Pengingkaran dan Sifat Lupa Nabi Adam 'Alaihis Salam

“Adam mengingkari, maka anak cucunya mengingkari. Adam lupa, maka anak cucunya lupa.” (HR. At-Tirmidzi no. 3282)


Para ahli purbakala pada zaman ini menelusuri kota-kota yang lenyap dan sisa-sisa umat terdahulu agar mereka mengenal kehidupan nenek moyang, mengetahui keadaan dan kondisi mereka. Di samping minimnya informasi yang berhasil mereka gali, ia juga ilmu yang tidak murni sehingga tidak menampakkan hakikat dan tidak menyisir kabut kelam yang menyelimutinya. Ia tidak kuasa menyibak tabir masa lalu yang dalam dengan kepastian. Lain urusannya dengan kedatangan wahyu Allah untuk membawa berita orang-orang terdahulu. Hal itu merupakan kekayaan tak ternilai harganya, karena ia menyuguhkan sesuatu yang nyata dalam keadaan bersih dan murni. Ia adalah ilmu yang diturunkan dari Dzat Yang Maha Mengenal lagi Maha Mengetahui, di mana tidak sesuatu pun di langit dan di bumi yang samar dari-Nya.

Sebagian ilmu ini tidak mungkin ditembus dengan jalan selain wahyu. Di antaranya, sebagian berita tentang bapak kita, Adam ‘alaihis salam, tentang sebagian tabiat dan ciri-cirinya yang kita warisi darinya. Sebagaimana beliau menyampaikan kepada kita sebagian syariat untuknya dan untuk anak cucu sesudahnya.

Nash Hadits

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏ لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ آدَمَ مَسَحَ ظَهْرَهُ فَسَقَطَ مِنْ ظَهْرِهِ كُلُّ نَسَمَةٍ هُوَ خَالِقُهَا مِنْ ذُرِّيَّتِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَجَعَلَ بَيْنَ عَيْنَىْ كُلِّ إِنْسَانٍ مِنْهُمْ وَبِيصًا مِنْ نُورٍ ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى آدَمَ فَقَالَ أَىْ رَبِّ مَنْ هَؤُلاَءِ قَالَ هَؤُلاَءِ ذُرِّيَّتُكَ فَرَأَى رَجُلاً مِنْهُمْ فَأَعْجَبَهُ وَبِيصُ مَا بَيْنَ عَيْنَيْهِ فَقَالَ أَىْ رَبِّ مَنْ هَذَا فَقَالَ هَذَا رَجُلٌ مِنْ آخِرِ الأُمَمِ مِنْ ذُرِّيَّتِكَ يُقَالُ لَهُ دَاوُدُ ‏.‏ فَقَالَ رَبِّ كَمْ جَعَلْتَ عُمْرَهُ قَالَ سِتِّينَ سَنَةً قَالَ أَىْ رَبِّ زِدْهُ مِنْ عُمْرِي أَرْبَعِينَ سَنَةً ‏.‏ فَلَمَّا انْقَضَى عُمْرُ آدَمَ جَاءَهُ مَلَكُ الْمَوْتِ فَقَالَ أَوَلَمْ يَبْقَ مِنْ عُمْرِي أَرْبَعُونَ سَنَةً قَالَ أَوَلَمْ تُعْطِهَا ابْنَكَ دَاوُدَ قَالَ فَجَحَدَ آدَمُ فَجَحَدَتْ ذُرِّيَّتُهُ وَنَسِيَ آدَمُ فَنَسِيَتْ ذُرِّيَّتُهُ وَخَطِئَ آدَمُ فَخَطِئَتْ ذُرِّيَّتُهُ‏.‏ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ ‏.‏ وَقَدْ رُوِيَ مِنْ غَيْرِ وَجْهٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu. Ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, "Manakala Allah menciptakan Adam, Allah mengusap punggungnya, lalu dari punggung itu berjatuhan seluruh jiwa yang Allah akan menciptakannya dari anak cucunya sampai hari Kiamat. Dan Allah menjadikan di antara kedua mata masingmasing orang kilauan cahaya. Kemudian mereka dihadapkan kepada Adam. Adam berkata, 'Ya Rabbi, siapa mereka?' Allah menjawab, 'Mereka adalah anak cucumu." Lalu Adam melihat seorang laki-laki dari mereka. Dia mengagumi kilauan cahaya yang memancar di antara kedua matanya. Adam bertanya, ’Ya Rabbi siapa ini?’ Allah menjawab, ’Ini adalah laki-laki dari kalangan umat terakhir dari anak cucumu yang bernama Dawud.’ Adam bertanya, ’Ya Rabbi, berapa Engkau beri dia umur?’ Allah menjawab, ’Enam puluh tahun.’ Adam berkata, ’Ya Rabbi, tambahkan untuknya dari umurku empat puluh tahun.’ Manakala umur Adam telah habis, dia didatangi oleh Malaikat maut. Adam berkata, ’Bukankah umurku masih tersisa empat puluh tahun?’ Malaikat menjawab, ’Bukankah engkau telah memberikannya kepada anakmu Dawud?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, ’Adam mengingkari, maka anak cucunya pun mengingkari. Adam dijadikan lupa, maka anak cucunya dijadikan lupa; dan Adam berbuat salah, maka anak cucunya berbuat salah."

Abu Isa berkata, "Ini adalah Hadits hasan shahih. Ia telah diriwayatkan tidak dari satu jalan dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam."

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏ لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ آدَمَ وَنَفَخَ فِيهِ الرُّوحَ عَطَسَ فَقَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ فَحَمِدَ اللَّهَ بِإِذْنِهِ فَقَالَ لَهُ رَبُّهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ يَا آدَمُ اذْهَبْ إِلَى أُولَئِكَ الْمَلاَئِكَةِ إِلَى مَلإٍ مِنْهُمْ جُلُوسٍ فَقُلِ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ ‏.‏ قَالُوا وَعَلَيْكَ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ ‏.‏ ثُمَّ رَجَعَ إِلَى رَبِّهِ فَقَالَ إِنَّ هَذِهِ تَحِيَّتُكَ وَتَحِيَّةُ بَنِيكَ بَيْنَهُمْ ‏.‏ فَقَالَ اللَّهُ لَهُ وَيَدَاهُ مَقْبُوضَتَانِ اخْتَرْ أَيَّهُمَا شِئْتَ قَالَ اخْتَرْتُ يَمِينَ رَبِّي وَكِلْتَا يَدَىْ رَبِّي يَمِينٌ مُبَارَكَةٌ ‏.‏ ثُمَّ بَسَطَهَا فَإِذَا فِيهَا آدَمُ وَذُرِّيَّتُهُ فَقَالَ أَىْ رَبِّ مَا هَؤُلاَءِ فَقَالَ هَؤُلاَءِ ذُرِّيَّتُكَ فَإِذَا كُلُّ إِنْسَانٍ مَكْتُوبٌ عُمْرُهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ فَإِذَا فِيهِمْ رَجُلٌ أَضْوَؤُهُمْ أَوْ مِنْ أَضْوَئِهِمْ ‏.‏ قَالَ يَا رَبِّ مَنْ هَذَا قَالَ هَذَا ابْنُكَ دَاوُدُ قَدْ كَتَبْتُ لَهُ عُمْرَ أَرْبَعِينَ سَنَةً ‏.‏ قَالَ يَا رَبِّ زِدْهُ فِي عُمْرِهِ ‏.‏ قَالَ ذَاكَ الَّذِي كَتَبْتُ لَهُ ‏.‏ قَالَ أَىْ رَبِّ فَإِنِّي قَدْ جَعَلْتُ لَهُ مِنْ عُمْرِي سِتِّينَ سَنَةً قَالَ أَنْتَ وَذَاكَ ‏.‏ قَالَ ثُمَّ أُسْكِنَ الْجَنَّةَ مَا شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ أُهْبِطَ مِنْهَا فَكَانَ آدَمُ يَعُدُّ لِنَفْسِهِ ‏.‏ قَالَ فَأَتَاهُ مَلَكُ الْمَوْتِ فَقَالَ لَهُ آدَمُ قَدْ عَجِلْتَ قَدْ كُتِبَ لِي أَلْفُ سَنَةٍ ‏.‏ قَالَ بَلَى وَلَكِنَّكَ جَعَلْتَ لاِبْنِكَ دَاوُدَ سِتِّينَ سَنَةً فَجَحَدَ فَجَحَدَتْ ذُرِّيَّتُهُ وَنَسِيَ فَنَسِيَتْ ذُرِّيَّتُهُ ‏.‏ قَالَ فَمِنْ يَوْمِئِذٍ أُمِرَ بِالْكِتَابِ وَالشُّهُودِ.‏ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ ‏.‏ وَقَدْ رُوِيَ مِنْ غَيْرِ وَجْهٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم مِنْ رِوَايَةِ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu yang berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, "Ketika Allah menciptakan Adam dan meniupkan ruh padanya, dia bersin, dia berkata 'Alhamdulillah', dia memuji Allah dengan izin-Nya. Maka Tuhannya berfirman kepadanya, 'Semoga Allah merahmatimu, wahai Adam. Pergilah kepada para Malaikat itu, sebagian mereka yang sedang duduk. Katakanlah, 'Assalamu'alaikum'. Mereka menjawab, 'Wa ‘alaikas salamu warahmatihi'. Lalu Adam kembali kepada Tuhannya, dan Dia berfirman, 'Sesungguhnya itu adalah penghormatanmu dan penghormatan anak-anakmu di antara mereka.’ Lalu Allah berfirman kepada Adam, sementara kedua tangan-Nya mengepal, ’Pilih satu dari keduanya yang kamu kehendaki.’ Adam menjawab, ’Aku memilih tangan kanan Tuhanku dan kedua tangan Tuhanku adalah kanan yang penuh berkah.’ Kemudian Allah membukanya. Ternyata di dalamnya terdapat Adam dan anak cucunya. Adam bertanya, ’Ya Rabbi, siapa mereka?’ Allah menjawab, ’Mereka adalah anak cucumu.’ Ternyata umur semua manusia telah tertulis di antara kedua matanya. Di antara mereka terdapat seorang laki-laki yang paling cerah cahayanya atau termasuk yang paling terang cahayanya. Adam bertanya, ’Ya Rabbi, siapa ini?’ Allah menjawab, ’Ini adalah anakmu Dawud dan Aku telah menulis umurnya empat puluh tahun.’ Adam berkata, ’Ya Rabbi, tambahkan umurnya.’ Allah berfirman, ’Itu yang telah Aku tuliskan untuknya.’ Adam berkata, ’Ya Rabbi, aku memberikan umurku enam puluh tahun kepadanya.’ Allah berfirman, ’Itu urusanmu.’ Nabi shallallhu ‘alaihi wa salam  bersabda, "Lalu Adam diminta tinggal di Surga sekehendak Allah, kemudian dia diturunkan darinya. Maka Adam menghitung sendiri umurnya. Manakala Malaikat maut datang, Adam berkata kepadanya, 'Kamu telah tergesa-gesa. Aku telah diberi umur seribu tahun.’ Malaikat menjawab, ’Tidak, tetapi kamu telah memberikan enam puluh tahun umurmu kepada anakmu Dawud.’ Lalu Adam mengingkari, maka anak cucunya mengingkari. Adam lupa, maka anak cucunya lupa. Dia berkata, ’Sejak saat itu diperintahkan untuk menulis dan saksi-saksi."

Imam At-Tirmidzi rahimahullah berkata, "Ini adalah Hadits hasan gharib dari jalan ini. Ia telah diriwayatkan bukan dari satu jalan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam dari riwayat Zaid bin Aslam dari Abu Shalih dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam."

Takhrij Hadits

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi rahimahullah dalam Sunan-nya dalam Kitab Tafsir, bab dari surat Al-A'raf, 4/267. Lihat Shahih Sunan Tirmidzi, 3/52, no. 3282.

Hadits kedua diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi rahimahullah di dalam Kitab Tafsir, bab dari surat Muawwidzatain, 4/453. Lihat Shahih Sunan Tirmidzi, 3/137, no. 3607.

Penjelasan Hadits

Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan Adam ‘alaihis salam dalam keadaan sempurna dan lengkap. Tidak seperti yang diklaim oleh orang-orang yang tidak berilmu, bahwa manusia berevolusi dari hewan atau tumbuhan. Allah menciptakannya dari saat pertama dia diciptakan sebagai seorang yang berakal dan berbicara, dia memahami apa yang dikatakan kepadanya dan dia menjawab dengan benar.

Setelah ruh ditiupkan kepadanya, Adam ‘alaihis salam bersin, maka dia memuji Allah subhanahu wa ta’ala. Allah menjawabnya, "Semoga Allah merahmatimu, wahai Adam." Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan Adam ‘alaihis salam agar pergi ke sekumpulan Malaikat yang sedang duduk dan mengucapkan salam kepada mereka. Para Malaikat pun membalas penghormatannya dengan penghormatan yang lebih baik. Dan Allah subhanahu wa ta’ala memberitahukan kepadanya bahwa hal itu adalah penghormatannya dan penghormatan di antara anak cucunya. Adam ‘alaihis salam berjalan, mendengar, berbicara, bersin, mengerti dan memahami perkataan.

Betapa besar perhatian Allah subhanahu wa ta’ala kepada hamba-Nya, Adam ‘alaihis salam. Dia berfirman kepadanya manakala dia bersin, "Semoga Allah merahmatimu, wahai Adam." Dan barangsiapa dirahmati oleh Tuhannya, maka dia mendapatkan perhatian, perlindungan dan kemuliaan-Nya. Oleh karenanya, Allah subhanahu wa ta’ala menerima taubatnya manakala dia terpeleset dari jalan lurus kemudian Adam ‘alaihis salam kembali kepada-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala juga memaafkan kelalaian kita dan mendukung kita dengan ruh dari-Nya.

Allah subhanahu wa ta’ala telah mensyariatkan untuk Adam ‘alaihis salam ketika berada di Surga dan anak cucunya agar ber-tahmid jika bersin dan didoakan rahmat jika telah mengucapkan tahmid. Dan Allah telah menjadikan salam sebagai penghormatan anak cucu dan keturunan sesudahnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam menyampaikan kepada kita bahwa Allah subhanahu wa ta’ala mengusap punggung Adam ‘alaihis salam, maka berjatuhanlah semua jiwa dari anak cucu Adam yang akan diciptakan darinya sampai hari Kiamat. Allah subhanahu wa ta’ala memegang itu dengan Tangan kanan-Nya dan Adam ‘alaihis salam diberi pilihan antara kedua genggaman Tuhannya, maka dia memilih Tangan kanan Tuhannya dan kedua Tangan Allah subhanahu wa ta’ala adalah kanan yang penuh berkah. Manakala Allah subhanahu wa ta’ala membukanya, ternyata di dalamnya terdapat Adam ‘alaihis salam dan anak cucunya.

Adam ‘alaihis salam melihat anak cucunya yang akan diciptakan sesudahnya dan Allah subhanahu wa ta’ala telah menjadikan cahaya di antara kedua mata masing-masing. Adam juga melihat umur masing-masing telah tertulis di antara kedua mata mereka. Adam ‘alaihis salam melihat seorang laki-laki dengan cahaya yang bagus. Dia bertanya tentangnya. Maka Allah subhanahu wa ta’ala memberitahukan bahwa dia adalah salah satu putranya yang akan muncul di sebuah umat sebagai salah satu umat terakhir. Putra itu bernama Dawud ‘alaihis salam, yang diberi umur enam puluh tahun (dalam riwayat lain, empat puluh). Riwayat pertama lebih shahih. Adam ‘alaihis salam merasa umur Dawud ‘alaihis salam pendek, dia pun memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar menambah umur Dawud ‘alaihis salam. Allah subhanahu wa ta’ala menyatakan bahwa itulah umur yang ditetapkan untuk Dawud ‘alaihis salam. Lalu Adam ‘alaihis salam memberikan sebagian umurnya kepada Dawud ‘alaihis salam untuk menggenapinya menjadi seratus.

Nampak dari Hadits tersebut bahwa Allah subhanahu wa ta’ala memberitahu Adam ‘alaihis salam tentang umur yang ditulis untuknya, bahwa dia akan hidup seribu tahun. Manakala umurnya telah mencapai seribu tahun kurang empat puluh, Malaikat maut datang kepada Adam ‘alaihis salam untuk mencabut nyawanya. Adam ‘alaihis salam pun menyangkal keinginan Malaikat maut. Dia membantah Malaikat yang hendak mencabut nyawanya sebelum ajalnya tiba. Nampak pula dari Hadits tersebut bahwa Adam ‘alaihis salam menghitung sendiri umurnya tahun demi tahun. Maka Adam ‘alaihis salam mengingkarinya karena lupa. Dan anak cucu Adam mewarisi sifat-sifat bapak mereka. Mereka mengingkari seperti Adam ‘alaihis salam mengingkari. Mereka lupa seperti Adam ‘alaihis salam lupa. Oleh karena itu, Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan penulisan dan kesaksian untuk mengantisipasi pengingkaran orang-orang yang ingkar dan kelupaan orang-orang yang lupa. Wallahu a'lam.

0 Comment for "Pengingkaran dan Sifat Lupa Nabi Adam 'Alaihis Salam"

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top