“Berkumpulah
kalian dalam menyantap makanan kalian (bersama-sama), (karena) di dalam makan
bersama itu akan memberikan berkah kepada kalian.” (HR. Abu Dawud no. 3764)
Islam adalah agama yang sangat komplek dimana segala
sesuatu telah diatur di dalamnya dari mulai mengenai perkara yang luas seperti
masalah pemerintahan yang berhubungan dengan orang banyak hingga masalah yang
sangat kecil seperti makan dan minum pun telah di atur dalam islam. Pada
kesempatan kali ini penulis ingin menjelaskan mengenai adab makan dan minum.
Untuk mempermudah sahabat untuk mengambil faidah dari artikel penulis mengenai
adab makan dan minum, maka penulis akan membagi adab makan dan minum ini
menjadi 3 bagian yaitu adab sebelum makan dan minum, adab ketika makan dan
minum dan adab setelah makan dan minum. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala
memudahkan.
Adab sebelum makan dan minum
1 – Hendaklah mencari atau
mendapatkan makanan dan minuman yang halal baik secara dzatnya maupun cara
mendapatkannya.
Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara
rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu.” (QS. Al-Baqarah [2] : 172)
2 – Meluruskan niat tujuan
dalam makan dan minum hanya untuk menguatkan badan sehingga mampu beribadah
kepada Allah subhanahu
wa ta’ala, sehingga makan dan minumnya tersebut akan tercatat sebagai
pahala.
3 – Mencuci kedua tangan
sebelum makan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
كَانَ
إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ وَ هُوَ جُنُبٌ تَوَضَّأَ وَإِذَا َأرَادَ أَنْ
يَأْكُلَ غَسَلَ يَدَيْهِ
“Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
hendak tidur sedangkan beliau dalam keadaan junub, maka beliau berwudhu’
terlebih dahulu dan apabila hendak makan, maka beliau mencuci kedua tangannya
terlebih dahulu.” (HR. An-Nasai dan Ahmad. Lihat Silsilah Al-Ahaadiits
Ash-Shahiihah no. 390)
4 – Meletakkan hidangan makanan
di atas sufrah
Sufrah adalah alas yang biasa di pakai untuk meletakkan
makanan dapat berupa tikar maupun kain yang digelar di atas lantai dan tidak
diletakkan di atas meja makan. Hal ini menunjukan sikap tawadhu’. Dalam sebuah
hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,
bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
مَا
أَكَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى خِوَانٍ وَلاَ فِيْ
سُكُرُّجَةٍ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak
pernah makan di atas meja makan dan tidak pula di atas sukurrujah.” (HR.
Al-Bukhari no. 5415)
Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah
dalam Fathul Bari Jilid 9, hal. 532 berkata: “Guru kami berkata dalam Syarah
At-Tirmidzi, “Sukurrujah itu tidak digunakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam dan para Sahabatnya karena kebiasaan mereka makan bersama-sama
dengan menggunakan shahfah yaitu piring besar untuk makan lima orang atau
lebih. Dan alasan yang lainnya adalah karena makan dengan sukurrujah itu
menjadikan mereka merasa tidak kenyang.”
5 – Duduk di atas kedua
lututnya atau duduk di atas punggung kedua kaki atau berposisi dengan kaki
kanan ditegakkan dan duduk di atas kaki kiri.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
لاَ
آكُلُ مُتَّكِئًا إِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ آكُلُ كَمَا يَأْكُلُ الْعَبْدُ
وَأَجْلِسُ كَمَا يَجْلِسُ الْعَبْدُ
“Aku tidak pernah makan sambil bersandar, aku
hanyalah seorang hamba, aku makan sebagaimana layaknya seorang hamba dan aku
pun duduk sebagaimana layaknya seorang hamba.” (HR. Al-Bukhari no. 5399)
6 – Merasa ridha terhadap
makanan dan minuman yang telah dihidangkan
Bentuk keridhaannya adalah dengan bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala
dan tidak mencela makanan yang telah dihidangkan. Jika kita menyukai makanan
itu maka makanlah dan jika tidak suka maka tinggalkanlah namun jangan
mencelanya.
Dalam sebuah riwayat yang shahih dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
مَا
عَابَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعاَماً قَطُّ إِنِ
اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَ إِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak
pernah mencela makanan, apabila beliau berselera, (menyukai makanan yang telah
dihidangkan) beliau memakannya, sedangkan kalau tidak suka (tidak berselera),
maka beliau meninggalkannya.” (HR. Al-Bukhari no. 3563, Muslim no. 2064 dan Abu
Dawud no. 3764)
7 – Makan secara bersama-sama
(berjama’ah)
Sudah merupakan kepastian bahwa termasuk yang dicintai
oleh Allah subhanahu
wa ta’ala adalah makan bersama-sama (berjama’ah) karena makan dengan cara
seperti ini akan menyebabkan turunnya barakah dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Banyak hadits yang menyatakan tentang hal ini antara lain:
اِجْتَمِعُوْا
عَلَى طَعاَمِكُمْ يُبَارِكْ لَكُمْ فِيْهِ
“Berkumpulah kalian dalam menyantap makanan kalian
(bersama-sama), (karena) di dalam makan bersama itu akan memberikan berkah
kepada kalian.” (HR. Abu Dawud no. 3764. Lihat Silsilah Al-Ahaadiits
Ash-Shahiihah no. 664)
أَحَبُّ
الطَّعَامِ إِلَى اللهِ مَا كَثُرَتْ عَلَيْهِ اْلأَ يْدِي
“Makanan yang paling dicintai oleh Allah adalah
bila banyak tangan.” (berjama’ah pada makanan tersebut).” (HR. Abu Ya’la dalam
Musnad-nya. Lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 895)
فَاجْتَمِعُوْا
عَلَى طَعَا مِكُمْ وَاذْكُرُوْا اسْمَ اللهِ عَلَيْهِ يُبَارَكْ لَكُمْ فِيْهِ
“Berjama’ahlah kalian pada makan kalian dan
bacalah nama Allah, niscaya Allah akan menurunkan barakah.” (HR. Ibnu Majah)
Demikianlah adab sebelum makan dan minum, semoga sahabat
bisa mengambil faidah dari artikel ini. Wallahu ‘alam.
Subhanakallahumma wa bihamdika,
asyhadu an laa ilaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik.
0 Comment for "Adab Sebelum Makan dan Minum"