“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik dari mereka. Dan
jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang
direndahkan itu lebih baik.” (QS. Al-Hujurat [49] : 11)
Pernyataan
Ketua PB Nahdhatul ‘Ulama KH. Said Aqil Siradj beberapa waktu lalu yang
menyatakan bahwa jenggot ini mempengaruhi kecerdasan perlu diperhatikan, sebab
kedengkian beliau terhadap para penegak sunnah sehingga beliau berkata dengan
hawa nafsu dan menjerumuskan pada kesesatan. Semoga Allah subhanahu wa
ta’ala memberikan hidayah bagi beliau dan juga pengikutnya.
Berikut
ini adalah ulasan mengenai masalah jenggot yang dianggap penyebab kegoblokan
menurut pak kyai, semoga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.
Pertama,
Imam Al-Ghazali rahimahullah berkata:
وقال شريح القاضي: وَدِدْتُ أَنَّ لِي لَحْيَةً
وَلَوْ بَعَشْرَةِ آلاَفٍ
“Syuraih Al-Qadhi berkata: “Aku
berharap kalau aku memiliki jenggot, meskipun harus membayar 10 ribu
dinar/dirham.” (Ihya 'Ulumuddin, Jilid 2 hal. 257)
Imam
Al-Ghazali rahimahullah juga berkata:
قال أصحاب الأحنف بن قيس وددنا أن نشتري للأحنف
لحية ولو بعشرين ألفًا
“Para sahabat Al-Ahnaf bin Qais
berkata: “Kami berangan-angan untuk membelikan jenggot buat Al-Ahnaf meskipun
harus membayar 20 ribu dinar/dirham.” (Ihya 'Ulumuddin, Jilid 2 hal. 257)
Para
ulama yang tidak berjenggot dahulu ternyata berangan-angan untuk memiliki
jenggot meskipun harus membayar mahal sekali !!!
Apakah
mereka begitu bodohnya harus membayar mahal untuk membeli ‘kegoblokan’??!
Kedua,
Sebenarnya kelaziman dari pernyataan Pak Kyai ini sungguh berbahaya karena
terlalu banyak orang yang akan dianggap goblok menurut "Kaidah" Pak
Kyai tersebut. Dan diantara daftar orang-orang goblok tersebut adalah para Nabi
dan para ulama.
Bukankah
jenggot Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam tebal?
Jabir bin Samuroh radhiyallahu ‘anhu
berkata:
وَكَانَ كَثِيْرَ شَعْرِ اللِّحْيَةِ
“Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
lebat rambut jenggotnya.” (HR. Muslim no. 2344)
Padahal
kaidah Pak Kyai semakin berat jenggot semakin menimbulkan kebodohan, karena
saraf tertarik ke bawah oleh lebatnya jenggot.
Bahkan
para sahabat mengetahui bacaan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam
shalat sirriah dengan gerakan-gerakan jenggot beliau.
عَنْ أَبِي مَعْمَرٍ قَالَ سَأَلْنَا خَبَّابًا
أَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ
قَالَ نَعَمْ قُلْنَا بِأَيِّ شَيْءٍ كُنْتُمْ تَعْرِفُونَ قَالَ بِاضْطِرَابِ لِحْيَتِهِ
“Dari Abu Ma'mar ia berkata: “Kami
bertanya kepada Khabbab radhiallahu 'anhu apakah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
membaca qira’ah tatkala shalat dzuhur dan ashar? Khabbab berkata: “Iya.” Kami
berkata, “Bagaimana caranya kalian mengetahui bahwa Nabi membaca?” Khabbab
berkata: “Dengan gerakan jenggot beliau.” (HR. Al-Bukhari no. 760)
Demikian
juga Nabi Harun 'alaihis salam, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قَالَ يَا ابْنَ أُمَّ لا تَأْخُذْ بِلِحْيَتِي
وَلا بِرَأْسِي إِنِّي خَشِيتُ أَنْ تَقُولَ فَرَّقْتَ بَيْنَ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَمْ
تَرْقُبْ قَوْلِي
“Harun berkata (kepada Nabi Musa) “Hai
putera ibuku, janganlah kamu pegang jenggotku dan jangan (pula) kepalaku;
sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku): “Kamu telah
memecah antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku.” (QS. Thaha [20]
: 94)
Ini
dalil yang tegas bahwa jenggot Nabi Harun 'alaihis salam panjang,
sehingga bisa dipegang oleh Nabi Musa 'alaihis salam.
Ayat
ini menunjukkan bahwa jenggot bukan ciri khas budaya Arab, bahkan para nabi
dari kalangan bani Israil yang sama sekali bukan orang Arab juga berjenggot.
Ketiga,
Bahkan kita dapati kaum Nashrani juga tatkala menggambarkan Nabi Isa 'alaihis
salam (yang dianggap tuhan oleh mereka) ternyata selalu berjenggot. Apakah
ini berarti bahwa kaum Nashrani sepakat bahwa “Tuhan mereka ternyata goblok?”
yang hal ini melazimkan bahwa kaum Nashrani pada goblok semua karena telah
bersepakat untuk menjadikan orang goblok sebagai Tuhan !!??
Keempat,
Anehnya ternyata para ulama terutama Imam Asy-Syafi'i rahimahullah dan
para ulama madzhab syafi'i, demikian juga madzhab-madzhab yang lain telah ijma’
(sepakat) akan larangan mencukur jenggot hingga gundul habis.
Maka
berarti para ulama telah bersepakat untuk memelihara kegoblokan dan bersepakat
untuk menghalangi kecerdasan. Karena menurut Pak Kyai semakin habis jenggot
semakin mendukung kecerdasan !!!
Kelima.
Tokoh-tokoh Nusantara pun banyak. Ada Syeikh Khatib Al-Minangkabawi rahimahullah,
Syeikh Muhammad Yasin Al-Fadani rahimahullah, Syeikh Nawawi Al-Bantani
Al-Jawi rahimahullah, Tuanku Imam Bonjol rahimahullah, Pangeran
Diponegoro rahimahullah, KH. Agus Salim rahimahullah, KH. Ahmad
Dahlan rahimahullah, Buya Hamka rahimahullah, Syeikh Ahmad
Surkati rahimahullah, Syeikh Ahmad Hassan Bangil rahimahullah,
sampai KH. Hasyim Asy’ari rahimahullah pendiri NU juga berjenggot. Ya,
mereka tetap memelihara jenggot meski jenggot mereka tidak selebat keturunan
Arab. Bahkan wali songo pun berjenggot, kita bisa lihat di lukisan-lukisan yang
menggambarkan sosok mereka, mereka berjenggot, lalu apakah mereka semua goblok
menurut kaidah Pak Kyai !!!??
Keenam,
Demikian juga banyak tokoh-tokoh non muslim yang berjenggot bahkan yang
disembah, contohnya Khong Hu Cu dan Lao Tse.
Demikian
juga tokoh-tokoh ilmuan non muslim seperti James Parkinson (1755-1824), William
Edmond Logan (1798-1875), Asa Gray (1810-1888), John Strong Newberry (1822-1892),
John Tyndall (1820-1893), Alfred Bernhard Nobel (1833-1896), John Wesley Powell
(1834-1902), Ludwig Eduard Boltzmann (1844-1906), Dmitri Ivanovich Mendeleev
(1834-1907), Henry Clifton Sorby (1826-1908), Grove Karl Gilbert (1843-1918),
Pyotr Alexeyevich Kropotkin (1842-1921), Alexander Graham Bell (1847-1922),
Wilhelm Conrad Röntgen (1845-1923), dan masih banyak lagi, ini semua adalah
para ilmuwan non-Islam yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata dan
berjenggot.
Jika
mereka semua adalah goblok karena berjenggot maka sungguh ini hal yang goblok
karena para ilmuwan yang berhasil menemukan hal-hal baru yang bermanfaat bagi
seluruh dunia saat ini termasuk oleh Pak Kyai berasal dari penemuan orang-orang
goblok !!??
Ketujuh,
Tokoh-tokoh Nusantara yang dianggap sangat cerdas oleh Pak Kyai karena tidak
berjenggot, seperti Fulan, Fulan dan Fulan ternyata diantara mereka saking
cerdasnya beraliran Liberal dan Pluralisme. Saking cerdasnya ada “ulama” yang
menyatakan jilbab tidak wajib dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam
tidak dijamin masuk surga, ya “ulama” yang berinisial QS itu yang biasa nongol
di Metr* TV, anaknya saja tidak berjilbab. Atau ada yang menyatakan bahwa semua
agama masuk surga (termasuk Yahudi dan Nashrani, Budha dan Hindu) seperti
perkataan “Syeikh” NM. Demikian juga ada yang menyatakan bahwa Al-Qur'an adalah
kitab porno seperti perkataan Gus D** dll??
Inikah
ukuran kecerdasan menurut Pak Kyai?? Subhanallah....
Kedelapan,
Sebenarnya pernyataan bahwa semakin panjang jenggot semakin goblok itu
berdasarkan praduga ataukah berdasarkan disiplin ilmu tertentu, baik di bidang
kedokteran, atau ahli saraf, atau ahli agama, atau ahli-ahli yang lainnya
disertai penelitian, sensus, dan penjelasan ilmiah?.
Adapun
yang diriwayatkan dari sebagian ulama bahwasanya panjangnya jenggot adalah
tanda kebodohan (sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnul Jauzi rahimahullah
dalam kitabnya Akhbar Al-Hamqa wa Al-MughAffalin) maka:
1. Maksudnya yang dicela adalah jenggot
yang terlalu panjang yang berlebihan, sehingga melebihi panjang ukuran
genggaman tangan.
Ibnu
Jauzi rahimahullah berkata:
قال زياد ابن ابيه : مَا زَادَتْ لِحْيَةُ
رَجُلٍ عَلَى قَبْضَتِهِ إِلاَّ كَانَ مَا زَادَ فِيْهَا نَقْصًا مِنْ عَقْلِهِ
“Berkata Ziyad bin Abihi: “Tidaklah
panjang jenggot seseorang melebihi ukuran genggaman tangannya kecuali kelebihan
panjang tersebut semakin mengurangi akalnya.”
قال بعض الشعراء:
إِذَا عَرِضَتْ لِلْفَتَى لِحْيَةٌ ...
وَطَالَتْ فَصَارَتْ إِلَى سُرَّتِهْ
فَنُقْصَانُ عَقْلِ الْفَتَى عِنْدَنَا
... بِمِقْدَارِ مَا زَادِ فِى لِحْيَتِهْ
Sebagian penyair berkata: “Jika
melebar jenggot seorang pemuda dan panjang hingga ke pusarnya. Maka di sisi
kami kurangnya akal sang pemuda sesuai kadar apa yang lebih pada jenggotnya.”
(Akhbar Al-Hamqa wa Al-Mughaffalin hal. 32-33)
2. Lalu apakah pantas kita menjadikan perkataan
segelintir kecil para ahli adab atau para ulama untuk menghukum hadits-hadits
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam? Para ulama sendiri telah berselisih
tentang memotong jenggot jika telah lebih panjang dari ukuran genggaman tangan.
Dan yang dikuatkan oleh Al-Imam An-Nawawi rahimahullah adalah makruh
memotong jenggot sedikitpun meskipun telah panjang melebihi ukuran genggaman
tangan.
Imam
An-Nawawi rahimahullah berkata:
والصحيح كراهة الاخذ منها مطلقا بل يتركها على
حالها كيف كانت، للحديث الصحيح واعفوا اللحي. وأما الحديث عمرو بن شعيب عن ابيه عن
جده ان النبي صلي الله عليه وسلم كان يأخذ من لحيته من عرضها وطولها فرواه الترمذي
باسناد ضعيف لا يحتج به
“Yang benar adalah dibencinya
perbuatan memangkas jenggot secara mutlak (meskipun jenggot telah panjang dan
lebih dari segenggam tangan), tapi harusnya ia membiarkan apa adanya, karena
adanya hadits shahih “biarkanlah jenggot panjang”. Adapun haditsnya Amr bin
Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya: “bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam
dahulu mengambil jenggotnya dari sisi samping dan dari sisi panjangnya,” maka
hadits ini telah diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dengan sanad yang lemah dan
tidak bisa dijadikan hujjah.” (Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzdzab, Jilid 1 hal. 343)
Imam
An-Nawawi rahimahullah juga berkata:
والمختار ترك اللحية على حالها وألا يتعرض لها
بتقصير شيء أصلا
“Pendapat yang terpilih adalah
membiarkan jenggot apa adanya, dan tidak dicukur sama sekali.” (Al-Minhaj
Syarah Shahih Muslim, Jilid 3 hal. 151 no. 260)
3. Apakah yang disebutkan dalam kitab Akhbar
Al-Hamqa wal Mughaffalin lantas dibenarkan dan dijadikan rujukan?
Diantara
sifat-sifat orang bodoh yang disebutkan dalam kitab tersebut adalah: 1.
Kecilnya kepala, 2. Pendeknya leher, 3. Kecilnya telinga, 4. Jika bentuk
tubuhnya tidak seimbang, 5. Mata yang besar, 6. Adanya rambut di pundak dan di
leher, 7. Rambut di dada dan perut, 8. Leher yang panjang dan tipis, 9. Hidung
besar, 10. Bibir tebal, 11.Wajah yang sangat bulat, 12. Suara yang indah.
Coba
kita pikirkan, seandainya kita membenarkan semua yang disebutkan dalam kitab
Akhbar Al-Hamqa wal Mughaffaliin tentang sifat-sifat orang bodoh maka sungguh
terlalu banyak orang bodoh diantara kita. Apalagi suara yang indah ciri orang
bodoh? Sungguh terlalu banyak para imam, para muadzzin, para qori' yang
bodoh??!
4. Justru ternyata banyak ulama terutama ulama
madzhab Syafi'iyah yang mencela orang yang mencukur habis jenggotnya !!.
Ibnu
Rif'ah rahimahullah berkata:
إِنَّ الشَّافِعِي قد نص في الأم على تحريم
حلق اللحية
“Sungguh Imam Asy-Syafi’i telah
menegaskan dalam kitabnya Al-Umm, tentang haramnya menggundul jenggot.”
(Hasyiatul Abbadi ala Tuhfatil Muhtaj, Jilid 9 hal. 376)
Al-Halimi
rahimahullah, beliau berkata dalam kitab beliau Al-Minhaaj:
لا يحل لأحد أن يحلق لحيته ولا حاجبيه, وإن
كان له أن يحلق سباله, لأن لحلقه فائدة, وهي أن لا يعلق به من دسم الطعام ورائحته ما
يكره, بخلاف حلق اللحية, فإنه هجنة وشهرة وتشبه بالنساء
“Tidak seorang pun dibolehkan
memangkas habis jenggotnya, juga alisnya, meski ia boleh memangkas habis
kumisnya. Karena memangkas habis kumis ada faedahnya, yakni agar lemak makanan
dan bau tidak enaknya tidak tertinggal padanya. Berbeda dengan memangkas habis
jenggot, karena itu termasuk (1) tindakan tercela, (2) syuhroh (tampil beda),
dan (3) menyerupai wanita" (Al-I’lam fi Fawaid Umdatil Ahkam, Jilid 1 hal.
711)
Imam
Abu Al-Hasan Al-Mawardi rahimahullah, ia berkata:
نَتْفُ اللِّحْيَةِ مِنَ السَّفَهِ الذي تُرَدُّ
به الشهادة
“Mencabuti jenggot merupakan
perbuatan safah (bodoh) yang menyebabkan persaksian seseorang ditolak.”
(Al-Hawil Kabir, Jilid 17 hal. 151)
Imam Al-Ghazali rahimahullah,
beliau berkata:
وأما نتفها في أول النبات تشبها بالمرد فمن
المنكرات الكبار فإن اللحية زينة الرجال
“Adapun mencabuti jenggot di awal
munculnya, agar menyerupai orang yang tidak punya jenggot, maka ini termasuk
kemungkaran yang besar, karena jenggot adalah penghias bagi laki-laki.” (Ihya’
Ulumuddin, Jilid 1 hal. 280)
Abu
Syamah rahimahullah berkata:
وقد حدث قوم يحلقون لحاهم, وهو أشد مما نقل
عن المجوس أنهم كانوا يقصونها
“Telah datang sekelompok kaum yang
menggunduli jenggotnya, perbuatan mereka itu lebih parah dari apa yang dinukil
dari kaum Majusi, bahwa mereka dulu memendekkannya.” (Fathul Bari, Jilid 10
hal. 351)
Kesembilan,
Pak Kyai sendiri disinyalir waktu masa muda pernah gagah berjenggot, apakah
waktu itu pak Kyai sedang "goblok"???
Kesepuluh,
Jika Pak Kyai lebih memilih tidak berjenggot maka silahkan saja, tapi tentu
tidak perlulah mengejek yang berjenggot dengan menyatakan mereka goblok.
Saya tutup renungan ini dengan dua
nasehat dari dua firman Allah subhanahu wa ta’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا
قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ
أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ
اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman
hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena
Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah,
karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Maidah [5] :
8)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا يَسْخَرْ
قَومٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ
عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi
yang direndahkan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan
perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih
baik.” (QS. Al-Hujurat [49] : 11)
Diintisarikan
dari Artikel Ust. Firanda Andirja hafizhahullah dan Ceramah Singkat Ust.
Ahmad Zainuddin hafizhahullah.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
0 Comment for "Hukum Jenggot Dan Bantahan Terhadap Pernyataan Bahwa Jenggot Membuat Goblok"