“Allah subhanahu wa ta’ala mengizinkan untuknya (maksudnya
bumi) kadang-kadang untuk bernafas, lalu munculah gempa besar padanya, dari
situ timbulah rasa takut, taubat, berhenti dari kemaksiatan, merendahkan diri
kepada-Nya, dan penyesalan pada diri hamba-hamba-Nya, sebagaimana yang
dikatakan oleh sebagian ulama Salaf ketika terjadi gempa bumi: “Sesungguhnya
Rabb kalian menginginkan agar kalian bertaubat.” (Miftah Dar as-Sa’adah, Juz 2
hal. 630)
Nusantara kembali berduka.
Gempa bumi kembali melanda Indonesia. Belum selesai duka saudara-saudara kita
di Lombok diakibatkan gempa bumi dengan kekuatan 6,4 skala richter pada bulan
Juli lalu, sekarang menyusul musibah melanda saudara-saudara kita di Palu dan
Donggala. Tanah mereka dilanda gempa dengan kekuatan 7,4 skala richter yang
kemudian disusul dengan tsunami yang meluluh lantahkan kota mereka. Bahkan yang
paling terbaru telah terjadi gempa pula di Sumba dengan kekuatan 6 skala
richter. Mengapa sampai terjadi bencana yang bertubi-tubi di negeri ini? Apakah
kita merasa aman dari Allah subhanahu wa
ta’ala yang di atas langit seandainya Dia mengguncangkan bumi yang kita
pijak saat ini?
Hakikatnya suatu musibah yang
terjadi di bumi ini, baik berupa gempa bumi, tsunami serta segala hal yang
menimbulkan bahaya serta penderitaan disebabkan oleh kesyirikan serta
kemaksiatan yang telah kita perbuat. Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ
مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan musibah apa saja yang menimpa kalian,
maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah mema’afkan
sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”[1]
Allah subhanahu
w ta’ala juga berfirman:
مَا أَصَابَكَ
مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ
“Nikmat apapun yang kamu
terima, maka itu dari Allah, dan bencana apa saja yang menimpamu, maka itu
karena (kesalahan) dirimu sendiri.”[2]
Segala bentuk musibah merupakan
sebuah teguran dari Allah subhanahu wa
ta’ala kepada hamba-hamba-Nya agar mereka kembali pada-Nya. al-Imam Ibnu al-Qayyim
al-Jauziyyah rahimahullah berkata:
أذن الله سبحانه لها
–أي للأرض– في الأحيان بالتنفس، فتحدث فيها الزلازل العظام، فيحدث من ذلك لعباده الخوف
والخشية والإنابة والإقلاع عن معاصيه والتضرع إليه والندم، كما قال بعض السلف وقد زلزلت
الأرض: إن ربكم يستعتبكم
“Allah subhanahu wa ta’ala mengizinkan
untuknya (maksudnya bumi) kadang-kadang untuk bernafas, lalu munculah gempa besar
padanya, dari situ timbulah rasa takut, taubat, berhenti dari kemaksiatan,
merendahkan diri kepada-Nya, dan penyesalan pada diri hamba-hamba-Nya,
sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian ulama Salaf ketika terjadi gempa bumi:
“Sesungguhnya Rabb kalian menginginkan agar kalian bertaubat.”[3]
Karena hal tersebut, maka
satu-satunya cara agar terlepas dari segala musibah tersebut adalah dengan
kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala
dengan bertaubat, istiqamah dalam keta'atan, melaksanakan segala perintah-Nya
dan menjauhi segala larangan-Nya, menjauhi kesyirikan, kebid'ahan dan
kemaksiatan. Jika kita telah kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala, maka Allah subhanahu
wa ta’ala akan menghindarkan kita dari adzab-Nya serta memberikan kepada
kita berbakai kebaikan serta keberkahan-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى
آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman
dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit
dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya.”[4]
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan kesabaran
kepada saudara-saudara kita yang tertimpa bencana. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memperbaiki keadaan
kaum muslimin dalam pemahaman agama, keistiqamahan dalam keta’atan. Semoga
Allah subhanahu wa ta’ala memperbaiki
kondisi para pemimpin kaum muslimin sehingga mereka kembali kepada
syari’at-Nya, memperjuangkan kebenaran dan keadilan serta menghilangkan
kebathilan. Wa shallallahu ‘alaa
sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi. Wallahu
a’lam. Semoga bermanfaat.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ
وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
[1] QS. asy-Syura
[42] : 30
[2] QS. an-Nisa’
[4] : 79
[3] Miftah
Dar as-Sa’adah, Juz 2 hal. 630
[4] QS. al-A’raf
[7] : 96
Referensi
- al-Qur’an al-Kariim
- al-Imam Abu ‘Abdillah Muhammad bin Abi Bakr bin Ayyub Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Miftah Dar as-Sa’adah wa Mansyur Wilayat al-‘llm wa al-Iradah. 1432 H. Majmu’ al-Fiqh al-Islami Jeddah.
0 Comment for "Ketika Musibah Terus Melanda, Maka Kembalilah Kepada Allah"