Sambutan Kedatangan Nabi Di Madinah

“Sambutan mereka saat itu adalah berupa ucapan takbir: “Muhammad Rasulullah telah datang, Allahu Akbar.” (Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah)


Al-Mubarakfury mengatakan dalam Ar-Rahiqul Makhtum (hal.177) : “Hari itu merupakan hari monumental. Semua rumah dan jalan ramai dengan suara tahmid dan taqdis. Sementara anak-anak gadis mereka mendendangkan bait-bait sya’ir karena senang dan gembira :

طَلَـعَ الْبَدْرُ عَلَـيْنَا مِنْ ثَنِيَّـاتِ الْوَدَاعْ
وَجَبَ الشُّكْرُ عَلَيْنَا مَا دَعَا لِلَّــهِ دَاعْ
أَيُّـهَا الْمَبْعُوْثُ فِيْنَا جِئْتَ بِالأَمْرِ الْمُطَاعْ

Purnama telah terbit di atas kami
Dari arah Tsaniyyatul Wada’
Kita wajib mengucap syukur
Atas apa yang dia dakwahkan karena Allah
Wahai orang yang diutus kepada kami
Engkau datang membawa urusan yang ditaati.

Takhrij Kisah

Kisah ini sangat masyhur di kalangan kita semua bahkan dibuat lagu dan nyanyian. Parahnya, kisah ini dijadikan dalil bolehnya membentuk group qashidah, orkes dangdut dan lain sebagainya.

Diriwayatkan oleh Abu Hasan Al-Khal’iy rahimahullah dalam Al-Fawaid (2/59) dan Imam Al-Baihaqi rahimahullah dalam Dalail Nubuwwah (2/506) dari jalan Fadhl bin Hubab (Abu Kholifah) berkata: Saya mendengar Ubaidullah bin Muhammad bin Aisyah mengatakan…(lalu menyebutkan kisah di atas).

Derajat Kisah

DHA’IF atau LEMAH. Disebabkan kecolongan beberapa rawi dalam sanadnya. Karena Ibnu Aisyah, sang pencerita kejadian di atas (kedatangan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ke kota Madinah) bukan termasuk sahabat, bukan pula termasuk tabi’in (murid sahabat), bahkan bukan pula termasuk tabi’ tabi’in (murid tabi’in). Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata dalam At-Taqrib (1/538): “Termasuk tingkatan kesepuluh”. Maksud tingkatan ini dijelaskan dalam Muqaddimah kitabnya yaitu orang-orang yang belajar kepada tabi’ tabi’in dan tidak berjumpa dengan tabi’in.

Dengan demikian maka dalam sanad ini kecolongan tiga tabaqah (tingkatan) utama yaitu tabaqah sahabat, tabaqah tabi’in dan tabaqah tabi’ tabi’in. Berarti, sanad kisah ini minimal kecalongan tiga rawi secara berurutan. Dalam Ilmu Musthalah hadits, keadaan seperti ini disebut dengan “Mu’dhal”. Imam As-Sakhawi rahimahullah mengatakan : “Mu’dhal secara istilah yaitu suatu hadits yang kecolongan dalam sanadnya dua tabaqah atau lebih secara berurutan.”

Komentar Ulama

Imam Al-Hafizh Al-‘Iraqi rahimahullah berkata: “Hadits tentang nasyid para wanita menyambut kedatangan Nabi diriwayatkan Ima Al-Baihaqi rahimahullah dalam Dalail Nubuwwah secara Mu’dhal tanpa ada lafadz rebana dan alunan melodi.

Muridnya, Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata : “Dikeluarkan oleh Abu Said dalam “Syaraful Musthafa” dan diriwayatakan dalam “Fawaid Khal’iy” dari jalan Ubaidullah bin Aisyah secara terputus…(lalu beliau membawakan kisah ini) kemudian beliau berkata: “Sanad ini mu’dhal, barangkali kejadian ini adalah ketika pulangnya Nabi dari perang Tabuk.”

Syeikh Al-Albani rahimahullah juga berkata : “Perhatian, Imam Al-Ghazali rahimahullah membawakan kisah ini dengan tambahan: “dengan rebana dan alunan melodi”. Tambahan ini tidak ada asalnya sebagaimana diisyaratkan Al-Hafidh Al-‘Iraqi rahimahullah tadi dengan perkataannya: “tanpa ada lafadz rebana dan alunan melodi”. Sebagian orang tertipu dengan tambahan ini sehingga menampilkan kisah di atas beserta tambahannya sebagai dalil bolehnya nasyid-nasyid Nabawiyyah yang populer di zaman ini!

Maka kita katakan kepadanya: “Pastikan dahulu, baru berdalil”! seandainya toh memang shahih, tetap saja tak ada hujjah bagi mereka sebagaimana dijelaskan tadi ketika membahas hadits (579).”

Kejanggalan Matan

Ada sisi kejanggalan dalam kisah ini, karena posisi Tsaniyyatul Wada’ (jalan-jalan yang diapit bukit-bukit Al-Wada’) berada di sbelah utara kota Madinah. Seandainya riwayat penyambutan Nabi dengan qashidah ini shahih, tentulah hal itu terjadi ketika Nabi pulang dari Tabuk, sebab Tabuk berada di utara Madinah, bukan ketika Nabi datang dari Mekkah. Apalagi terdapat beberapa riwayat yang dibawakan Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah bahwa sambutan mereka saat itu adalah berupa ucapan takbir: “Muhammad Rasulullah telah datang, Allahu Akbar”. maka hal ini semakin memperkuat lemahnya kisah ini. Wallahu a’lam.

0 Comment for "Sambutan Kedatangan Nabi Di Madinah"

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top