“Ibumu”, “Ibumu”, “Ibumu” dan “Ayahmu”

“Seorang pria pernah mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu berkata, “Siapa dari kerabatku yang paling berhak aku berbuat baik?” Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan, “Ibumu.” Dia berkata lagi, “kemudian siapa lagi?” Beliau shallallahhu 'alaihi wa sallam mengatakan, “Ibumu.” Dia berkata lagi, “kemudian siapa lagi?” Beliau shallallahhu 'alaihi wa sallam mengatakan, “Ibumu.” Dia berkata lagi, “kemudian siapa lagi?” Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan, “Ayahmu.” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)


Pepatah mengatakan, Kasih ibu sepanjang Jalan, Kasih anak sepanjang galang. Itu adalah pepatah yang benar maknanya, karena bagaimana tidak? seorang ibu adalah sosok yang paling berjasa dalam kehidupan seorang anak. Mulai dari mengandung selama 9 bulan 10 hari bahkan bisa lebih lama dari itu, berat beban dalam kandungan tak dihiraukan lalu melahirkan dengan taruhan nyawa, mengasuh dan mendidik sejak kecil hingga dewasa tanpa lelah dan tanpa meminta pamrih sedikit pun. Kadangkala mereka merasa sakit hati oleh tingkah laku anak-anaknya namun mereka tetap menyembunyikan dalam hatinya dan tetap memberikan senyum serta kasih sayangnya pada anak-anaknya. Oleh karenanya ibu memiliki hak yang sangat besar terhadap anak-anaknya. Dan Islam mendudukkan seorang ibu di kedudukan yang tinggi dan sangat mulia, sebagaimana yang tergambar dalam dialog berikut, antara seorang sahabat dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata:

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ: أُمُّكَ قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُمَّ أَبُوكَ

“Seorang pria pernah mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu berkata, “Siapa dari kerabatku yang paling berhak aku berbuat baik?” Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan, “Ibumu.” Dia berkata lagi, “kemudian siapa lagi?” Beliau shallallahhu 'alaihi wa sallam mengatakan, “Ibumu.” Dia berkata lagi, “kemudian siapa lagi?” Beliau shallallahhu 'alaihi wa sallam mengatakan, “Ibumu.” Dia berkata lagi, “kemudian siapa lagi?” Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan, “Ayahmu.” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)

Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata: “Hadits tersebut menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang terhadap seorang ibu, harus tiga kali lipat besarnya dibandingkan terhadap seorang ayah. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan kata ibu sebanyak tiga kali, sementara kata ayah hanya satu kali. Bila hal itu sudah kita mengerti, realitas lain bisa menguatkan pengertian tersebut. Karena kesulitan dalam menghadapi masa hamil, kesulitan ketika melahirkan, dan kesulitan pada saat menyusui dan merawat anak, hanya dialami oleh seorang ibu. Ketiga bentuk kehormatan itu hanya dimiliki oleh seorang ibu, seorang ayah tidak memilikinya. (Tafsir Al-Qurthubi, Jilid 10 hal. 239)

Hadits ini memberi penjelasan pada beberapa faidah:

1.    Ibu adalah sosok yang sangat mulia dan wajib dihormati karena ketinggian kedudukannya terhadap seorang anak.

2.    Ibu lebih diutamakan dari pada ayah.

3.    Kesabaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam membimbing dan mengajar. Ini ditunjukkan dengan kesabaran beliau menjawab berulang kali dengan jawaban yang sama.

4.    Keutamaan sahabat dengan kedekatan mereka kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga mereka bisa belajar langsung dari sumber ilmu.

5.    Ketaatan murid kepada guru, yaitu ketika sahabat yang bertanya tidak memprotes jawaban Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menyebut ibu (3 kali) dan ayah cuma sekali.

6.    Dan yang terakhir bahwa dosa durhaka kepada orang tua adalah dosa terbesar kedua setelah durhaka pada Allah subhanahu wa ta’ala (Syirik).

Semoga kita senantiasa menyayangi orang tua kita khususnya ibu kita, dan bagi orang tuanya yang telah meninggal semoga kita senantiasa selalu istiqamah untuk mendo’akannya agar segala kealpaannya semasa hidupnya di ampuni oleh Allah Rabb semesta alam karena salah satu amalan yang tidak terputus walaupun kita telah meninggal adalah do’a anak shalih yang senantiasa mendo’akan orang tuanya. Ya Allah, sesungguhnya kami sangat mencintai ibu dan ayah kami, maka ampunilah dosa-dosa kami dan kumpulkanlah kami dalam surga-Mu yang luasnya melebihi luas langit dan bumi ini. Aamiin.

2 Comment for "“Ibumu”, “Ibumu”, “Ibumu” dan “Ayahmu”"

assalamu'alaikum... apakah "seorang pria" itu memiliki 2 istri sehingga ibunya ada 3?

wa'alaikumussalam warahmatullah..

Iya jika seorang pria memiliki 2 istri, maka ibunya ada 3 yaitu ibu kandung dia dan 2 ibu mertua dia...

status ibu mertua mahram muabbad bagi menantunya amksudnya haram dinikahi selamanya meskipun istri telah cerai atau meninggal dunia.

namun untuk porsi berbakti dalam hadits di atas adalah berbakti kepada ibu kandung yaitu ibu yang melahirkan kita....

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top