“Mengejar karir
yang terus menaik, jabatan-jabatan tinggi, kerap membuat sebagian kita terbius
dengan obsesi yang tidak pernah mengenal puas itu. Hingga kita pun lupa kalau
sudah berada sangat jauh dengan suasana bawah yang di situlah nanti kita akan
turun.”
Seekor orang
utan tampak asyik bergelantungan di sebuah dahan pohon. Hutan tropis itu memang
setia menyediakan berbagai buahan yang dibutuhkan jenis kera berukuran besar
ini.
Persoalannya,
hewan ini tidak pernah berpikir untuk puas dengan makanan yang ada di dekatnya.
Ia selalu mencari dan mencari aneka buahan yang belum pernah ia coba
sebelumnya. Walaupun, itu berada di pohon yang tinggi sekali.
Bagi si orang
utan, ketinggian pohon bukan hal yang mesti ia perhatikan. Nafsu untuk meraih
buah baru nan segar dan menarik, kerap membuatnya melupakan soal ketinggian
pohon. Ia terus naik…dan naik, bergelantungan dari satu pohon ke pohon yang
lain.Dari pohon yang tidak tinggi ke yang tinggi, dan yang lebih tinggi lagi.
Suatu kali,
ketika sang orang utan sedang asyik menikmati buah segar di sebuah pohon yang
tinggi, seekor burung kakak tua menyapa. “Hai orang utan, apa kau selalu naik
ke pohon yang lebih tinggi hanya untuk mencari buah baru?”
Sang orang utan
pun menoleh ke arah burung kakak tua yang tidak berada jauh dari dahan yang ia
rangkul. “Ya, aku selalu tertantang untuk mencoba aneka buah baru, walaupun di
pohon yang lebih tinggi dari biasanya,” jawab si orang utan.
“Apa kamu tidak
takut terjatuh dari sebuah ketinggian yang luar biasa?” tanya si kakak tua.
“Takut jatuh
dari ketinggian? Aku tidak pernah merasakan sesuatu yang mengkhawatirkan dari
sebuah ketinggian. Bagiku, semua pohon sama saja,” jawab si orang utan.
“Apa kamu pernah
menoleh ke bawah dari atas pohon ini?” tanya si kakak tua lagi. Hal itu
akhirnya ditanyakan kakak tua karena pohon itu adalah yang tertinggi dari pohon
yang ada di hutan tropis itu. Hampir tidak ada hewan yang tak bersayap berada
di puncak ketinggian pohon itu.
Mendapati
pertanyaan si kakak tua, orang utan pun tersadar, kalau selama ini ia memang
tidak pernah menoleh ke bawah. Pandangannya selalu tertuju ke atas, ke arah
buahan baru yang akan ia raih.
Dan, betapa
terkejutnya si orang utan ketika menoleh ke bawah. ”Hiii, kenapa aku setinggi
ini? Bagaimana aku bisa turun?” ujar si orang utan ketika melihat benda-benda
di bawah sana yang terlihat seperti batu-batu kecil yang sulit dikenali. Ia pun
bergidik ketakutan. Rangkulannya pada dahan kian kuat, hingga membuat
otot-ototnya sulit digerakkan.
“Hai orang
utan, perhatikanlah suasana bawah ketika kamu ingin naik di sebuah ketinggian.
Karena suatu saat, kamu pasti turun dan tidak selamanya berada di puncak
ketinggian,” ucap burung kakak tua sambil terbang meninggalkan orang utan yang
ketakutan.
Mengejar karir
yang terus menaik, jabatan-jabatan tinggi, kerap membuat sebagian kita terbius
dengan obsesi yang tidak pernah mengenal puas itu. Hingga kita pun lupa kalau
sudah berada sangat jauh dengan suasana bawah yang di situlah nanti kita akan
turun.
Kenapa tidak
disiapkan anak-anak tangga yang bisa ditapaki secara wajar. Agar di saat akan
turun kelak, kita tidak takut dan bingung, apalagi sampai terjatuh.
0 Comment for "Naik"