“Sesungguhnya
ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dia pikirkan lalu
Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataannya itu. Dan ada juga seorang
hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang membuat Allah murka dan tidak
pernah dipikirkan bahayanya lalu dia dilemparkan ke dalam jahannam.” (HR. Al-Bukhari
no. 6478)
Jangan mencela hujan! Sungguh
sangat disayangkan sekali, setiap orang sudah mengetahui bahwa hujan merupakan
nikmat dari Allah Ta’ala. Namun, ketika hujan dirasa mengganggu aktivitasnya,
timbullah kata-kata celaan, “Aduh!! hujan lagi, hujan lagi”. Bahkan ada
yang sampai mengumpat. Wal ‘iyadzubillah.
Perlu diketahui bahwa setiap
yang seseorang ucapkan, baik yang bernilai dosa atau tidak bernilai dosa dan
pahala, semua akan masuk dalam catatan malaikat. Allah Ta’ala berfirman:
مَا
يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan
ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaf : 18)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam juga bersabda:
إِنَّ
الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا
بَالاً ، يَرْفَعُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ
بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً يَهْوِى بِهَا فِى
جَهَنَّمَ
“Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan
suatu perkataan yang tidak dia pikirkan lalu Allah mengangkat derajatnya
disebabkan perkataannya itu. Dan ada juga seorang hamba yang berbicara dengan
suatu perkataan yang membuat Allah murka dan tidak pernah dipikirkan bahayanya
lalu dia dilemparkan ke dalam jahannam.” (HR. Al-Bukhari no. 6478)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah menasehatkan kita agar jangan selalu menjadikan makhluk yang
tidak dapat berbuat apa-apa sebagai kambing hitam jika kita mendapatkan sesuatu
yang tidak kita sukai. Seperti beliau melarang kita mencela waktu dan angin
karena kedua makhluk tersebut tidak dapat berbuat apa-apa.
Dalam sebuah hadits qudsi,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman:
قَالَ
اللَّهُ تَعَالَى يُؤْذِينِى ابْنُ آدَمَ ، يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ ،
بِيَدِى الأَمْرُ ، أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
“Manusia menyakiti Aku; dia mencaci maki masa
(waktu), padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Aku-lah yang mengatur
malam dan siang menjadi silih berganti.” (HR. Al-Bukhari no. 4826 dan Muslim
no. 2246)
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam juga bersabda:
لاَ
تَسُبُّوا الرِّيحَ
“Janganlah kamu mencaci maki angin.” (HR. At-Tirmidzi
no. 2252)
Dari dalil di atas terlihat
bahwa mencaci maki masa (waktu) dan angin adalah sesuatu yang terlarang. Begitu
pula halnya dengan mencaci maki makhluk yang tidak dapat berbuat apa-apa,
seperti mencaci maki angin dan hujan adalah terlarang.
Larangan ini bisa termasuk
syirik akbar (syirik yang mengeluarkan seseorang dari Islam) jika diyakini
makhluk tersebut sebagai pelaku dari kejelekan yang terjadi. Meyakini demikian
berarti meyakini bahwa makhluk tersebut yang menjadikan baik dan buruk. Ini
sama saja dengan menyatakan ada pencipta selain Allah. Namun, jika diyakini
yang menakdirkan adalah Allah sedangkan makhluk-makhluk tersebut bukan pelaku
dan hanya sebagai sebab saja, maka seperti ini hukumnya haram, tidak sampai
derajat syirik. Dan apabila yang dimaksudkan cuma sekedar pemberitaan, -seperti
mengatakan, “Hari ini hujan deras, sehingga kita tidak bisa berangkat ke
masjid untuk shalat”, tanpa ada tujuan mencela sama sekali maka seperti ini
tidaklah mengapa.
Intinya, mencela hujan tidak
terlepas dari hal yang terlarang karena itu sama saja orang yang mencela hujan
mencela Pencipta hujan yaitu Allah subhanahu wa ta’ala. Ini juga
menunjukkan ketidaksabaran pada diri orang yang mencela. Sudah seharusnya lisan
ini selalu dijaga. Jangan sampai kita mengeluarkan kata-kata yang dapat membuat
Allah murka. Semestinya yang dilakukan ketika turun hujan adalah banyak
bersyukur kepada-Nya.
0 Comment for "Jaga Lisan, Janganlah Mencela Hujan"