Al-Farisi Sang Pencari Kebenaran

“Akal sama sekali bukan tempat kembali yang hakiki. Sebab, apa yang kita sangka baik, sesungguhnya menyimpan keburukan. Dan sebaliknya, apa yang disangka buruk, sungguh di dalamnya tersimpan kebaikan.


Ia laki-laki dari Persia, bernama Salman Al-Farisi. Diantara para sahabat nabi, ia dijuluki pencari kebenaran sejati. Sejarah lebih mencatatnya sebagai seorang yang memunculkan strategi pertahanan parit dalam perang khandaq. Tapi sesungguhnya, itu adalah implikasi kecil dari pencarian besarnya tentang kebenaran dan kebaikan hakiki.

Salman Al-Farisi, pernah menjadi seorang Majusi. Memuji dan memuja api. Menyembahnya seolah api adalah pusat segala. Sampai kemudian, ia menemukan pertanyaannya tentang Yang Maha Kuasa, tak terjawab lagi. Ia juga pernah menjadi seorang pemeluk Yahudi. Melakukan pengembaraan, tak hanya pemikiran, tapi juga pengembaraan iman dan batin. Sampai akhirnya, Yahudi pun tak memberikan arti yang sempurna tentang kebenaran.

Agama lain yang pernah ia memeluknya adalah Nasrani, dengan Allah Bapak yang menjelma Yesus sebagai Allah Putra dalam doktrinnya. Dengan Maria dan Roh Kudus yang menjadi kekuatan suci dan kudus dalam doktrin Trinitas. Tapi, lagi-lagi kebenaran hakiki tak bisa ia temukan di dalamnya.

Sampai kemudian, ia bertemu Rasulullah, yang datang membebaskan manusia menyembah lainnya. Yang mengajarkan tentang Islam yang akan mengantar pada Allah, Tuhan seru sekalian alam. Dan Salman menyerahkan diri sepenuhnya pada kebenaran yang sempurna yakni Islam.

Pencarian akan kebenaran memang mutlak harus dilakukan oleh manusia, juga kita. Tapi kadang, kita tak mengenali kebenaran yang kita cari. Mata kita tertutup oleh timbunan sejarah dan kepentingan pribadi. Salman Al-Farisi, menemukan kebenaran sempurna dalam Islam. Lalu bagaimana dengan kita? Kadang, seperti pepatah anak ayam mati di lumbung, kita bukan saja tak mengenal kebenaran yang di dalamnya kita hidup. Tapi, kita mencari kebenaran di luar, yang sama sekali tak menjanjikan kebenaran. Bahkan, kita merusak kebenaran dan kebaikan yang telah dibekalkan lewat takdir, lewat garis tangan.

Sungguh, kebenaran memang kadang terlihat samar dan tertimbun dengan begitu banyak persoalan, tapi ia tidak pernah hilang. Yang perlu kita lakukan hanya berhenti sejenak, merendah diri, melihat ke belakang dan bertanya pada diri sendiri, sudah cukupkah kita berusaha mendamaikan akal dengan hati? Pikiran engan iman? Logika dengan tawakal?


Sebab, seperti yang Allah telah firmankan, akal sama sekali bukan tempat kembali yang hakiki. Sebab, apa yang kita sangka baik, sesungguhnya menyimpan keburukan. Dan sebaliknya, apa yang disangka buruk, sungguh di dalamnya tersimpan kebaikan. Semoga kita adalah termasuk orang-orang yang diberi petunjuk.

0 Comment for "Al-Farisi Sang Pencari Kebenaran"

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top