Berapa Harga Tuhanmu?

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Abu Dawud no. 4031)


Sebagai seorang muslim, tentulah sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk mengikuti semua apa yang diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, dan juga menjauhi apa-apa yang dilarang oleh-Nya. Inilah konsep keimanan yang kita yakini selama ini. Namun ternyata masih saja ada sebagian umat Islam yang tak mengendahkan perihal tersebut. Bukannya mentaati perintah dan menjauhi larangan-Nya, sebagaian umat ini justru melakukan hal yang sebaliknya. Mengerjakan yang dilarang, dan menjauhi yang seharusnya dikerjakan. Tak sedikit juga yang melakukan hal tersebut karena “dipaksa” oleh keadaan. Sehingga mau tak mau, harus melakukan hal-hal yang dilarang oleh-Nya.

Pada bulan Desember misalnya, banyak umat islam yang dengan terpaksa ataupun suka rela, menggunakan atribut-atribut kaum Nasrani. Ini biasa terjadi dan dilakukan oleh beberapa umat islam yang statusnya adalah pekerja mall, restoran, perkantoran, ataupun tempat hiburan lainnya. Alih-alih tuntutan pekerjaan, mereka akhirnya memakai atribut tersebut. Padahal ini justru bertentangan dengan hakikat keimanan kita. Meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan melakukan dengan perbuatan. Mengaku sebagai orang yang beriman, mengucapkan kalimat syahadat, namun pada prakteknya justru mengikuti cara-cara orang kafir, sama saja kita telah “membohongi” keimanan kita. “kalau kami menolak, maka kami akan dipecat”. Beberapa orang akan melontarkan hal yang demikian, jadi seolah-olah, ancaman pemecatan itu boleh dijadikan alasan untuk tetap menggunakan atribut kaum Nasrani. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menegaskan:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Abu Dawud no. 4031)

Ada sebuah contoh lagi. Kejadian ini mungkin banyak menimpa kaum muslimin yang bekerja sebagai buruh pabrik. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa setiap hari jumat laki-laki yang beragama islam wajib hukumnya untuk melaksanakan shalat jumat berjamaan di Masjid. Namun, pada kenyataannya, tidak sedikit yang justru meninggalkan shalat jumat hanya karena alasan pekerjaan. “Mesin tidak boleh dimatikan, harus ada yang jaga, jadi kami tidak bisa shalat jumat karena jaga mesin”. Ini umumnya terjadi disejumlah pabrik-pabrik tekstil yang ada di Negeri ini. Para pegawainya yang muslim, ketika hari jumat tiba, mereka kesulitan untuk shalat jumat, lantaran “perintah” atasan yang melarang untuk menghentikan mesin. Alasannya, bila mesin dimatikan, perusahaan akan mengalami kerugiaan yang besar. Dan “kerugian besar” dalam hal material menjadi alasan untuk tidak mengerjakan kewajiban yang satu ini. Padahal sebagai umat islam, kita telah sepakat meyakini bahwa shalat merupakan salah satu dari 5 (lima) rukun islam setelah syahadat. Bahkan shalat adalah batas yang membedakan seorang muslim dengan orang kafir.

Bila sampai hari kita masih saja meninggalkan kewajiban kita sebagai seorang muslim, hanya kerena alasan duniawi, maka seperti itu pula kita memperlakukan Allah subhanahu wa ta’ala. Kita akan menyembah Allah, apabila ada keuntungan material yang kita dapati, bila tidak, bisa jadi Allah pun tak lagi kita sembah. Memang sudah semestinya kita sadari “sudah sejauh mana keimanan kita terhadap Allah?” Jangan-jangan, statment kalau kita beriman itu hanya sekedar di bibir saja, tapi hati kita tak meyakininya. Akibat hati yang tak sepenuhnya meyakini, akhirnya, perbuatan kita pun tak mencerminkan seperti orang yang beriman. Kita, disadari atau tidak, telah menukar keimanan kita dengan dunia. Kita telah “menghargai” Tuhan kita dengan harga yang sangat murah. Kita mengkhawatirkan kehidupan dunia yang sementara, dengan menjadikan akhirat kita sebagai taruhannya.

Ya Allah, janganlah Kau palingkan hati kami, dari kesenangan dunia yang semu. Jangan pula Kau sesatkan kami, dari jalan kebanaran ini, dari jalan islam yang mulia ini. Aamiin.

0 Comment for "Berapa Harga Tuhanmu?"

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top