“Berilah kabar gembira bagi orang yang
berjalan ke masjid dalam keadaan gelap bahwasanya kelak ia akan mendapatkan
cahaya sempurna pada hari kiamat.” (HR. al-Bukhari no. 477 dan Muslim no. 649)
Shalat
lima waktu memiliki kedudukan yang sangat penting di dalam Islam. Shalat
merupakan tiang agama, dimana ketika seseorang meninggalkan shalat maka
runtuhlah agamanya, sehingga sangat mudahlah dia jatuh ke dalam kekufuran.
Pembeda antara seorang muslim dengan kafir adalah shalat. Begitu pentingnya
shalat di dalam Islam, bahkan amalan pertama yang akan dihisab di hari kiamat
adalah perkara shalat ini. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ
أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ
فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ
فَإِنْ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ انْظُرُوا
هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنْ الْفَرِيضَةِ
ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ
“Sesungguhnya pertama kali amal hamba yang
akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, maka dia
beruntung dan sukses, namun jika shalatnya rusak, maka dia gagal dan rugi. Jika
ada sesuatu kekurangan dari shalat wajibnya, maka ar-Rabb (Allah) subhanahu wa
ta’ala berfirman: “Perhatikan (wahai para malaikat) apakah hamba-Ku ini
memiliki shalat tathawwu’ (sunnah), sehingga kekurangan yang ada pada shalat
wajibnya bisa disempurnakan dengannya!” Kemudian seluruh amalannya akan dihisab
seperti itu.”[1]
Ketika
shalat lima waktu menjadi sangat penting dalam Islam, maka tentu saja ada
hikmah yang besar di dalam shalat. Salah satu hikmah shalat adalah bahwasanya
shalat lima waktu memiliki banyak sekali keutamaan, baik keutamaan yang akan
diperoleh di dunia, maupun keutamaan yang akan diperoleh kelak di akhirat.
Beberapa keutamaan shalat lima waktu antara lain:
1.
Shalat
merupakan sebaik-baik amalan setelah syahadat
Jika
syahadat adalah pondasi, maka shalat adalah tiang penyangga utamanya. Karena
kedudukan shalat yang menjadi tiang penyangga utama bangunan Islam, maka jelas
shalat adalah sebaik-baik amalan. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:
سَأَلْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَىُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ قَالَ الصَّلاَةُ
لِوَقْتِهَا قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَىٌّ قَالَ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ
أَىٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ
“Aku pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, amalan apakah yang paling afdhal?” Jawab beliau: “Shalat
pada waktunya.” Lalu aku bertanya lagi: “Kemudian apa lagi?” Jawab beliau:
“Berbakti pada orang tua.“ Lalu aku
bertanya lagi: “Kemudian apa lagi?” Jawab beliau: “Jihad di jalan Allah.”[2]
2.
Seorang
yang mendirikan shalat akan mendapatkan cinta dan ridha Allah subhanahu wa ta’ala
Seseorang
yang mengerjakan shalat maka dia telah menta’ati perintah Allah subhanahu wa ta’ala. Karena keta’atan
tersebut maka Allah subhanahu wa ta’ala
akan mencintai dan ridha kepadanya. Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman:
قُلْ
إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Katakanlah (wahai muhammad): “Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mencintai dan
mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[3]
3.
Seorang
yang mendirikan Shalat dijanjikan surga
Seseorang
yang menjaga shalat lima waktunya maka Allah subhanahu wa ta’ala akan menjanjikan surga firdaus kepadanya. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَ
الَّذينَ هُمْ عَلى صَلَواتِهِمْ يُحافِظُونَ أُولئِكَ هُمُ الْوارِثُونَ ٱلَّذينَ
يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فيها خالِدُونَ
“Dan orang-orang yang memelihara shalatnya,
mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga
Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.”[4]
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
خَمْسُ
صَلَوَاتٍ كَتَبَهُنَّ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَلَى الْعِبَادِ مَنْ أَتَى بِهِنَّ
لَمْ يُضَيِّعْ مِنْهُنَّ شَيْئًا اسْتِخْفَافًا بِحَقِّهِنَّ كَانَ لَهُ عِنْدَ اللَّهِ
تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَهْدٌ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ
“Ada lima waktu shalat yang diwajibkan
Allah atas hamba-hamba-Nya. Barangsiapa yang mengerjakannya tanpa
menyia-nyiakannya sedikit pun dan meremehkan hak-haknya, maka ia telah terikat
janji dengan Allah yang akan memasukkannya ke surga.”[5]
مَنْ
غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ وَرَاحَ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُ نُزُلَهُ مِنَ الْجَنَّةِ كُلَّمَا
غَدَا أَوْ رَاحَ
“Barangsiapa berpagi-pagi atau ketika sore
hari menuju masjid, maka Allah akan menjadikan dia tempat sebagai tamu di surga
ketika ia pergi di pagi atau sore hari.”[6]
4.
Seorang
yang mendirikan shalat akan dekat dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di surga
Mendirikan
shalat dengan istiqamah dan ikhlas karena Allah subhanahu wa ta’ala dapat menjadikan seseorang dekat dengan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
di surga firdaus. Rabi’ah bin Ka’ab al-Aslami radhiyallahu ‘anhu berkata:
كُنْتُ
أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ
وَحَاجَتِهِ فَقَالَ لِى سَلْ فَقُلْتُ أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِى الْجَنَّةِ قَالَ
أَوَغَيْرَ ذَلِكَ قُلْتُ هُوَ ذَاكَ قَالَ فَأَعِنِّى عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ
“Aku pernah bermalam bersama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku mendatangi beliau dengan membawakan air
wudhu dan memenuhi hajat beliau. Lantas beliau bersabda, “Mintalah.” Aku
berkata, “Aku meminta padamu supaya dapat dekat denganmu di surga
(kelak).” Beliau berkata, “Atau ada
selain itu?” Aku menjawab, “Itu saja yang aku minta.” Beliau bersabda,
“Tolonglah aku dengan engkau memperbanyak sujud.”[7]
Memperbanyak sujud disini
maksudnya adalah mendirikan shalat.
5.
Shalat
dapat menghapuskan dosa-dosa
Manusia
adalah makhluk yang tidak pernah luput dari salah dan dosa. Salah satu cara
untuk menghapus dosa-dosa kita adalah dengan shalat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَرَأَيْتُمْ
لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ ، يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا ،
مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ قَالُوا لاَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا
قَالَ فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ ، يَمْحُو اللَّهُ بِهَا الْخَطَايَا
“Tahukah kalian, seandainya ada sebuah
sungai di dekat pintu salah seorang di antara kalian, lalu ia mandi dari air
sungai itu setiap hari lima kali, apakah akan tersisa kotorannya walau
sedikit?” Para sahabat menjawab: “Tidak akan tersisa sedikit pun kotorannya.”
Beliau bersabda: “Maka begitulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah
menghapuskan dosa.”[8]
الصَّلَوَاتُ
الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ
مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
“Di antara shalat yang lima waktu, di
antara Jumat yang satu dan Jumat lainnya, di antara Ramadhan yang satu dan
Ramadhan lainnya, itu akan menghapuskan dosa di antara keduanya selama
seseorang menjauhi dosa-dosa besar.”[9]
لاَ
يَتَوَضَّأُ رَجُلٌ مُسْلِمٌ فَيُحْسِنُ الْوُضُوءَ فَيُصَلِّى صَلاَةً إِلاَّ غَفَرَ
اللَّهُ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الصَّلاَةِ الَّتِى تَلِيهَا
“Tidaklah seorang muslim memperbagus
wudhunya, lantas ia mengerjakan shalat melainkan Allah mengampuni baginya dosa
di antara shalat tersebut dan shalat berikutnya.”[10]
مَا
مِنِ امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلاَةٌ مَكْتُوبَةٌ فَيُحْسِنُ وُضُوءَهَا وَخُشُوعَهَا
وَرُكُوعَهَا إِلاَّ كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا مِنَ الذُّنُوبِ مَا لَمْ
يُؤْتِ كَبِيرَةً وَذَلِكَ الدَّهْرَ كُلَّهُ
“Tidaklah seorang muslim menghadiri shalat
wajib lalu ia memperbagus wudhu dan mengerjakan shalatnya dengan khusyu’, juga
ia memperbagus ruku’nya melainkan itu sebagai penghapus dosa sebelumnya selama
seseorang tidak melakukan dosa besar dan ini berlaku sepanjang waktu.”[11]
Masih
banyak lagi hadits yang menjelaskan mengenai fadhilah ini. Menurut jumhur
ulama, dosa yang dimaksud dalam hadits-hadits di atas adalah dosa kecil,
sedangkan dosa besar hanya dapat diampuni melalui taubat.
6.
Shalat
dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar
Segala
perbuatan keji dan mungkar yang dilakukan oleh seseorang dapat dicegah dengan
shalat, karena seseorang yang senantiasa istiqamah mendirikan shalat maka dia
pun pasti akan senantiasa menjaga segala perilakuknya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
اتْلُ
مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ
عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
مَا تَصْنَعُونَ
“Bacalah apa yang telah diwahyukan
kepadamu, Yaitu al-kitab (al-qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat
itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar, dan sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah
yang lain), dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”[12]
7.
Shalat
merupakan tempat untuk meminta pertolongan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
Ketika
seorang hamba mendapatkan suatu musibah atau cobaan, maka salah satu tempat
yang paling tepat untuk meminta pertolongan kepada Allah subhanahu wa ta’ala adalah di dalam shalat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَاسْتَعِينُوا
بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu. dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi
orang-orang yang khusyu’.”[13]
8.
Shalat
akan meninggikan derajat seorang hamba
Seseorang
yang dekat dengan Allah subhanahu wa
ta’ala tenu saja memiliki derajat yang sangat tinggi. Begitupula seseorang
yang mendirikan shalat, karena shalat adalah salah satu washilah dalam
mendekatkan diri kepada Allah subhanahu
wa ta’ala. Maka seseorang yang snenantiasa mendirikan shalat maka Allah subhanahu wa ta’ala akan meninggikan
derajatnya. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
عَلَيْكَ
بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلاَّ رَفَعَكَ
اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً
“Hendaklah engkau memperbanyak sujud kepada
Allah. Karena engkau tidaklah sujud kepada Allah dengan sekali sujud melainkan
Allah akan meninggikan derajatmu dan akan menghapuskan satu kesalahan.”[14]
Dan
sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam lainnya:
مَنْ
تَطَهَّرَ فِى بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِىَ
فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً
وَالأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً
“Barangsiapa bersuci di rumahnya lalu ia
berjalan menuju salah satu rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban
yang Allah tetapkan, maka salah satu langkah kakinya akan menghapuskan
kesalahan dan langkah kaki yang lain meninggikan derajat.”[15]
9.
Orang
yang mendirikan shalat akan mendapatkan do’a dari malaikat
Seorang
mendirikan shalat dan menjaga wudhunya maka dia akan mendapatkan do’a dari para
malaikat berupa do’a ampunan dan rahmat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
صَلاَةُ
الرَّجُلِ فِى جَمَاعَةٍ تَزِيدُ عَلَى صَلاَتِهِ فِى بَيْتِهِ وَصَلاَتِهِ فِى سُوقِهِ
بِضْعًا وَعِشْرِينَ دَرَجَةً وَذَلِكَ أَنَّ أَحَدَهُمْ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ
الْوُضُوءَ ثُمَّ أَتَى الْمَسْجِدَ لاَ يَنْهَزُهُ إِلاَّ الصَّلاَةُ لاَ يُرِيدُ
إِلاَّ الصَّلاَةَ فَلَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلاَّ رُفِعَ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَحُطَّ
عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ حَتَّى يَدْخُلَ الْمَسْجِدَ فَإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ كَانَ
فِى الصَّلاَةِ مَا كَانَتِ الصَّلاَةُ هِىَ تَحْبِسُهُ وَالْمَلاَئِكَةُ يُصَلُّونَ
عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِى مَجْلِسِهِ الَّذِى صَلَّى فِيهِ يَقُولُونَ اللَّهُمَّ
ارْحَمْهُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اللَّهُمَّ تُبْ عَلَيْهِ مَا لَمْ يُؤْذِ فِيهِ
مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيهِ
“Shalat seseorang secara berjama’ah lebih
utama dari shalatnya di rumahnya dan pasarnya yaitu lebih utama 20 sekian
derajat. Karena jika seseorang berwudhu dan memperbagus wudhunya kemudian ia
mendatangi masjid dan tujuannya hanyalah untuk shalat, ketika kakinya
melangkah, maka itu akan meninggikan derajatnya (satu derajat) dan menghapuskan
kesalahannya (satu kesalahan) sampai ia masuk dalam masjid. Jika ia masuk
masjid, maka ia berada dalam shalat selama shalat terus berlangsung. Para
malaikat akan mendoakan salah seorang di antara kalian selama ia berada di
tempat (di masjid) di mana ia shalat di situ. Para malaikat mendoakan, “Ya
Allah, rahmatilah ia. Ya Allah, ampunilah dia. Ya Allah, terimalah taubatnya.”
Hal ini terus berlangsung selama ia tidak menyakiti orang lain (dengan
perkataan atau perbuatannya) dan selama tidak berhadats ketika shalat (selama
wudhunya tidak batal).”[16]
10.Shalat
adalah cahaya dunia dan akhirat
Shalat
akan menjadi cahaya di dunia dan di akhirat bagi siapa saja yang mendirikannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
بَشِّرِ
الْمَشَّائِينَ فِى الظُّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّورِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Berilah kabar gembira bagi orang yang
berjalan ke masjid dalam keadaan gelap bahwasanya kelak ia akan mendapatkan
cahaya sempurna pada hari kiamat.”[17]
مَنْ
حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُوراً وَبُرْهَاناً وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ
وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورٌ وَلاَ بُرْهَانٌ وَلاَ نَجَاةٌ
وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَأُبَىِّ بْنِ
خَلَفٍ
“Barangsiapa yang menjaga shalat lima
waktu, baginya cahaya, bukti dan keselamatan pada hari kiamat. Barangsiapa yang
tidak menjaganya, maka ia tidak mendapatkan cahaya, bukti, dan juga tidak mendapat
keselamatan. Pada hari kiamat, ia akan bersama Qarun, Fir’aun, Haman, dan Ubay
bin Khalaf.”[18]
11. Seorang yang berjalan menuju Masjid untuk
mendirikan shalat seperti seorang yang berihram sedang berhaji
Setiap
langkah kita menuju masjid Allah dalam rangka mendirikan shalat, maka Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan
pahala sebagaimana pahala orang yang berhaji. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ
خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ مُتَطَهِّرًا إِلَى صَلاَةٍ مَكْتُوبَةٍ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ
الْحَاجِّ الْمُحْرِم
“Barangsiapa yang keluar dari rumahnya
dalam keadaan bersuci menuju shalat wajib, maka pahalanya seperti pahala orang
yang berhaji yang dalam keadaan berihram.”[19]
Selain
fadhilah-fadhilah di atas, masih sangat banyak fadhilah dari shalat yang tidak
bisa penulis cantumkan disini. Demikianlah penjelasan mengenai keutamaan
mendirikan shalat. Semoga Allah subhanahu
wa ta’ala memberikan kita kekuatan dalam menjalankan kewajiban kita ini. Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.
سُبْحَانَكَ
اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ
إِلَيْكَ
[1] HR. Ibnu
Majah no. 1425 dan at-Tirmidzi no. 413
[2] HR. al-Bukhari
no. 7534 dan Muslim no. 85
[3] QS.
Ali Imran [3] : 31
[4] QS. al-Mu’minun [23] : 9-11
[5] HR.
Ahmad no. 22603
[6] HR.
al-Bukhari no. 662 dan Muslim no. 669
[7] HR.
Muslim no. 489
[8] HR. al-Bukhari
no. 528 dan Muslim no. 667
[9] HR.
Muslim no. 233
[10] HR.
al-Bukhari no. 160 dan Muslim no. 227
[11] HR.
Muslim no. 228
[12] QS. al-Ankabut
[29] : 45
[13] QS. al-Baqarah
[2] : 45
[14] HR.
Muslim no. 488
[15] HR.
Muslim no. 666
[16] HR.
al-Bukhari no. 477 dan Muslim no. 649
[17] HR.
Abu Dawud no. 561 dan at-Tirmidzi no. 223
[18] HR.
Ahmad no. 6576
[19] HR.
Abu Dawud no. 558
Referensi
- al-Qur’an al-Kariim
- al-Imam Abu ‘Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal. al-Musnad. 1416 H. Dar al-Hadits Kairo.
- al-Imam Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari. Shahih al-Bukhari. 1419 H. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
- al-Imam Abu ‘Abdillah Muhammad bin Yazid bin Abdullah bin Majah al-Quzwaini. Sunan Ibnu Majah. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
- al-Imam Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi. Shahih Muslim. 1419 H. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
- al-Imam Abu Dawud Sulaiman bin al-Asyats as-Sijistani. Sunan Abu Dawud. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
- al-Imam Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah at-Tirmidzi. Jami’ at-Tirmidzi. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
0 Comment for "Keutamaan Shalat"