Donasi Dakwah

Donasi Dakwah

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga tercurah limpah kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad  shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang senantiasa menegakkan sunnah beliau hingga hari akhir.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Orang-orang yang mendermakan harta mereka di jalan Allah adalah laksana orang menanam sebuah biji yang menumbuhkan tujuh tangkai. Pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipat gandakan pahala-Nya kepada siapa yang dikehendaki karena kedermawanannya. Allah Maha Luas Rahmat-Nya lagi Maha Mengetahui niat orang-orang yang berderma.” (QS. al-Baqarah [2] : 261)

Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi Informasi dan juga semakin beratnya rintangan dakwah di era globalisasi saat ini ketika bid’ah dan syubhat sangat menyambar dan musuh Islam semakin meracuni kaum muslimin, maka Sharing Seputar Islam terketuk untuk mencoba melawan itu semua dengan sekuat tenaga melalui media sosial. Sharing Seputar Islam adalah salah satu media dakwah bermanhaj Ahlussunnah wa Jama’ah yang aktif memberikan kajian berupa artikel-artikel maupun video kepada kaum muslimin baik melalui website, Facebook, Instagram maupun WhatsApp sejak 2014. Sejak 2014, semua operasional mulai dari penulisan artikel-artikel hingga penyebaran melalui berbagai media sosial, dan biaya internet, sewa hosting dan domain website semua ditanggung oleh admin pribadi.

Maka untuk meringankan beban Sharing Seputar Islam dalam biaya operasional dakwah. Kami mengajak bapak/ibu para muhsinin untuk turut bergabung dengan Sharing Seputar Islam dengan berdonasi ke rekening berikut:

BRI: 089501046950537 a/n Supriyanto  | Kode bank: 002

Untuk mempermudah pencatatan donasi, silahkan lakukan konfirmasi melalui WhatsApp 0858-8225-1777 atau ke email menanti.syahid@gmail.com jika bapak/ibu telah mengirimkan donasi.

Atas dukungannya, kami ucapkan kepada bapak/ibu semua “Terima kasih banyak. Jazakumullah khairan. Semoga Allah memberikan keberkahan kepada diri, harta serta keluarga bapak/ibu semua.”


Sharing Seputar Islam
FB: Sharing Seputar Islam
IG: @sharingseputarislam
Khalid bin Sinan 'alaihis salam, Seorang Nabi yang Disia-siakan oleh Kaumnya

Khalid bin Sinan 'alaihis salam, Seorang Nabi yang Disia-siakan oleh Kaumnya

“Dia (Khalid bin Sinan) adalah seorang nabi yang disia-siakan oleh kaumnya.” (HR. al-Hakim no. 4173)

Khalid bin Sinan al-‘Abasi ‘alaihis salam. Nasab beliau adalah Khalid bin Sinan bin Ghaits bin ‘Abasi. Beliau adalah seseorang yang hidup diantara abad ke 1 M hingga diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beberapa riwayat menyatakan bahwa dia adalah seorang nabi, namun dalam riwayat lain pun dijelaskan bahwa tak ada nabi antara Nabi ‘Isa ‘alaihis salam dengan Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka karena hal itu, status kenabian beliau menjadi ikhtilaf diantara para ulama.

Riwayat mengenai beliau tidaklah banyak, kebanyakan berasal dari riwayat oral (lisan ke lisan) dalam budaya Arab. Dalam periwayatan bersanad, maka riwayat yang paling bisa dijadikan pegangan adalah riwayat dari al-Imam al-Hakim rahimahullah. al-Imam Abu ‘Abdillah al-Hakim an-Naisaburi rahimahullah meriwayatkan dalam kitab beliau al-Mustadrak ‘ala ash-Shahihain nomor 4173 (Juz 2 hal. 599, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah).

Abu Bakar bin Ishaq al-Faqih dan Ja'far bin Muhammad al-Khaladi mengabarkan kepada kami, keduanya berkata, Ali bin Abdul Aziz menceritakan kepada kami, Mu'alla bin Mahdi menceritakan kepada kami, Abu Awanah menceritakan kepada kami dari Abu Yunus, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma.

Diriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki dari Bani Abs yang bernama Khalid bin Sinan, dia berkata kepada kaumnya, “Sungguh, aku telah memadamkan dua api kejadian untuk kalian.”

Lalu berkatalah Umarah bin Ziyad (salah seorang kaumnya), “Demi Allah, apa yang kamu katakan kepada kami wahai Khalid selalu benar, ada apa denganmu dan dua kejadian yang kamu katakan sudah memadamkannya itu?"

Dia pun berangkat diaertai Umarah bin Ziyad dengan membawa tiga puluh orang kaumnya hingga akhirnya mereka mendatanginya, sementara api itu keluar dari balik sela gunung, dari sebuah sabana padang pasir yang disebut Asyja'. Khalid kemudian membuat sebuah garis untuk mereka dan menundudukan mereka di dalamnya, lalu dia berkata, “Kalau aku terlambat menemui kalian maka jangan sebut namaku.”

Api itu kemudian keluar bagaikan seekor kuda bule yang saling mengikuti satu sama lain. Khalid lalu menghadapinya dengan tongkatnya sambil berkata, “Membekulah! Membekulah! Membekulah! Semua adalah petunjuk, anak penggembala memastikan bahwa aku tidak akan keluar darinya sementara pakaianku ada di tanganku.”

Akhirnya Khalid memasuki celah gunung bersama api itu dan dia terlambat datang kepada mereka, kemudian berkatalah Umarah bin Ziyad, “Demi Allah, kalau saja teman kalian ini yaitu Khalid masih hidup tentu dia sudah keluar menemui kalian.” Mereka berkata, “Sebutlah namanya!” Yang lain berkata, “Dia telah melarang kita menyebut namanya.” Tapi akhirnya mereka menyebut namanya.

Khalid lalu keluar menemui mereka sambil memegang kepalanya sambil berkata, “Bukankah aku sudah melarang kalian menyebut namaku, demi Allah, kalian sudah membunuhku maka kuburkan aku. Jika ada segerombolan keledai melewati kalian dan salah satunya adalah keledai yang buntung ekornya maka galilah kuburanku karena kalian akan mendapatiku dalam keadaan hidup.”

Mereka lalu menguburkannya dan benar saja ada segerombolan keledai lewat, di antaranya ada keledai yang ekornya buntung. Mereka pun berkata, “Ayo bongkar kuburannya karena dia memerintahkan kepada kita untuk membongkar kuburannya.” Tapi Umarah bin Ziyad malah berkata, “Jangan sampai Mudhar (salah satu nama marga) membuat gosip tentang kita bahwa kita membongkar kuburan orang yang mati diantara kita. Demi Allah, kita tidak akan membongkar kuburannya selama-lamanya.”

Khalid ini juga pernah mengabarkan kepada mereka bahwa dalam blangkin istrinya terdapat dua buah batu bertulis yang bila mereka mengalami kesulitan maka mereka bisa melihat kedua batu itu, maka mereka akan menemukan jawaban dari apa yang mereka tanyakan, tapi Khalid berpesan, “Jangan sampai ada wanita haid yang menyentuhnya.”

Ketika mereka kembali maka mereka menanyakan kepada istrinya, lalu istrinya ini mengeluarkan kedua batu bertulis itu padahal dia sedang haid sehingga hilanglah semua ilmu yang ada pada dua batu itu.”

Dia berkata, Abu Yunus berkata, Simak bin Harb berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang itu maka beliau menjawab:

ذاك نبي أضاعه قومه

“Dia (Khalid bin Sinan) adalah seorang nabi yang disia-siakan oleh kaumnya.”

Abu Yunus berkata, Simak bin Harb berkata, bahwa anak Khalid bin Sinan mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau bersabda:

مرحبا بابن أخي

“Selamat datang anak saudaraku.”

Diriwayatkan dari Abu al-Ashbagh Abdul Malik bin Nashr, Abu ‘Utsman Sa'id bin Nashr dan  Abu ‘Abdillah bin Shalih al-Mu'afiri al-Andalusi rahimahumullah, mereka menyebutkan bahwa antara mereka dengan Qairuwan ada sebuah lautan yang tidak ada satu orang pun pernah mendakinya. Jalannya di laut ada di atas gunung, dan mereka juga melihat di atas puncak gunung itu, di sebuah gua ada seorang laki-laki yang memakai pakaian dari wol putih sedang berbaring, kepalanya ada di atas kedua tangannya sepertinya dia sedang tidur dan tidak ada yang berubah dari dirinya. Orang-orang di sekitar daerah itu mengatakan bahwa itulah Khalid bin Sinan. Wallahu a'lam Riwayat ini sesuai syarat al-Bukhari menurut al-Imam al-Hakim rahimahullah dan disetujui oleh al-Imam adz-Dzahabi rahimahullah dalam Talkhis.
Kisah Nabi Daniyal 'alaihis salam di Gua Singa

Kisah Nabi Daniyal 'alaihis salam di Gua Singa

“Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.” (QS. an-Nisa’ [4] : 164)

Nabi Daniyal ‘alaihis salam adalah seorang nabi dari kalangan Bani Israil. Nabi Daniyal ‘alaihis salam adalah pemilik Kitab Daniel, yaitu salah satu kitab Perjanjian Lama. Secara nasab, beliau masih keturunan dari Nabi Dawud ‘alaihis salam. Beliau hidup sekitar tahun 620 SM hingga 538 SM. Secara etimologi, nama Daniyal berasal dari bahasa Ibrani Daniel yang bermakna Allah adalah Hakimku. Nabi Daniyal ‘alaihis salam adalah seorang nabi yang riwayatnya tidak dikisahkan dalam al-Qur’an, namun riwayat beliau banyak ditemukan dalam sejarah Islam khususnya pada masa penaklukan Iskandariyah pada masa Khalifah Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنَاهُمْ عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ وَرُسُلًا لَمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًا

“Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.” (QS. an-Nisa’ [4] : 164)

Diriwayatkan jauh setelah Nabi Musa ‘alahis salam wafat, ada seorang nabi pada masa Bani Israil yang dipanggil Daniyal. Dia didustakan oleh kaumnya, bahkan akhirnya dia diciduk oleh raja yang berkuasa saat itu yaitu raja Nebukadnezar dan dilemparkan ke hadapan beberapa ekor singa yang sengaja dibuat lapar di dalam sebuah sumur.

Ketika Allah subhanahu wa ta’ala melihat ketawakalan dan kesabarannya demi menuntut sesuatu yang ada di sisi-Nya, maka Allah subhanahu wa ta’ala mencegah mulut-mulut singa itu untuk memangsanya bahkan sampai Nabi Daniyal ‘alaihis salam berdiri dengan kedua kakinya di atas kepala singa-singa yang sudah tunduk dan tidak lagi membahayakan itu. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala mengirim Nabi Aramiya ‘alaihis salam seorang Nabi bani Israil dari Syam sehingga Nabi Daniyal ‘alaihis salam dapat terbebas dari kesulitan ini dan menumpas orang yang ingin membinasakan Nabi Daniyal ‘alaihis salam.

Raja Nebukadnezar telah melatih dua singa untuk berburu dan meletakkannya di dalam sebuah sumur. Kemudian dia menggiring Nabi Daniyal ‘alaihis salam dan melemparkannya kepada binatang tersebut. Tetapi kedua singa itu tidak menerkamnya. Maka Nabi Daniyal ‘alaihis salam tinggal di dalam sumur dalam jangka waktu yang dikehendaki Allah subhanahu wa ta’ala. Lalu dia ingin makan dan minum sebagaimana manusia lainnya. Maka Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan melalui wahyu kepada Nabi Aramiya ‘alaihis salam yang saat itu berada di Syam, untuk menyediakan makanan dan minuman untuk Nabi Daniyal ‘alaihis salam. Maka dia berkata, “Ya Tuhanku, aku sekarang berada di tanah suci (Baitul Maqdis), sementara Danyial berada di Babilonia di tanah Irak.” Lalu Allah subhanahu wa ta’ala mewahyukan lagi kepadanya, “Siapkanlah apa yang telah Aku perintahkan kepadamu, karena Aku akan kirim utusan yang akan membawamu ke sana beserta apa yang kau persiapkan.” Akhirnya Nabi Aramiya ‘alaihis salam pun melaksanakan perintah tersebut dan Allah subhanahu wa ta’ala mengirim utusan yang membawanya serta makanan yang dipersiapkannya, hingga dia sampai di depan mulut sumur tersebut. Lalu Nabi Daniyal ‘alaihis salam berkata, “Siapa ini?”

Nabi Aramiya ‘alaihis salam menjawab, “Aku Aramiya.”

Nabi Daniyal ‘alaihis salam berkata, “Kenapa kau datang kemari?”

Nabi Aramiya ‘alaihis salam menjawab, “Aku diutus oleh Tuhanmu untuk menemuimu.”

Nabi Daniyal ‘alaihis salam berkata, “Apakah Dia menyebut namaku?”

Nabi Aramiya ‘alaihis salam menjawab, “Ya.”

Nabi Danial ‘alaihis salam berkata, “Segala puji bagi Allah yang tidak melupakan orang yang mengingat-Nya. Segala puji bagi Allah yang tidak pernah mengecewakan orang yang berharap kepadaNya. Segala puji bagi Allah yang barangsiapa bertawakal kepadaNya, niscaya Dia akan memberi kecukupan kepadanya. Segala puji bagi Allah yang barangsiapa menaruh kepercayaan penuh kepadaNya, niscaya tidak akan Dia pasrahkan urusannya pada yang lain. Segala puji bagi Allah yang telah membalas kebaikan dengan kebaikan dan membalas keburukan dengan ampunan. Segala puji bagi Allah yang telah membalas kesabaran dengan keselamatan. Segala puji bagi Allah yang telah menyingkap kesulitan kita setelah ditimpa musibah. Segala puji bagi Allah, Dia-lah yang kami percayai, ketika kami berprasangka buruk atas amalan-amalan kami. Segala puji bagi Allah, Dia-lah harapan kami, ketika semua cara tertutup di hadapan kami.”

Sebuah makam konon merupakan tempat peristirahatan terakhir Nabi Daniyal ‘alaihis salam terletak di Benteng Kirkuk di kota Kirkuk, Irak. Ada sebuah masjid yang dibangun di atas kubur itu. Masjid itu mempunyai gapura dan tiang-tiang dan dua kubah pada dasar yang dihias. Di sampingnya terdapat tiga buah menara yang berasal dari akhir kekuasaan Mongol. Masjid itu sekitar 400 km persegi, dan di situ ada empat buah makam yang konon merupakan makam Daniyal, Hana, ‘Uzair dan Mikail. Sebuah makam lain di Susa, Iran, juga diklaim sebagai makam Nabi Daniyal ‘alaihis salam. selain itu juga, masyarakat Mesir meyakini bahwa makam Nabi Daniyal ‘alaihis salam terletak di Iskandariyah, Mesir.

Menurut ahli sejarah Islam, kuburan Nabi Daniyal ‘alaihis salam, ditemukan pada masa Khalifah Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu. Saat itu ketika Iskandariyah berhasil dilumpuhkan oleh Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu pada tahun 641 Masehi, Amr dan para tentara melihat ada tempat bersembunyi yang dikunci dengan gembok besi. Kemudian mereka membukanya, dan ternyata di dalamnya ada lobang kecil yang ditutup dengan marmer berwarna hijau yang ditutup dengan marmer berwarna hijau lainnya. Ketika dibuka, ternyata di dalamnya ada jenazah seorang laki-laki dengan kain kafan yang ditenun dengan benang emas, dan memiliki badan yang sangat besar. Kejadian itu dilaporkan kepada Khalifah Umar, dan Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu segera bertanya kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu kemudian menjawab bahwa jenazah tersebut adalah jenazah Nabi Daniyal ‘alaihis salam. Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu segera memerintahkan Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu untuk mengkafani kembali jenazah tadi dan meminta untuk dikuburkan disebuah tempat yang tidak dapat dijangkau oleh orang-orang. Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu lalu membuatkan kuburannya lagi di kota Iskandariyah yang saat ini di atasnya dibangun sebuah masjid yang diberi nama, Masjid Nabi Daniyal.
Kisah Wafanya Nabi Sulaiman ‘alaihis salam

Kisah Wafanya Nabi Sulaiman ‘alaihis salam

“Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib, tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan.” (QS. Saba [34] : 14)

Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan mengenai wafatnya Nabi Sulaiman ‘alaihis salam dan bagaimana Allah subhanahu wa ta’ala menyembunyikan kematiannya terhadap jin yang telah Dia tundukkan baginya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan berat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَى مَوْتِهِ إِلا دَابَّةُ الأرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَأَتَهُ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَنْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِينِ

“Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib, tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan.” (QS. Saba [34] : 14)

Diriwayatkan bahwa Nabi Sulaiman ‘alaihis salam pernah menyendiri di Baitul Maqdis yang dibangun pada tahun keempat kekuasaannya. Beliau menyendiri selama satu atau dua tahun, satu atau dua bulan atau kurang lebih selama itu. Beliau membawa masuk makanan dan minumannya. Pada hari pertama, ia tidak bangun pagi melainkan di dalam Baitul Maqdis telah tumbuh sebuah pohon. Lalu beliau mendatangi pohon tersebut dan bertanya, “Siapa namamu?”

“Namaku ini dan ini,” jawab pohon itu.

“Jika ia tumbuh, hanya sebagai tumbuhan ataukah sebagai obat?” ungkap Nabi Sulaiman ‘alaihis salam.

Pohon itu berkata, “Aku tumbuh sebagai obat ini dan itu.”

Demikianlah, hingga akhirnya sebatang pohon tersebut tumbuh dan diberi nama Kharubah (perusak). Lalu Nabi Sulaiman ‘alaihis salam bertanya, “Siapa namamu?”

“Aku bernama Kharubah,” jawab pohon itu.

“Untuk apa engkau tumbuh?” tanya Nabi Sulaiman ‘alaihis salam.

“Aku tumbuh untuk merusak masjid ini,” papar pohon tersebut.

Nabi Sulaiman ‘alaihis salam pun berkata, “Allah tidak akan merusaknya selama aku masih hidup. Kamu yang pada wajahmu terdapat kebinasaanku dan kerusakan Baitul Maqdis.”

Kemudian Nabi Sulaiman ‘alaihis salam mencabut pohon tersebut dan menanamnya di dinding miliknya. Selanjutnya, Nabi Sulaiman ‘alaihis salam masuk ke dalam mihrab dan berdiri shalat seraya bersandar pada tongkatnya dan meninggal dunia tanpa diketahui oleh setan.

Saat itulah setan-setan yang sedang bekerja untuk Nabi Sulaiman ‘alaihis salam karena takut Nabi Sulaiman ‘alaihis salam akan keluar dan memberi hukuman pada mereka, berkumpul di sekeliling mihrab, sedangkan di depan dan belakang Nabi Sulaiman ‘alaihis salam terdapat dinding.

Setan yang ingin mencabut pohon Kharubah berkata, “Bukankah akan menjadi kuat jika aku masuk dan keluar dari sisi itu?”

Maka setan itu pun masuk dari sisi tersebut hingga keluar dari sisi yang lain. Setan yang berjalan di mihrab itu tidak melihat maupun mendengar suara Nabi Sulaiman ‘alaihis salam yang berada di dalam mihrab dan setan tersebut malah terbakar. Hingga setan itu kembali berada di Baitul Maqdis dan tidak terbakar lagi, ia lalu melihat Nabi Sulaiman ‘alaihis salam telah jatuh dalam keadaan wafat.

Setan tersebut lalu keluar dan memberitahukan pada orang-orang bahwa Nabi Sulaiman ‘alaihis salam telah meninggal dunia. Mereka pun membuka pintu dan mengeluarkan Nabi Sulaiman ‘alaihis salam, lalu menemukan tongkat yang telah dimakan oleh rayap dan mereka tidak mengetahui sejak kapan Nabi Sulaiman ‘alaihis salam telah meninggal dunia.

Mereka lalu menaruh tanah di atas tongkat tersebut, sehingga tanah itu memakannya siang dan malam hari. Akhirnya, mereka memperkirakan bahwa Nabi Sulaiman ‘alaihis salam telah meninggal dunia sejak satu tahun yang lalu.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kemudian mereka mencermati secara bersungguh-sungguh untuknya setelah kematian Sulaiman selama satu tahun penuh sehingga orang-orang pun yakin bahwa jin telah berdusta. Seandainya bangsa jin mengetahui hal ghaib, niscaya mereka mengetahui kematian Sulaiman. Kemudian mereka akan merasakan adzab yang menghinakan. Dan itulah makna firman Allah subhanahu wa ta’ala:

فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَى مَوْتِهِ إِلا دَابَّةُ الأرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَأَتَهُ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَنْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِينِ

“Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib, tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan.” (QS. Saba [34] : 14)

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengemukakan, “Tampak oleh orang-orang secara jelas bahwa jin-jin itu telah berbohong. Kemudian setan-setan itu berkata kepada bumi, ‘Jika kamu memakan makanan, niscaya aku akan datangkan kepadamu makanan yang paling lezat untukmu. Dan jika kamu meminum minuman, niscaya aku akan memberikan minuman yang paling segar kepadamu. Tetapi, kami akan memindahkan air dan tanah kepadamu.’


Nabi Sulaiman ‘alaihis salam Menjadi Raja Bani Israil
Interaksi Nabi Sulaiman ‘alaihis salam dengan Bangsa Jin dan Hewan
Kisah Nabi Sulaiman ‘alaihis salam dan Bilqis Ratu Saba
Sang Pencuri Angsa
Kisah Nabi Ilyas 'alaihis salam dan Kedurhakaan Kaum Finisia

Kisah Nabi Ilyas 'alaihis salam dan Kedurhakaan Kaum Finisia

“Kesejahteran dilimpahkan atas Ilyas. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan hepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.” (QS. ash-Shaffat [37] : 130-132)

Nabi Ilyas ‘alaihis salam adalah seorang nabi dan rasul yang diututs oleh Allah subhanahu wa ta’ala kepada orang-orang Finisia dan Bani Israil yang menyembah berhala bernama Ba’al di sebuah kota bernama Ba’albak, sebuah daerah di Lebanon. Pada masa Nabi Ilyas ‘alaihis salam, kota ini didiami oleh bangsa Finisia yang merupakan bangsa pelaut terkenal. Bangsa ini menyembah berhala Ba’al. Sampai sekarang masih ada sebuah bangunan altar bernama Heliopolis yang diyakini sebagai tempat penyembahan bangsa Finisia kepada Dewa Ba’al. Nama kota Ba’albak sendiri diambil dari nama Ba’al, dewa bangsa Finisia.

Nabi Ilyas ‘alaihis salam sendiri merupakan keturunan dari Nabi Harun ‘alaihis salam kakak dari Nabi Musa ‘alaihis salam. Nasab beliau adalah Ilyas bin Yasin bin Fanhas. Beliau hidup sekitar tahun 910 SM hingga 850 SM dan diangkat menjadi nabi dan rasul pada tahun 870 SM pada usia 40 tahun. Nama beliau disebutkan sebanyak 2 kali di dalam al-Qur’an. Menurut beberapa riwayat Islam beliau belum wafat tetapi diangkat ke sisi Allah subhanahu wa ta’ala sebagaimana Nabi ‘Isa ‘alaihis salam.

Nabi Ilyas ‘alaihis salam berdakwah kepada kaum Finisia dan Bani Israil agar kaumnya mau meninggalkan kebiasaan buruk mereka menyembah berhala Ba’al. Berkali-kali Nabi Ilyas ‘alaihis salam mengingatkan, namun mereka tidak pernah menghiraukan. Menyadari kaumnya tidak mematuhi seruannya, Nabi Ilyas ‘alaihis salam meminta agar Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan adzab-Nya. Maka datanglah bencana kekeringan melanda negeri Ba’albak.

Setelah Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan adzab-Nya berupa kekeringan selama bertahun-tahun, maka tersadarlah kaumnya bahwa seruan Nabi Ilyas ‘alaihis salam itu benar. Setelah kaumnya tersadar, Nabi Ilyas ‘alaihis salam berdo’a kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar musibah kekeringan itu dihentikan. Namun setelah musibah itu berhenti dan perekonomian mereka memulih, mereka kembali durhaka kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan kembali menyembah berhala Ba’al. Akhirnya kaum Nabi Ilyas ‘alaihis salam kembali ditimpa musibah yang lebih berat daripada sebelumnya, yaitu gempa bumi yang dahsyat sehingga mereka mati bergelimpangan.

Maka selesailah kisah kehidupan mereka kaum yang durhaka kepada Allah subhanahu wa ta’ala di muka bumi ini. Allah subhanahu wa ta’ala mengkisahkan hal tersebut dalam firman-Nya:

وَإِنَّ إِلْيَاسَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَلا تَتَّقُونَ أَتَدْعُونَ بَعْلا وَتَذَرُونَ أَحْسَنَ الْخَالِقِينَ اللَّهَ رَبَّكُمْ وَرَبَّ آبَائِكُمُ الأوَّلِينَ فَكَذَّبُوهُ فَإِنَّهُمْ لَمُحْضَرُونَ إِلا عِبَادَ اللَّهِ الْمُخْلَصِينَ وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الآخِرِينَ سَلامٌ عَلَى إِلْ يَاسِينَ إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ

“Dan sesungguhnya Ilyas termasuk salah seorang dari rasul-rasul. (Ingatlah) ketika ia berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu tidak bertakwa? Pantaskah kamu menyembah Ba’al dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta, yaitu Allah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu?” Maka mereka mendustakannya, karena itu mereka akan diseret (ke neraka), kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa), dan Kami abadikan untuk Ilyas (pujian yang baik) di halangan orang-orang yang datang kemudian. (Yaitu) kesejahteran dilimpahkan atas Ilyas. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan hepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.” (QS. ash-Shaffat [37] : 123-132)
Sang Pencuri Angsa

Sang Pencuri Angsa

“Dan kepada masing-masing Kami berikan hikmah dan ilmu, dan Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Dawud. Dan Kamilah yang melakukannya.” (QS. al-Anbiya' [21] : 79)

al-Imam Muhammad bin Ka’ab al-Qiradhi rahimahullah menceritakan sebuah kisah mengenai kecerdasaan Nabi Sulaiman ‘alaihis salam, beliau bercerita:

Suatu hari seorang laki-laki mengadu kepada Nabi Sulaiman ‘alaihis salam, “Wahai Nabi Allah, tetanggaku telah mencuri angsaku!”

Lalu, Nabi Sulaiman ‘alaihis salam pun menyeru kepada orang-orang di sana, “Wahai orang-orang sekalian, marilah kita shalat berjama’ah!”

Seusai shalat, Nabi Sulaiman ‘alaihis salam menyampaikah khotbah kepada jama’ah.

Di tengah-tengah khotbahnya beliau berkata, “Salah seorang di antara kalian telah mencuri angsa tetangganya dan kemudian masuk ke masjid dengan bulu angsa masih menempel di kepalanya!”

Tiba-tiba seorang lelaki mengusap kepalanya untuk menepis bulu angsa yang menempel di kepalanya. Padahal, tidak ada sehelai bulu pun melekat di kepalanya. Melihat gelagat orang tersebut, Nabi Sulaiman ‘alaihis salam berseru, “Tangkap dia! Dialah sang pencuri angsa itu!”

Jelaslah bahwa taktik Nabi Sulaiman ‘alaihis salam hanyalah untuk membuktikan siapa pencuri angsa itu sebenarnya. Bagi yang merasa telah mencuri tentu akan terkecoh dengan perkataan beliau dan pasti sang pencuri tersebut akan mengusap kepalanya karena merasa barang buktinya melekat di kepalanya.

Kisah ini pun menjadi tanda-tanda akan kecerdasan, ketajaman otak, kepandaian berfikir Nabi Sulaiman ‘alaihis salam serta ketelitian di dalam mempertimbangkan dan mengambil sesuatu keputusan.


Nabi Sulaiman ‘alaihis salam Menjadi Raja Bani Israil
Interaksi Nabi Sulaiman ‘alaihis salam dengan Bangsa Jin dan Hewan
Kisah Nabi Sulaiman ‘alaihis salam dan Bilqis Ratu Saba
Kisah Wafanya Nabi Sulaiman ‘alaihis salam
Nabi Yunus ‘alaihis salam Putus Asa Terhadap Kaumnya

Nabi Yunus ‘alaihis salam Putus Asa Terhadap Kaumnya

“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya) maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang lalim.” (QS. al-Anbiya’ [21] : 87)

Nabi Yunus ‘alaihis salam adalah seorang nabi dan rasul yang diutus kepada bangsa Assyiria di Ninawa, Irak. Beliau hidup sekitar tahun 820 SM hingga 750 SM. Beliau kadang dipanggil dengan nama Yunan atau Dzun Nun. Nasab beliau adalah Yunus bin Matta bin Matsan bin Rajim bin Inasyah bin Sulaiman. Sebagian ulama seperti Ibnu al-Atsir rahimahullah berpendapat bahwa Matta adalah ibunda beliau, sedangkan ayahanda beliau adalah Amtai. Namun pendapat yang shahih adalah bahwasanya Matta adalah ayahanda Nabi Yunus ‘alaihis salam sebagaimana pendapat al-Imam Ibnu hajar al-Asqalani dan al-Imam Ibnu al-Jauzi rahimahumallah.

Nabi Yunus ‘alaihis salam adalah seorang nabi dan rasul yang mulia yang diutus oleh Allah subhanahu wa ta’ala kepada bangsa Assyiria di Ninawa. Beliau menasihati mereka dan membimbing mereka ke jalan kebenaran dan kebaikan, beliau mengingatkan mereka akan kedahsyatan hari kiamat dan menakut-nakuti mereka dengan neraka dan mengiming-imingi mereka dengan surga. Beliau memerintahkan mereka dengan kebaikan dan mengajak mereka hanya menyembah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Nabi Yunus ‘alaihis salam senantiasa mendakwahi kaumnya siang dan malam namun tidak ada yang beriman di antara mereka. Hanya dua orang saja yang beriman kepadanya, dia adalah Rubil seorang yang alim dan bijaksana, dan Tanuh seorang yang tenang dan bijaksana. Hingga datanglah suatu hari kepada Nabi Yunus ‘alaihis salam dimana beliau merasakan keputusasaan dari kaumnya. Hatinya dipenuhi dengan perasaan marah pada mereka namun mereka tidak beriman. Kemudian beliau keluar dalam keadaan marah dan menetapkan untuk meninggalkan mereka. Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan hal itu dalam firman-Nya:

وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لا إِلَهَ إِلا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya) maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim.” (QS. al-Anbiya’ [21] : 87)

Tidak ada seorang pun yang mengetahui gejolak perasaan dalam diri Nabi Yunus ‘alaihis salam selain Allah subhanahu wa ta’ala. Nabi Yunus ‘alaihis salam tampak terpukul dan marah pada kaumnya. Dalam keadaan demikian, beliau meninggalkan kaumnya. Beliau pergi ke tepi laut dan menaiki perahu yang dapat memindahkannya ke tempat yang lain. Allah subhanahu wa ta’ala belum mengeluarkan keputusan-Nya untuk meninggalkan kaumnya atau bersikap putus asa dari kaumnya. Yunus mengira bahwa Allah subhanahu wa ta’ala tidak mungkin menurunkan hukuman kepadanya karena ia meninggalkan kaumnya. Saat itu Nabi Yunus ‘alaihis salam seakan-akan lupa bahwa seorang nabi diperintah hanya untuk berdakwah di jalan Allah subhanahu wa ta’ala. Namun keberhasilan atau tidak keberhasilan dakwah tidak menjadi tanggungjawabnya. Jadi, tugasnya hanya berdakwah di jalan Allah subhanahu wa ta’ala dan menyerahkan sepenuhnya masalah keberhasilan atau ketidakberhasilannya terhadap Allah subhanahu wa ta’ala semata.

Terdapat perahu yang berlabuh di pelabuhan kecil. Saat itu matahari tampak akan tenggelam. Ombak memukul tepi pantai dan memecahkan batu-batuan. Nabi Yunus ‘alaihis salam melihat ikan kecil sedang berusaha untuk melawan ombak namun ia tidak mengetahui apa yang dilakukan. Tiba-tiba datanglah ombak besar yang memukul ikan itu dan menyebabkan ikan itu berbenturan dengan batu. Melihat kejadian ini, Nabi Yunus ‘alaihis salam merasakan kesedihan. Nabi Yunus ‘alaihis salam berkata dalam dirinya: “Seandainya ikan itu bersama ikan yang besar barangkali ia akan selamat.” Kemudian Nabi Yunus ‘alaihis salam mengingat-ingat kembali keadaannya dan bagaimana beliau meninggalkan kaumnya. Akhirnya, kemarahan dan kesedihan beliau bertambah.

Nabi Yunus ‘alaihis salam pun menaiki perahu dalam keadaan guncang jiwanya. Beliau tidak mengetahui bahwa beliau lari dari ketentuan Allah subhanahu wa ta’ala menuju ketentuan Allah subhanahu wa ta’ala yang lain. Beliau tidak membawa makanan dan juga kantong yang berisi bawaan atau perbekalan, dan tidak ada seorang pun dari teman-temannya yang menemaninya. Beliau benar-benar sendirian, beliau melangkahkan kakinya di atas permukaan perahu.

Si nahkoda perahu bertanya kepadanya: “Apa yang engkau inginkan?” Mendengar pertanyaan itu, Nabi Yunus ‘alaihis salam pun bangkit: “Saya ingin untuk bepergian dengan perahu-perahu kalian. Apakah kita berlayar dalam waktu yang lama?” Nabi Yunus ‘alaihis salam menampakkan suara yang penuh kemarahan, rasa takut dan kegelisahan.

Nahkoda itu berkata sambil mengangkat kepalanya: “Kita akan berlayar meskipun air tampak sedang pasang.”

Nabi Yunus ‘alaihis salam berkata dengan mencoba sabar dan menyembunyikan kegelisahannya: “Tidakkah engkau mendahului agar jangan sampai pasang itu terjadi wahai tuanku?

Si nahkoda berkata: “Laut kita biasanya terkena pasang, maka ia akan segera mereda ketika melihat seorang musafir yang mulia.” 

Nabi Yunus ‘alaihis salam bertanya: “Aku akan pergi bersama kalian dan berapa ongkos perjalanan?”

Si nahkoda menjawab: “Kami tidak menerima ongkos selain emas.”

Nabi Yunus ‘alaihis salam berkata: “Tidak jadi masalah.”

Nahkoda itu memperhatikan Nabi Yunus ‘alaihis salam. Ia adalah seorang yang berpengalaman di mana ia sering mondar-mandir dari satu pelabuhan ke pelabuhan yang lain. Seringnya ia mengunjungi suatu tempat ke tempat yang lain menjadikannya seorang lelaki yang mampu menangkap perasaan manusia. Nahkoda itu merasakan dan mengetahui bahwa Nabi Yunus ‘alaihis salam lari dari sesuatu. Nahkoda itu membayangkan bahwa Nabi Yunus ‘alaihis salam melakukan suatu kesalahan tetapi ia tidak berani untuk mengungkapkan kesalahan kepada pelakunya kecuali jika pelakunya seorang yang bangkrut. Ia meminta kepada Nabi Yunus ‘alaihis salam untuk membayar ongkos sebanyak tiga kali lipat dari vang biasa dibayar musafir. Nabi Yunus ‘alaihis salam saat itu merasakan kesempitan dalam dadanya dan diliputi dengan kemarahan yang keras dan keinginan kuat untuk meninggalkan negerinya sehingga ia pun memberikan apa yang diminta oleh si nahkoda.

Nahkoda itu memperhatikan kepingan-kepingan emas yang ada di tangannya dan ia menggigit sebagaiannya dengan giginya. Barangkali ia akan menemukan potongan emas yang palsu namun ia tidak menemukannya. Nabi Yunus ‘alaihis salam hanya berdiri menyaksikan semua itu sementara dadanya tampak terombang-ambing: terkadang naik dan terkadang turun laksana ayunan. Nabi Yunus ‘alaihis salam berkata: “Tuanku tentukan bagiku kamarku. Aku tampak letih dan ingin istirahat sebentar.” Si nahkoda berkata: “Memang itu tampak di raut wajahmu. Itu kamarmu.” Sambil ia menunjuk dengan tangannya. Kemudian Nabi Yunus ‘alaihis salam membaringkan diri di atas kasur dan beliau berusaha untuk tidur tetapi usahanya itu sia-sia. Adalah gambar ikan kecil yang hancur berbenturan dengan batu menyebabkan beliau tidak dapat tidur dengan tenang. Nabi Yunus ‘alaihis salam merasakan bahwa atap kamar akan jatuh menimpa dirinya. Akhirnya, Nabi Yunus ‘alaihis salam tidur di atas kasurnya di mana kedua bola matanya berputar-putar di atas atap kamar tetapi pandangan-pandangannya yang gelisah itu tidak menemukan tempat perlindungan. Tempat tinggalnya di kamar itu dan atapnya dan sisi-sisinya tampak semuanya akan runtuh. Nabi Yunus ‘alaihis salam pun mulai mengeluh dan berkata: “Demikian juga hatiku yang tergantung dalam jiwaku.”

Demikianlah, terjadi suatu pergulatan penderitaan yang hebat dalam diri Nabi Yunus ‘alaihis salam saat ia terbaring di atas ranjangnya. Penderitaan yang keras cukup memberatkannya sehingga beliau pun bangkit kembali dari tempat tidurnya tanpa sebab yang dapat dipahami.

Diriwayatkan dalam Tafsir Ibnu Katsir mengenai surat al-Anbiya [21] ayat 87-88. Setelah Nabi Yunus ‘alaihis salam keluar dari negerinya dengan penuh kemurkaan, Nabi Yunus ‘alaihis salam mengancam kaumnya dengan adzab setelah tiga hari. Ketika mereka telah terbukti mendapatkannya dan mereka pun mengetahui bahwa Nabi tersebut tidak berdusta, mereka pun keluar ke lembah-lembah bersama anak-anak kecil, binatang-binatang ternak dan hewan-hewan mereka serta memisahkan antara ibu-ibu dengan anak-anak mereka, kemudian mereka berdo’a dan meminta pemeliharaan serta meminta pertolongan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Unta-unta dan anak-anaknya bersuara, sapi-sapi dan anak-anaknya juga bersuara serta kambing dan anak-anaknya mengembik. Maka, Allah subhanahu wa ta’ala pun mengangkat adzab dari mereka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: 

فَلَوْلَا كَانَتْ قَرْيَةٌ آمَنَتْ فَنَفَعَهَا إِيمَانُهَا إِلَّا قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَىٰ حِينٍ

“Dan mengapa tidak ada suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka beriman, Kami hilangkan dari mereka adzab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.” (QS. Yunus [10] : 98)


Nabi Yunus ‘alaihis salam di Dalam Perut Ikan

Kisah-Kisah Para Nabi dan Rasul

“Jumlah para nabi 124.000 orang, 315 diantara mereka adalah rasul. Banyak sekali.” (HR. Ahmad no. 22288)


Nabi dan Rasul adalah mereka yang diberikan wahyu oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Ulama mengatakan bahwa Nabi adalah seorang yang diberi wahyu oleh Allah subhanahu wa ta’ala dengan suatu syari’at namun tidak diperintah untuk menyampaikannya, akan tetapi mengamalkannya sendiri tanpa ada keharusan untuk menyampaikannya. Sedangkan Rasul adalah seorang yang mendapat wahyu dari Allah subhanahu wa ta’ala dengan suatu syari’at dan ia diperintahkan untuk menyampaikannya dan mengamalkannya. Sebagian rasul-rasul itu dikisahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam al-Qur’an dan sebagian yang lain tidak dikisahkan.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلًا مِنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ لَمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ وَمَا كَانَ لِرَسُولٍ أَنْ يَأْتِيَ بِآيَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ

“Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mu’jizat melainkan dengan seizin Allah.” (QS. Ghafir [40] :  78)

Setiap rasul pasti nabi, namun tidak setiap nabi itu rasul. Jadi jumlah para nabi itu jauh lebih banyak daripada jumlah para rasul. Berdasarkan riwayat yang shahih, jumlah nabi adalah 124.000 dan jumlah rasul adalah 315, sebagaimana dalam riwayat Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Abu Dzar al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai jumlah para nabi dan rasul. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:

مِائَةُ أَلْفٍ وَأَرْبَعَةٌ وَعِشْرُونَ أَلْفًا الرُّسُلُ مِنْ ذَلِكَ ثَلَاثُ مِائَةٍ وَخَمْسَةَ عَشَرَ جَمًّا غَفِيرًا

“Jumlah para nabi 124.000 orang, 315 diantara mereka adalah rasul. Banyak sekali.” (HR. Ahmad no. 22288)

Nabi dan Rasul yang nama dan kisahnya disebutkan dalam al-Qur’an menurut jumhur ulama berjumlah 25. Beberapa kisah Nabi dan Rasul tidak dijelaskan secara rinci di al-Qur’an dan hanya garis besarnya saja, namun dijelaskan secara rinci melalui hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam atau atsar para salafus shalih. Nabi dan Rasul yang nama serta kisahnya tertulis di dalam al-Quran berjumlah 25, yaitu sebagai berikut:

·         Kisah Nabi Idris ‘alaihis salam 
·         Air Bah Menutup Seluruh Dunia
·         Musnahnya Kaum Sodom
·         Kisah Nabi Ishaq ‘alaihis salam 
·         Yusuf dan Zulaikha
·         Samiri dan Patung Anak Sapi
·         Sapi Betina
·         Dawud, Jalut dan Thalut
·         Kisah Wanita yang Dizhalimi
·         Nabi Sulaiman ‘alaihis salam Menjadi Raja Bani Israil
·         Interaksi Nabi Sulaiman ‘alaihis salam dengan Bangsa Jin dan Hewan
·         Kisah Nabi Sulaiman ‘alaihis salam dan Bilqis Ratu Saba
·         Sang Pencuri Angsa
·         Nabi Yunus ‘alaihis salam di Dalam Perut Ikan
Nabi Zakariyya ‘alaihis salam
·         Kisah Nabi Zakariyya ‘alaihis salam dan Maryam
·         Dakwah Nabi Zakariyya ‘alaihis salam kepada Bani Israil
Nabi Yahya ‘alaihis salam
·         Kelahiran Nabi Yahya ‘alihis salam
·         Dakwah Nabi Yahya ‘alaihis salam dan Kedurhakaan Bani Israil
Nabi ‘Isa ‘alaihis salam
·         Kisah Kelahiran Nabi ‘Isa ‘alaihis salam
·         Aqidah Islam Mengenai Kapan Nabi ‘Isa ‘alaihis salam Dilahirkan
·         Dakwah Nabi ‘Isa ‘alaihis salam kepada Bani Israil
·         Siapakah yang Disalib? Nabi ‘Isa ‘alaihis salam atau Yudas Iskariuz?
·         Turunnya Nabi ‘Isa ‘alaihis salam di Akhir Zaman
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihis wa sallam

al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitab beliau yaitu Qishash al-Anbiya’ (Kisah-Kisah Para Nabi) meriwayatkan berbagai kisah para Nabi dan Rasul selain kisah 25 Nabi dan Rasul di atas. Nabi dan Rasul selain 25 nama di atas yang diriwayatkan kisahnya oleh al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitabnya antara lain:

Akhnukh (Para Ulama Tafsir dan Sejarah menyatakan bahwa beliau adalah Nabi Idris ‘alaihis salam)
‘Abir (Para Ulama Tafsir dan Sejarah menyatakan bahwa beliau adalah Nabi Hud ‘alaihis salam)
Kalib bin Yufana
Asy’aya
Hizkiyal

Selain nama-nama di atas, beberapa nama Nabi dan Rasul yang tercatat berdasarkan sejarah atau tradisi Islam. Sebagian besar dari mereka adalah Nabi dan Rasul yang diutus kepada Bani Israil dan nama-nama mereka tercatat di dalam Taurat dan Injil. Nabi dan Rasul yang tercatat dalam sejarah dan tradisi Islam antara lain:

Sam
‘Aili
Akhiyya
Syima’iyya
Iddu
Hanani
Yahu
Mikayya
Ili’azar
Zakariyya bin Yahuyada’
Uriyya
Syadrakh, Misyakh dan ‘Abadnighu
Barakhiyya
Sami
Yuil
‘Amus
‘Ubadiyya
Mikha
Nahum
Habaqquq
Shafanyyia
Hajjai
Malakhi
Beberapa Nabi dan Rasul yang tidak disebutkan namanya baik di al-Qur’an maupun as-Sunnah, namun nama mereka disebutkan dalam beberapa kitab tafsir al-Qur’an antara lain:

Shaduq, Mashduq dan Shalum
Husyi’a
Zakariyya bin Barakhiyya

Beberapa nama di atas bahkan kisahnya tertulis di dalam al-Qur’an. Para ulama sendiri berbeda pendapat mengenai status kenabian mereka, seperti status kenabian dari Habil yang merupakan putra Nabi Adam ‘alaihis salam, apakah beliau seorang nabi atau bukan. 

Dan yang terakhir adalah beberapa nama yang para ulama berbeda pendapat mengenai status kenabiannya, nama-nama tersebut tertulis di dalam al-Qur’an. Mereka adalah:

Dzulqarnain
Thalut
Maryam binti Imran

            Beberapa cendekiawan muslim berselisih mengenai status mereka, apakah mereka adalah seorang Nabi dan Rasul atau hanya sebatas Wali atau orang shalih seperti sosok Luqman al-Hakim dan Dzulqarnain. Begitupula sosok Maryam binti Imran yang menurut al-Imam Ibnu Hazm al-Andalusi rahimahullah beliau adalah seorang Nabiyah (Nabi Wanita), al-Imam Ibnu Hazm al-Andalusi rahimahullah menyatakan bahwa Maryam binti Imran adalah seorang Nabi karena beliau mendapatkan kabar gembira dari Allah subhanahu wa ta’ala melalui malaikat Jibril ‘alaihis salam, hal ini pun disepakati oleh al-Imam al-Qurthubi dan al-Imam Abu Hasan al-Asy’ari rahimahumallah, akan tetapi jumhur ulama menyatakan bahwa pendapat ini tidak tepat karena Maryam binti Imran tidak memenuhi salah satu syarat yaitu bahwasanya seorang Nabi haruslah seorang laki-laki sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى

“Tidaklah Kami mengutus sebelum kamu, kecuali dari kalangan lelaki yang Kami wahyukan kepada mereka, di kalangan penduduk negeri.” (QS. Yusuf [12] : 109)

Namun secara garis besar, mereka semua adalah seorang yang bertauhid dan karena ketauhidan mereka, Allah subhanahu wa ta’ala telah memberikan kemuliaan kepada mereka.

Untuk mengetahui kisah-kisah para Nabi dan Rasul di atas, silahkan di klik pada nama Nabi atau Rasul yang ingin dibaca kisahnya. Jika link aktif, maka akan terbuka jendela baru dan kisah telah penulis tuliskan di website www.sharingseputarislam.com, jika belum aktif maka penulis insyaa Allah akan segera melengkapinya. Penulis pun menerima koreksi, kritik yang membangun, atau tulisan dari pembaca untuk melengkapi kisah-kisah para Nabi dan Rasul di atas. Semoga kisah-kisah mereka bisa menjadi motivasi bagi kita dalam mendakwahkan Tauhid.

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top