipat ganda.”[13]
Adakalanya
seseorang yang tidak membayar zakat hartanya tidak berkurang secara zhahir,
namun hakikatnya harta tersebut berkurang dan tidak berkah. Bisa jadi bentuk
ketidakberkahannya adalah membuat seseorang itu semakin tersesat dan jauh dari
hidayah Allah subhanahu wa ta’ala
atau bisa jadi harta tersebut akan hilang atau raib karena dicuri atau
semacamnya sebagai bentuk adzab Allah subhanahu
wa ta’ala di dunia karena kebakhilannya.
6.
Orang
yang berzakat dapat mendapatkan naungan dari Allah subhanahu wa ta’ala pada hari kiamat
Seseorang
yang menunaikan zakat dengan ikhlas dan hanya mengharapkan ridha Allah subhanahu wa ta’ala, maka dia akan
mendapatkan naungan dari Allah subhanahu
wa ta’ala pada hari kiamat. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
سَبْعَةٌ
يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ, وذكر فيه :… وَرَجُلٌ
تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ …
“Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan
naungan dari Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya,
diantaranya yaitu: “Seseorang yang menyedekahkan hartanya dengan
sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan
oleh tangan kanannya.”[14]
Juga
riwayat dari ‘Uqbah bin Amir radhiyallahu
‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ
امْرِئٍ فِى ظِلِّ صَدَقَتِهِ حَتَّى يُفْصَلَ بَيْنَ النَّاسِ
“Setiap orang akan berada di naungan amalan
sedekahnya hingga ia mendapatkan keputusan di tengah-tengah manusia.”[15]
7.
Zakat
dapat menghapuskan dosa-dosa
Seseorang
yang menunaikan zakat, maka Allah subhanahu
wa ta’ala akan menghapuskan dosa-dosanya yang telah lalu. Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ
أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَبَعَثْنَا مِنْهُمُ اثْنَيْ عَشَرَ نَقِيبًا
وَقَالَ اللَّهُ إِنِّي مَعَكُمْ لَئِنْ أَقَمْتُمُ الصَّلَاةَ وَآتَيْتُمُ الزَّكَاةَ
وَآمَنْتُمْ بِرُسُلِي وَعَزَّرْتُمُوهُمْ وَأَقْرَضْتُمُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا
لَأُكَفِّرَنَّ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَلَأُدْخِلَنَّكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ
تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ فَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ
السَّبِيلِ
“Dan Sesungguhnya Allah telah mengambil
Perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat diantara mereka orang pemimpin
dan Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Sesungguhnya aku beserta kamu.
Sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman
kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah
pinjaman yang baik. Sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu dan sesungguhnya
kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air di dalamnya
sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya
ia telah tersesat dari jalan yang lurus.”[16]
al-Imam
Abu Hayyan al-Andalusi rahimahullah
berkata:
وذلك
إشارة إلى إزالة العقاب، وإدخال الجنات، وذلك إشارة إلى إيصال الثواب
“Dalam ayat ini, Allah menjanjikan penebusan
dan pengampunan dosa bagi orang yang membayar zakat sekaligus menjanjikan
jaminan surga dan pahala yang banyak.”[17]
Selain
itu terdapat pula sebuah riwayat dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
وَالصَّدَقَةُ
تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ
“Sedekah itu akan memadamkan dosa
sebagaimana air dapat memadamkan api.”[18]
8.
Seorang
yang berzakat akan mendapatkan petunjuk dalam segala urusan
Seseorang
yang menunaikan zakat maka dia mendapatkan harapan yang besar untuk diberikan
petunjuk dalam segala urusannya. Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman:
إِنَّمَا
يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ
وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا
مِنَ الْمُهْتَدِينَ
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah
ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain
kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang
yang mendapat petunjuk.”[19]
9.
Zakat
akan menyucikan harta seseorang
Harta
yang dimiliki oleh seseorang bisa jadi berasal dari harta haram yang dia tidak
ketahui atau disadari, maka salah satu cara untuk menyucikan hal tersebut
adalah dengan berzakat. Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman:
خُذْ
مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,
dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.”[20]
Dan
diriwayatkan pula dari Abu Gharzah radhiyallahu
‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
يَا
مَعْشَرَ التُّجَّارِ إِنَّ الْبَيْعَ يَحْضُرُهُ الْحَلِفُ وَاللَّغْوُ فَشُوبُوهُ
بِالصَّدَقَةِ
“Wahai para pedagang sesungguhnya jual beli
ini dicampuri dengan perbuatan sia-sia dan sumpah oleh karena bersihkanlah ia
dengan shadaqah.”[21]
10. Zakat
merupakan sebab datangnya segala kebaikan
Menunaikan
zakat merupakan salah satu sebab datangnya segala kebaikan. Sedangkan
meninggalkan zakat akan menyebabkan terhalangnya kebaikan-kebaikan. Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman:
رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ
ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ
فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ. لِيَجْزِيَهُمُ
اللَّهُ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ
يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Laki-laki yang tidak
dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati
Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka
takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi
goncang. (Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan Balasan
kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. dan Allah
memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.”[22]
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
وَلَمْ
يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلاَّ مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ وَلَوْلاَ
الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا
“Tidaklah suatu kaum enggan mengeluarkan
zakat dari harta-harta mereka, melainkan mereka akan dicegah dari mendapatkan
hujan dari langit. Sekiranya bukan karena binatang-binatang ternak, niscaya
mereka tidak diberi hujan.”[23]
11. Zakat dapat menghilangkan kejelekan dari
diri seseorang
Kejelekan
yang ada pada diri seseorang dapat dihilangkan salah satunya dengan berzakat. Rasulullah
shallallahu ‘aalihi wa sallam
bersabda:
مَنْ
أَدَّى زَكَاةَ مَالِهِ فَقَدْ ذَهَبَ عَنْهُ شَرُّهُ
“Barangsiapa membayar zakat hartanya, maka
kejelekannya akan hilang dari dirinya.”[24]
12. Zakat dapat mengobati penyakit rohani dan
jasmani
Jika
seseorang memiliki penyakit baik penyakit rohani maupun jasmani, maka berzakat
adalah salah satu solusinya. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
وَدَاوُوا
مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ
“Obatilah orang-orang yang sakit diantaramu
dengan shadaqah.”[25]
Dalam
hadits lain juga Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنْ
أَرَدْتَ أَنْ يَلِينَ قَلْبُكَ ، فَأَطْعِمِ الْمِسْكِينَ ، وَامْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيمِ
“Jika engkau ingin melunakkan hatimu maka
berilah makan pada orang miskin dan usaplah kepala anak yatim.”[26]
13. Zakat dapat memadamkan murka Allah
Zakat
akan memadamkan murka Allah subhanahu wa
ta’ala, karena dengan menunaikan zakat maka seseorang telah melaksanakan
salah satu bentuk keta’atan kepada Allah subhanahu
wa ta’ala. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ
الصَّدَقَةَ لَتُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ وَتَدْفَعُ مِيتَةَ السُّوءِ
“Sedekah itu dapat memamkan murka Allah dan
mencegah dari keadaan mati yang jelek.”[27]
14. Zakat dapat mencegah dari su’ul khatimah
Zakat
pun dapat mencegah seseorang dari kematian yang buruk (su’ul khatimah). Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ
الصَّدَقَةَ لَتُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ وَتَدْفَعُ مِيتَةَ السُّوءِ
“Sedekah itu dapat memamkan murka Allah dan
mencegah dari keadaan mati yang jelek.”[28]
15. Seorang yang berzakat akan dido’akan oleh para
malaikat
Seseorang
yang berzakat akan dido’akan kebaikan oleh para malaikat setiap hari. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
مَا
مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا
اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا ، وَيَقُولُ الآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا
تَلَفًا
“Tidaklah seorang hamba berada pada suatu
hari melainkan akan turun dua malaikat yang salah satunya berdo’a: “Ya Allah,
berilah orang-orang yang berinfaq itu balasan.” dan malaikat yang lain berdo’a:
“Ya Allah, berilah pada orang yang pelit itu kebinasaan.”[29]
16. Zakat dapat membentengi harta
Harta
dapat dibentengi dari segala keburukan seperti ketidakberkahan, pencurian dan
semacamnya dengan berzakat. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
حَصِّنُوا
أمْوالَكُمْ بالزَّكاةِ
“Bentengilah harta kalian dengan zakat.”[30]
17. Zakat dapat menyatukan hati-hati setiap
muslim
Dengan
zakat maka semua komponen dalam masyarakat Islam bisa berbuat baik dengan saling
tolong menolong, dimana yang kaya dapat menolong yang miskin, yang tujuan akhir
dari semua itu adalah untuk memunculkan rasa persaudaraan dan persatuan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَأَحْسِنْ
كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ
“Dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.”[31]
18. Zakat
dapat memadamkan kemarahan orang miskin
asy-Syaikh
Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah
berkata:
أنها
تطفئ حرارة ثورة الفقراء ؛ لأن الفقير قد يغيظه أن يجد هذا الرجل يركب ما شاء من المراكب
، ويسكن ما يشاء من القصور ، ويأكل ما يشتهي من الطعام ، وهو لا يركب إلا رجليه ، ولا
ينام إلا على الأرض وما أشبه ذلك ، لا شك أنه يجد في نفسه شيئاً . فإذا جاد الأغنياء
على الفقراء كسروا ثورتهم وهدؤوا غضبهم ، وقالوا : لنا إخوان يعرفوننا في الشدة ، فيألفون
الأغنياء ويحبونهم
“Sesungguhnya zakat dapat memadamkan
kemarahan orang miskin. Terkadang orang miskin menjadi marah karena melihat
orang kaya hidup mewah. Orang kaya dapat memakai kendaraan yang dia suka
(dengan berganti-ganti) atau tinggal di rumah mana saja yang dia mau. Tidak
ragu lagi, pasti akan timbul sesuatu (kemarahan) pada hati orang miskin. Apabila
orang kaya berderma pada mereka, maka padamlah kemarahan tersebut. Mereka akan
mengatakan: “Saudara-saudara kami ini mengetahui kami berada dalam kesusahan.”
Maka orang miskin tersebut akan suka dan timbul rasa cinta kepada orang kaya
yang berderma tadi.”[32]
19. Zakat dapat Menghalangi berbagai bentuk
pencurian, pemaksaan, dan perampasan
asy-Syaikh
Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah
berkata:
أنها
تمنع الجرائم المالية مثل السرقات والنهب والسطو ، وما أشبه ذلك ؛ لأن الفقراء يأتيهم
ما يسد شيئاً من حاجتهم ، ويعذرون الأغنياء بكونهم يعطونهم من مالهم ، فيرون أنهم محسنون
إليهم فلا يعتدون عليهم .
“Sesungguhnya zakat dapat menghalangi
berbagai bentuk pencurian, pemaksaan, dan perampasan. Karena dengan zakat,
sebagian kebutuhan orang yang hidupnya dalam kemiskinan sudah terpenuhi,
sehingga hal ini menghalangi mereka untuk merampas harta orang-orang kaya atau
berbuat jahat kepada mereka.”[33]
20. Zakat
dapat mengenalkan seseorang kepada hukum dan aturan Allah subhanahu wa ta’ala
asy-Syaikh
Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah
berkata:
أنها
تلجئ الإنسان إلى معرفة حدود الله وشرائعه ؛ لأنه لن يؤدي زكاته إلا بعد أن يعرف أحكامها
وأموالها وأنصباءها ومستحقيها ، وغير ذلك مما تدعو الحاجة إليه .
“Sesungguhnya zakat itu mampu menjadikan seseorang
lebih mengenal hukum dan aturan Allah. Karena ia tidaklah menunaikan zakat
sampai ia mengetahui hukum zakat dan keadaan hartanya. Juga ia pasti telah
mengetahui nishob zakat tersebut dan orang yang berhak menerimanya serta
hal-hal lain yang urgent diketahui.”[34]
Demikianlah
beberapa keutamaan dan faedah Zakat. Semoga risalah ini menjadi tambahan ilmu
yang bermanfaat dan dapat menyadarkan kita semua akan penting dan wajibnya
Zakat, serta menjadi sebuah motivasi bagi kita untuk menunaikannya. Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.
سُبْحَانَكَ
اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ
إِلَيْكَ
[1] HR.
al-Bukhari no. 25
[2] HR.
an-Nasa’i no. 2482
[3] HR.
al-Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16
[4] HR.
Muslim no. 223
[5] QS.
at-Taubah [9] : 71
[6] QS.
adz-Dzariyat [51] : 15-19
[7] HR.
at-Tirmidzi no. 1984
[8] QS.
Ali Imran [3] : 180
[9] HR.
an-Nasa’i no. 2482
[10] QS.
al-Baqarah [2] : 276
[11] HR.
al-Bukhari no. 1344 dan Muslim no. 1014
[12] HR.
Muslim no. 2588
[13]
Syarh Shahih
Muslim, Juz 16 hal. 213
[14] HR.
al-Bukhari no.629 dan Muslim no. 1031
[15] HR. al-Hakim no.
1517
[16] QS.
al-Ma’iddah [5] : 12
[17]
Tafsir al-Bahr al-Muhith, Juz 3 hal. 460
[18] HR.
at-Tirmidzi no. 614
[19] QS.
at-Taubah [9] : 18
[20] QS. at-Taubah
[9] : 103
[21] HR.
at-Tirmidzi no. 1208, Abu Dawud no. 3326, an-Nasa'i no. 3326 dan Ibnu Majah no.
2145
[22] QS.
an-Nur [24] : 37-38
[23] HR.
Ibnu Majah no. 4019
[26] HR. al-Muttaqi al-Hindi dalam Kanz al-‘Ummal no. 6010
[27] HR.
at-Tirmidzi no. 664
[28] HR.
at-Tirmidzi no. 664
[29] HR. al-Bukhari
no. 1374 dan Muslim no. 1010
[30]
HR. al-Baihaqi dalam asy-Syu’aib al-Iman no. 3280
[31] QS.
al-Qashash [28] : 77
[32] Syarh
al-Mumti’, Juz 6 hal. 9
[33] Syarh
al-Mumti’, Juz 6 hal. 9
[34] Syarh al-Mumti’,
Juz 6 hal. 10
Referensi
- al-Qur’an al-Kariim
- al-Imam Abu ‘Abdillah Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Abdullah al-Hakim an-Naisaburi. al-Mustadrak ‘alaa ash-Shahihain. 1422 H. Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah Beirut.
- al-Imam Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari. Shahih al-Bukhari. 1419 H. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
- al-Imam Abu ‘Abdillah Muhammad bin Yazid bin Abdullah bin Majah al-Quzwaini. Sunan Ibnu Majah. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
- al-Imam Abu ‘Abdurrahman Ahmad bin Syu'aib bin ‘Ali bin Sinan an-Nasa’i. al-Mujtaba min as-Sunan (Sunan an-Nasa’i). Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
- al-Imam Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah at-Tirmidzi. Jami’ at-Tirmidzi. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
- al-Imam Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi. Shahih Muslim. 1419 H. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
- al-Imam Abu Bakr Ahmad bin al-Husain al-Baihaqi. al-Jami’ asy-Syu’aib al-Iman. 1422 H. Maktabah ar-Rasyd Riyadh.
- al-Imam Abu Dawud Sulaiman bin al-Asyats as-Sijistani. Sunan Abu Dawud. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
- al-Imam Abu Hayyan Muhammad bin Yusuf al-Andalusi. Tafsir al-Bahr al-Muhith. 1413 H. Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah Beirut.
- al-Imam Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf an-Nawawi. al-Minhaj Syarh Shahih Muslim. 1412 H. Mu’asasah Qurthubah.
- asy-Syaikh ‘Alauddin ‘Ali bin ‘Abdul Malik Husamuddin al-Muttaqi al-Hindi. Kanz al-‘Umal fii Sunan al-Aqwal wa al-Af’al. 1405 H. Mu’asash ar-Risalah Beirut.
- asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin. asy-Syarh al-Mumti’ ‘alaa Zad al-Mustaqni. 1424 H. Dar Ibnu Jauzi Kerajaan Arab Saudi.