Berfikir Sesaat Lebih Baik dari pada Beribadah 60 Tahun?

“Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran [3] : 191)


Lagi-lagi mengenai Kitab Fadhail Amal, Kitab yang menjadi rujukan utama Jama’ah Tabligh sedunia setelah Al-Quran melebihi Kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim. Bahkan sebagian besar jama’ah mereka menganggap semua yang ada dalam Kitab kini adalah baik walaupun dari segi keilmuan banyak sekali di kritik oleh para ahlul ilmi karena dalam kitab ini terdapat cukup banyak hadits-hadits lemah dan palsu serta hikayat-hikayat bathil. Salah satunya yang menjadi perhatian penulis adalah bahwa didalam Fadhail Amal Terdapat sebuah hadits yang menyatakan :

فِكْرَةُ سَاعَةٍ خَيْرٌ مِنْ عِبَادَةِ سِتِّينَ سَنَةً

“Berfikir sesaat lebih baik dari pada beribadah 60 tahun.”

Hadits ini cukup membuat penulis tertarik untuk mengkajinya karena matan hadits ini terlihat janggal. Bagaimana tidak janggal, redaksi hadits menyatakan bahwa berfikir itu lebih baik dari pada beribadah 60 tahun padahal jika dilihat dari kacamata syari’at jelas bahwa beribadah terlebih lagi shalat fardhu itu lebih utama dari segalanya karena shalat ini seperti tiangnya agama.

Setelah melihat matannya yang janggal, maka penulis pun mencoba untuk melihat kualitas sanad hadits ini. Hadits mengenai keutamaan berfikir ini disebutkan dalam kitab Al-Adzamah dengan sanad: Berkata Abu Syaikh, dari Abdullah bin Muhammad bin Zakariya, dari Utsman bin Abdillah Al-Qurasyi, dari Ishaq bin Najih Al-Multhi, dari Atha Al-Khurasani, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Perawi yang bernama Ishaq bin Najih dan Utsman bin Abdillah dinilai para ulama sebagai pendusta.

Ibnul Jauzi rahimahullahu menilai hadits ini :

هذا حديث لا يصح ، وفي الإسناد كذّابان ، فما أفلت وضعُه مِن أحدهما : إسحاق بن نجيح، قال أحمد : هو أكذب الناس ، وقال يحيى : هو معروف بالكذب ووضع الحديث ، وقال الفلاس : كان يضع الحديث على رسول الله صلى الله عليه وسلم صراحا ، والثاني : عثمان ، قال ابن حبان : يضع الحديث على الثقات

“Hadits ini tidak benar, sementara dalam sanadnya terdapat 2 perawi pendusta. Status palsu hadits ini disebabkan keberadaan salah satu dari mereka. Pertama, Ishaq bin Najih, yang kata Imam Ahmad : “Manusia paling pendusta.” Sementara Yahya bin Main berkomentar : “Terkenal suka berdusta dan memalsukan hadits.” Kata Imam Al-Fallas: “Dia memalsukan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terang-terangan.” Kedua, Utsman bin Abdillah, yang kata Ibnu Hibban, “Memalsukan hadits atas nama perawi.” (Al-Maudhu’at, 3/144)

Karena itu, para ulama menegaskan bahwa hadits ini palsu. Ali Al-Qari ketika menyebutkan hadits ini, beliau mengatakan :

ليس بحديث

“Bukan hadits.” (Al-Mashnu’, 82)

Berfikir Itu Terpuji

Berfikir, merenungkan ayat-ayat Allah subhanahu wa ta’ala, dalam rangka semakin mengagungkan Allah subhanahu wa ta’ala, adalah perbuatan yang terpuji. Allah subhanahu wa ta’ala memujinya dalam Al-Quran, diantaranya:

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran [3] : 191)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu mengatakan:

النظر إلى المخلوقات العلوية والسفلية على وجه التفكر والاعتبار مأمور به مندوب إليه

“Merenunngkan penciptaan makhluk baik yang di atas maupun yang di bawah, dalam rangka mengambil pelajaran, diperintahkan dan dianjurkan.” (Majmu’ Al-Fatawa, Jilid 15 hal. 343)

Karena itulah, para sahabat menyukai berfikir. Merenungkan ayat Allah subhanahu wa ta’ala, baik ayat kauniyah (ciptaan Allah) atau ayat Syar’iyah (aturan syariat). Ayat kauniyah menunjukkan betapa sempurna kekuasaan dan kebesaran Allah subhanahu wa ta’ala dalam menciptakan. Ayat syar’iyah menunjukkan betapa adil dan bijaksananya Allah subhanahu wa ta’ala dalam menetapkan aturan.

Keutamaan Berfikir Menurut Ulama Salaf

Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:

تفكر ساعة خير من قيام ليلة

“Berfikir sesaat lebih baik dari pada qiyamullail.” (Al-Adzamah, Jilid 1 hal. 297)

Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma juga berkata:

تذاكر العلم بعض ليلة أحب إلي من إحيائها

“Belajar beberapa saat di malam hari, lebih aku sukai dari pada menghabiskan seluruh malam untuk shalat.” (Mushannaf Abdurrazaq, Jilid 11 hal. 253)

Abu Darda radhiyallahu ‘anhu berkata:

مذاكرة العلم ساعة خير من قيام ليلة

“Mengkaji ilmu syariat sesaat lebih baik dari pada shalat malam”

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:

لأن أفقه ساعة أحب إلي من أن أحيي ليلة أصليها حتى أصبح

“Saya belajar sesaat lebih saya cintai dari pada saya habiskan waktu malam untuk shalat sampai subuh.”

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu juga mengatakan :

لأن أعلم باباً من العلم في أمر أو نهي أحب إلي من سبعين غزوة في سبيل الله عز وجل

“Saya memahami satu masalah ilmu, baik terkait perintah, ataupun larangan, lebih aku cintai dari pada 70 kali perang di jalan Allah.”

Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu berkata:

لمجلس أجلسه مع عبد الله بن مسعود أوثق في نفسي من عمل سنة

“Aku duduk belajar bersama Ibnu Mas’ud, itu lebih menenangkan hatiku dari pada beramal satu tahun.”

Al-Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:

لأن أتعلم باباً من العلم فأعلمه مسلماً أحب إلي من أن تكون لي الدنيا كلها أجعلها في سبيل الله عز وجل

“Aku memahami satu masalah ilmu syariah, kemudian aku ajarkan ke muslim yang lain, lebih aku sukai dari pada aku memiliki dunia seisinya yan aku jadikan untuk infak fi sabilillah.”

Berfikir adalah hal yang terpuji apalagi berfikir mengenai kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala, berfikir untuk memahami ilmu syariat pun sangat di anjurkan. Hanya saja berfikir itu tidak lebih baik daripada ibadah 60 tahun apalagi hanya berfikir sejenak sebagaimana yang telah dipaparkan di atas. Sungguh hadits-hadits palsu ini lah yang membuat ajaran islam menjadi tak murni karena dicampuri oleh bid’ah-bid’ah, kezuhudan adalah mulia namun ilmu itu lebih mulia karena dengan ilmu maka seseorang akan zuhud sesuai dengan fitrahnya sedangkan tanpa ilmu maka seseorang hanya dapat zuhud sebagaimana zuhudnya para sufi ahlul bid’ah. Hanya Allah subhanahu wa ta’ala yang memberikan taufiq. Wallahu a’lam.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

0 Comment for "Berfikir Sesaat Lebih Baik dari pada Beribadah 60 Tahun?"

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top