“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk membunuh dua binatang hitam
ketika shalat: ular dan kala.” (HR. At-Tirmidzi no. 390)
Ular termasuk
binatang yang berbahaya, bahkan mematikan. Karena itulah, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk membunuhnya ketika kita ketemu
ular dan memungkinkan untuk dibunuh.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
خَمْسٌ فَوَاسِقُ يُقْتَلْنَ فِي الْحِلِّ وَالْحَرَمِ: الْحَيَّةُ،
وَالْغُرَابُ الْأَبْقَعُ، وَالْفَأْرَةُ، وَالْكَلْبُ الْعَقُورُ، وَالْحُدَيَّا
“Lima binatang pengganggu yang boleh dibunuh di tanah halal maupun
tanah haram: Ular, gagak abqa’, tikus, anjing galak, dan elang.” (HR. Muslim no. 1198)
Kemudian dari Ibnu
Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwa beliau mendengar Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berkhutbah di atas mimbar:
اقْتُلُوا الْحَيَّاتِ
“Bunuhlah ular-ular.”
Komentar Ibnu Umar:
فَلَبِثْتُ لَا أَتْرُكُ حَيَّةً أَرَاهَا إِلَّا قَتَلْتُهَا
“Setiap kali saya ketemu ular, tidak
saya biarkan dan saya bunuh.” (HR. Al-Bukhari no. 3299 dan Muslim no. 3233)
Kemudian, dalam
hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan:
أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَتْلِ
الْأَسْوَدَيْنِ فِي الصَّلَاةِ: الْحَيَّةُ، وَالْعَقْرَبُ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk
membunuh dua binatang hitam ketika shalat: ular dan kala.” (HR. At-Tirmidzi no. 390)
Kita simak semua
hadis di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan
untuk membunuh ular. Dan tentu saja, perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam adalah perintah Allah. Karena itu, mentaati beliau, sejatinya
adalah mentaati Allah:
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ
“Siapa yang mentaati Rasul, berarti dia mentaati Allah.” (QS.
An-Nisa : 80)
Jika Allah dan
Rasul-Nya memerintahkan untuk membunuh ular, bagaimana mungkin seorang muslim
justru malah merawatnya. Karena itulah, memahami hadis di atas, para ulama
menegaskan haramnya memelihara binatang yang disyariatkan untuk dibunuh.
Muhammad bin
Bahadir bin Abdullah Az-Zarkasyi Al-Mishri rahimahullah berkata:
يَحْرُمُ عَلَى الْمُكَلَّفِ اقْتِنَاءُ أُمُورٍ: مِنْهَا: الْكَلْبُ
لِمَنْ لَا يَحْتَاجُ إلَيْهِ، وَكَذَلِكَ بَقِيَّةُ الْفَوَاسِقِ الْخَمْسِ،
الْحَدَأَةُ وَالْعَقْرَبُ وَالْفَأْرَةُ وَالْغُرَابُ الْأَبْقَعُ وَالْحَيَّةُ
“Haram bagi mukallaf (orang yang
mendapat beban syariat) untuk memelihara beberapa binatang, diantaranya: anjing
bagi yang tidak membutuhkannya, demikian pula lima binatang pengganggu lainnya,
seperti elang, kala, tikus, gagak abqa’, dan ular.” (Al-Mantsur fi Al-Qawaid, Jilid 3 hal. 80)
Demikian pula
dinukil oleh Ibnu Hajar Al-Haitami
rahimahullah berkata:
وَيَحْرُمُ حَبْسُ شَيْءٍ مِنْ الْفَوَاسِقِ الْخَمْسِ عَلَى وَجْهِ
الِاقْتِنَاءِ
“Diharamkan mengurung lima binatang pengganggu untuk dirawat.”
(Tuhfatul Muhtaj fi Syarh Minhaj, Jilid 9 hal. 377)
Imam Syihabuddin
Abu Al-Abbas Ahmad bin Ahmad bin Salamah Al-Qalyubi Al-Mishri rahimahullah
dan Imam Syihabuddin Ahmad Al-Burullusi Al-Mishri rahimahullah berkata:
ويحرم ما ندب قتله لأن الأمر بقتله أسقط احترامه، ومنع اقتناءه
“Binatang yang dianjurkan dibunuh, haram untuk dipelihara. Karena
adanya perintah untuk membunuhnya, menggugurkan kemuliaannya, dan dilarang
memeliharanya.” (Hasyiyah Al-Qalyubi wa Umairah, Jilid 16 hal. 157)
Kemudian, Ibnu
Qudamah rahimahullah menetapkan sebuah kaidah:
وما وجب قتله حرم اقتناؤه
“Binatang yang wajib dibunuh, haram untuk dipelihara.” (Al-Mughni, Jilid 9 hal. 373)
Maka kesimpulan
dari memelihara ular adalah haram secara mutlak. Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
0 Comment for "Haram Memelihara Ular"