Kisah Nabi Aramiya ‘Alaihis Salam dan Kehancuran Kerajaan Yahuda

“Aku hingga kini masih berada dalam perlindungan Allah selama aku tidak menyimpang dari ketaatan terhadap-Nya sesaat pun. Andai saja Bani Israil tidak menyimpang ketaatan terhadap-Nya, tentu mereka tidak takut kepadamu atau yang lain dan kau tidak akan bisa menguasai mereka.”

Nabi Aramiya ‘alaihis salam adalah salah satu nabi yang diutus untuk Bani Israil sebelum kerajaan Yahuda ditaklukan oleh Nebukadnezar dan penduduknya dibuang ke Babilonia. Beliau lahir di Anatot dan hidup sekitar tahun 645 SM tidak lama setelah Raja Manasyi berakhir. Nabi Aramiya ‘alaihis salam adalah anak dari Hilkia. Menurut Perjanjian Lama, Nabi Aramiya ‘alaihis salam diangkat menjadi nabi ketika beliau masih muda dan belum pandai berbicara yaitu pada masa Raja Yosia pada tahun 627 M. (Perjanjian Lama, Kitab Yeremia [1] : 6). Nabi Aramiya ‘alaihis salam menjadi nabi selama pemerintahan lima raja kerajaan Yahuda, yaitu pada masa Yosia, Yoahas, yoyakin, Yoyakhim dan Zedekia. Nabi Aramiya ‘alaihis salam tidak disebutkan dalam Al-Quran, akan tetapi tertulis dalam Tafsir serta banyak sastra Islam yang menceritakan mengenai kehidupan beliau dan tradisi yang berasal darinya. Ada sastra Islam yang mencatat kehancuran Yerusalem yang paralel dengan kisah yang dicatat dalam Perjanjian Lama Kitab Yeremia. (Tarikh Ath-Thabari, Jilid 1 hal. 646)

Ibnu Katsir rahimahullah menceritakan dengan menukil apa yang dinyatakan oleh Ibnu Asakir rahimahullah: Nabi Aramiya ‘alaihis salam menyampaikan kepada kaumnya tentang azab Allah subhanahu wa ta’ala yang akan meliputi segala sesuatu, namun Bani Israil menyambut dakwahnya dengan kebohongan dan kemaksiatan dan mereka menuduhnya dengan kebohongan. Nabi Aramiya ‘alaihis salam menyampaikan firman Allah subhanahu wa ta’ala, beliau berkata: “Duhai Ilya (Palestina) dan penghuninya, bagaimana mereka dihinakan dengan pembunuhan dan mereka menjadi tawanan-tawanan yang hina, tempat-tempat istana mereka yang mengagumkan menjadi tempat-tempat tinggalnya hewan-hewan buas. Aku akan menghancurkan mereka dengan berbagai azab. Jika langit menurunkan hujan di atas bumi, maka bumi tidak akan tumbuh. Bila tumbuh suatu tumbuhan di bumi, maka itu adalah sebagai rahmat-Ku terhadap binatang- binatang. Jika mereka menanam sesuatu, maka tanaman mereka akan dikuasai oleh hama dan jika ada tumbuhan yang selamat darinya, maka Aku akan cabut darinya keberkahan, dan jika mereka berdoa Aku tidak akan mengabulkan dan jika mereka meminta, maka Aku tidak akan memberi dan jika mereka menangis, maka aku tidak akan menyayangi, dan jika mereka berusaha bersikap rendah diri, maka Aku akan memalingkan wajah-Ku dari mereka.”

Mereka berkata kepadanya, “Bagaimana engkau berbohong dan mengaku bahwa Allah subhanahu wa ta’ala akan menghancurkan bumi-Nya dan masjid-masjid-Nya lalu siapa yang akan menyembah-Nya jika tidak ada seorang pun di muka bumi yang menyembah-Nya, juga tidak ada masjid dan tidak ada Kitab. Sungguh engkau telah gila wahai Aramiya.”

Akhirnya pertentangan antara Nabi Aramiya ‘alaihis salam dan kaumnya berakhir pada pemenjaraannya dan Nabi Aramiya ‘alaihis salam pernah mengatakan: “Wahai Tuhanku! andai saja ibuku tidak melahirkanku. kala Engkau menjadikanku sebagai nabi terakhir Bani Israil, artinya kehancuran Baitul Maqdis dan kebinasaan Bani Israil disebabkan karena aku.”

Pada saat yang sama, datanglah pasukan Nebukadnezar menuju mereka. Orang-orang Bani Israil terkejut ketika mendengar suara derap kaki kuda dan suara panah-panah yang melayang dan bau kebakaran. Pasukan itu memasuki desa-desa dan kota-kota. Mereka mengelilingi segenap penjuru kota dan desa. Pemimpin pasukan itu menyerbu orang-orang Bani Israil dan menghancurkan mereka. Sepertiga dibunuh, sepertiga ditawan, sementara sepertiga lagi yaitu wanita-wanita tua dan lelaki-lelaki tua dibiarkan hidup.

Baitul Maqdis dihancurkan dan tempat ibadah itu pun hancur. Orang-orang laki-laki dibunuh dan benteng-benteng kukuh pun dibakar, kitab Taurat di bakar, bahkan ulama-ulamanya dan fuqaha-fuqahanya dibunuh dan tak seorang pun hidup di antara mereka. Jumlah tawanan yang berasal dari anak-anak para pendeta dan para raja yang mereka bawa mencapai 90.000 orang. Masjid-masjid yang ada di baitul maqdis dilempari kotoran, babi-babi disembelih di dalamnya. diantaranya 7000 tawanan dari keluarga Nabi Daud ‘alaihis salam, dan sisanya keturunan dari anak- anak Nabi Yaqub ‘alaihis salam yang lainnya serta kaum Bani Israil biasa.

Rumah-rumah orang-orang Bani Israil tidak lagi dihuni kecuali oleh burung hantu dan binatang buas. Lalu sebagian orang-orang dari Bani Israil meninggalkan tempat itu dan tempat itu pun menjadi tempat yang tandus untuk waktu yang lama sehingga Allah subhanahu wa ta’ala mengizinkan kepada sebagian cucu atau keturunan dari kaum itu untuk kembali dan mereka pun kembali. Selama terjadi peristiwa yang berdarah tersebut, Nabi Uzair ‘alaihis salam sedang tertidur yang dikisahkan beliau tertidur selama 100 tahun dan dialah satu-satunya yang menjaga Taurat.

Ishaq bin Bisyr rahimahullah menuturkan, dari Wahab bin Munabbih rahimahullah, dia berkata: “Setelah Nebukadnezar menjalankan aksinya itu, ada yang berkata kepadanya, mereka (Bani Israil) punya seorang teman yang mengingatkan akan tertimpa seperti telah menimpa mereka itu. menyebut-nyebut namamu dan berita tentangmu, ia juga memberitahu mereka bahwa kau akan membunuh mereka dalam jumlah besar, menawan istri-istri dan anak-anak mereka, meruntuhkan dan membakar masjid-masjid mereka. tapi mereka mendustakannya, menuduhnya yang bukan-bukan, memukulnya, mengikatnya dan menahannya

Nebukadnezar kemudian memerintahkan agar Nabi Aramiya ‘alaihis salam dikeluarkan dari penjara. Nebukadnezar lalu bertanya kepadanya: “Apa benar kau sudah mengingatkan mereka akan tertimpa kejadian seperti itu?” Nabi Aramiya ‘alaihis salam menjawab: “Ya.” Nebukadnezar bertanya: “Bagaimana kau mengetahuinya?” Nabi Aramiya ‘alaihis salam menjawab: “Allah mengutusku kepada mereka, tapi mereka mendustakanku.” Nebukadnezar bertanya: “Apa mereka mendustakan, memukul dan memenjarakanmu?” Nabi Aramiya ‘alaihis salam menjawab: “Ya.” Nebukadnezar kemudian berkata: “Seburuk-buruk kaum adalah kaum yang mendustakan nabi mereka dan mendustakan risalah Tuhan mereka, maukah kau bergabung denganku, aku akan memuliakanmu dan membantumu, tapi jika kau ingin tetap tinggal di negerimu, aku telah memberimu jaminan keamanan.” Maka Nabi Aramiya ‘alaihis salam berkata kepadanya: “Aku hingga kini masih berada dalam perlindungan Allah selama aku tidak menyimpang dari ketaatan terhadap-Nya sesaat pun. Andai saja Bani Israil tidak menyimpang ketaatan terhadap-Nya, tentu mereka tidak takut kepadamu atau yang lain dan kau tidak akan bisa menguasai mereka.” Mendengar kata-katanya itu, Nebukadnezar meninggalkannya, lalu Nabi Aramiya ‘alaihis salam tetap tinggal di tempatnya, di negeri Ilya (Palestina) dan meninggal disana sekitar tahun 580 SM.

1 Comment for "Kisah Nabi Aramiya ‘Alaihis Salam dan Kehancuran Kerajaan Yahuda"

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top