Apakah Al-Quran Benar-Benar Asli? Ini Jawaban Syeikh Dr. Zakir Naik Al-Hindi

“Carilah kebenaran dan kebenaran akan membebaskanmu.” (Injil Yohanes 8 : 32)



Seorang mahasiswa Filsafat bernama Peter, bertanya kepada Syeikh Dr. Zakir Naik Al-Hindi hafizhahullah apakah Quran di zaman sekarang masih otentik? Pasalnya, di Zaman Utsman ada perintah pembakaran teks Quran selain Mushaf Utsmani.

Pertanyaan

“Namaku Peter, aku seorang mahasiswa filsafat. Pertanyaanku adalah tentang keotentikan teks Al-Quran. Ketika Abu Bakar memerintahkan Zaid mengumpulkan teks Quran bersama-sama, tertulis dalam Al Bukhari vol 5 hal 96: Abdullah bin Mas’ud adalah orang yang ditunjuk oleh Nabi Muhammad. Dia mengumpulkan teksnya. Kemudian Salim, budak yang dimerdekakan juga mengumpulkan teks Qurannya. Dan juga Ubay bin Ka’ab, seorang qari’ handal yang disebutkan Nabi Muhammad. Dan juga ada orang lain yangmengumpulkan teks mereka sendiri.

Tapi ketika Utsman menjadi khalifah, dia memerintahkan Zaid untuk membuat 7 replika dari teksnya dan menyebarkannya ke berbagai wilayah. Dia juga menyuruh membakar teks-teks Quran yang lain.

Jadi, jika seorang qari’ handal menyusun Quran sedangkan Utsman memerintahkan untuk membakar teks Quran tersebut, maka timbul pertanyaan apakah Quran otentik?”

Jawaban Syaikh Dr. Zakir Naik hafizhahullah

Masya Allah. Saudara ini tahu tentang Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu. Masya Allah. Banyak muslim yang tidak tahu nama-nama ini.

Kau tahu, sekarang mudah mengakses internet. Yesus Kristus berkata dalam Injil Yohanes 8 : 32, “Carilah kebenaran dan kebenaran akan membebaskanmu.”

Sekarang ada internat, banyak orang mengakses internet dan ada berbagai website yang menentang Islam, mereka punya banyak artikel yang menuduh. Tidak masalah saudara. Tidak masalah.

Saudara, berkenaan dengan pertanyaanmu, ada sejumlah sahabat Rasulullah yang mengumpulkan Quran. Kapan pun Rasulullah mendapat wahyu, beliau mengulangi wahyu itu kepada para penulis ini.

Misalnya, beliau mendapat wahyu, dan masya Allah, Nabi Muhammad punya ingatan yang sangat baik, Allah membuatnya memiliki memori luar biasa, beliau ulangi wahyu dari Allah. Ketika beliau mengulanginya, para penulis menuliskannya.

Selesai ditulis, Rasulullah memeriksanya. “Ah, itu benar.” Jadi Rasulullah sendiri yang mengecek ketika beliau masih hidup. Ayat Quran mana yang ditulis, beliau yang memeriksa apakah ayatnya sudah benar atau tidak. Dan para penulis ini dipilih sendiri oleh Rasulullah. Dan beginilah caranya ketika wahyu terus turun selama 22,5 tahun. Semuanya ditulis dan kemudian dikumpulkan menjadi satu kitab. Semuanya diawasi oleh Rasulullah, bahkan urutannya juga.

Dan di kemudian hari, ada banyak orang lain. Kapan pun Rasulullah mengucapkan sebuah ayat yang diwahyukan mereka menulis cacatan mereka sendiri. Banyak sahabat. Tapi catatan pribadi yang ditulis orang lain ini, tidak dicek oleh Rasulullah.

Misalnya seorang guru memberikan catatan, 100 muridnya menyalin. Bagaimana si guru tahu salinannya benar atau salah?

Jika aku memberikan ceramah, jika sebagian orang mencatatnya, surat kesekian ayat kesekian, seberapa akurat mereka menuliskannya? Dan jika tidak ada yang mengeceknya mereka berkata, “Dr. Zakir Naik mengatakan begini dan begini.” Kapan aku mengatakannya? Ini karena aku tidak mengecek catatan mereka.

Jadi yang terjadi, di kemudian hari banyak catatan-catatan orang lain yang terselip pada Quran. Artinya, orang-orang mengira bahwa catatan mereka adalah bagian dari Al-Quran. Jadi ketika Islam tersebar, orang-orang tidak tahu manakah yang merupakan Quran yang benar.

Jadi pada waktu itu, mushaf Al-Quran yang telah dicek Rasulullah diserahkan Abu Bakar kepada istri Rasulullah, Hafshah. Dan kemudian Ustman memerintahkan untuk menyalin teks tersebut dan direplikasi sehingga bisa dikirim ke berbagai belahan dunia dan kemudian dia berkata, “Salinan apapun yang kau miliki, entar benar atau salah, bakarlah.”

Ini karena salinan yang lain belum dicek. Jadi karena orang-orang punya catatan mereka sendiri, misalnya seseorang mencatat ceramahku, lihatlah banyak orang yang mencatatnya sekarang. Mungkin 80% benar, 90% benar, tapi 100% benar itu sulit. Benar? 100% benar itu sulit.

Bahkan meskipun ia 100% benar, jika aku memberikan kepadamu, “inilah buku dari ceramahku.” Kau tahu bahwa kau akan dapat buku dari ceramah ini: Quran and Modern Sciences, yang telah dicek kebenarannya olehku, buang saja catatanmu.

Kenapa kau butuh catatan? Karena kau telah kuberikan bukuku dan mungkin saja kau tidak mencatat keseluruhan ceramahku, kau hanya mendengar sebagian dari ceramahku.

Jadi kuberitahu padamu, “Saudara, buanglah catatanmu. Bukuku inilah yang benar. Sudah dicek olehku sendiri: Dr. Zakir Naik.”

Jadi begitu juga, apapun wahyu dari Allah yang telah dicek sendiri oleh Rasulullah. Utsman berkata, “semua salinan yang lain harus dibakar.”

Ini bukan berarti Quran berbeda-beda versinya. Hanya ada satu Quran yang diwahyukan. Tapi ketika orang-orang memasukkan catatan pribadi mereka, maka ada perbedaan. Jadi itulah mengapa sekarang, salah satu salinan Qurannya masih ada di Museum Topkapi di Istanbul.

Dan jika kamu mengecek kesamaannya dengan Quran zaman sekarang, ini 100 persen sama, baik kata demi kata, huruf demi huruf. Bahkan jika kau mencoba mengubahnya, kau tidak bisa karena di zaman sekarang ada jutaan orang yang telah menghafal Al-Quran. Dan di sini masya Allah banyak para hufadz. Bahkan jika kau membakar semua Quran, kau satukan hufadz bersama-sama, maka mereka bisa menuliskan kembali Quran yang sama, kata demi kata, huruf demi huruf. 

Berikut Video Selengkapnya :

 

0 Comment for "Apakah Al-Quran Benar-Benar Asli? Ini Jawaban Syeikh Dr. Zakir Naik Al-Hindi"

Rasulullah ï·º bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top