“Imam Mahdi
berasal dari keturunanku. Beliau memiliki dahi yang lebar dan hidung yang mancung.
Di masanya, akan tersebar keadilan di muka bumi, sebagaimana sebelumnya penuh
dengan kezhaliman dan kelaliman. Beliau akan berkuasa selama 7 tahun.” (HR. Abu
Daud no. 4285)
Imam Mahdi, dia
adalah seorang pemuda yang dinubuwatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam dalam berbagai haditsnya. Kedatangannya sangat ditunggu-tunggu
oleh umat islam karena kedatangannya akan membawa islam berada pada masa kejayaannya
dan dunia berada dalam ketentraman. Beliau akan memimpin kembali umat islam
dengan sistem khilafah sebagaimana yang dijalankan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan para khulafatur rasyidin. Namun sebenarnya siapa Imam
Mahdi ini? Bagaimanakah kemuncululannya dan seperti apa ciri-ciri fisiknya
serta apa yang akan dilakukan olehnya kelak di akhir zaman sehingga
kedatangannya sangat dinanti-nantikan? Berikut penjelasannya.
Makna Mahdi
Mahdi berarti
orang yang diberi petunjuk dan dalam bahasa Arab mahdi masuk dalam kategori
isim maf’ul. Makna ini sebagaimana terdapat dalam hadits Al-‘Irbadh bin Sariyah:
وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ
“Dan sunnah para Khulafa’ rosyidin (yang mendapat
petunjuk dalam beramal), mahdiyin (yang mendapat petunjuk ilmu).” (HR. Abu
Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
Ibnul Atsir
mengatakan, “Yang dimaksud Al-Mahdi dalam hadits ini adalah orang yang diberi
petunjuk pada kebenaran. Mahdi kadang menjadi nama orang bahkan sudah
seringkali digunakan seperti itu. Begitu pula Al-Mahdi juga bermakna orang yang
dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan akan muncul
di akhir zaman. Juga mahdi bisa dimaksudkan dengan Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsman,
dan ‘Ali radhiyallahu ‘anhum. Bahkan mahdi juga bisa bermakna lebih luas, yaitu
siapa saja yang mengikuti jalan hidup mereka dalam beragama.” (An-Nihayah fii
Ghoribil Hadits wal Atsar, 5/577)
Namun yang
dimaksudkan dengan Mahdi dalam pembahasan kali ini adalah Imam Mahdi yang telah
dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang akan
datang di akhir zaman. Dia akan menguatkan agama ini dan menyebarkan keadilan.
Kaum muslimin dan kerajaan Islam akan berada di bawah kekuasaannya. Imam Mahdi
berasal dari keturunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia hidup di
zaman Nabi Isa ‘alaihis salam turun dan di masa keluarnya Dajjal. (Asyrotus
saa’ah, hal. 94)
Siapakah Imam Mahdi?
Ibnul Qayim rahimahullah
mengatakan, “Hadits-hadits yang membicarakan tentang Imam Mahdi ada empat
macam. Ada yang shahih, ada yang hasan, ada yang ghorib dan ada pula yang
maudhu’ (palsu).“ (Al-Manar Al-Munif fi Shohih wa Dho’if, hal. 148)
Dari sini,
manusia berselisih pendapat siapakah Imam Mahdi yang sebenarnya.
Pendapat
pertama, mengatakan bahwa Imam Mahdi adalah Al Masih ‘Isa bin Maryam. Itulah
Imam Mahdi yang sebenarnya menurut mereka. Mereka beralasan dengan hadits dari
Muhammad bin Kholid Al-Jundi, namun hadits tersebut adalah hadits yang tidak
shahih. Seandainya pun shahih, itu bukanlah dalil untuk mengatakan bahwa Imam
Mahdi adalah Nabi ‘Isa ‘alaihis salam. Karena Nabi ‘Isa tentu saja lebih pantas
disebut Mahdi (karena asal makna mahdi adalah yang diberi petunjuk) daripada
Imam Mahdi itu sendiri. Nabi ‘Isa itu diutus sebelum Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan beliau akan turun lagi menjelang hari kiamat.
Sebagaimana pula telah diterangkan dalam hadits yang shahih dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bahwa Nabi ‘Isa ‘alaihis salam akan turun di menara
putih, sebelah timur Damaskus. ‘Isa pun akan turun dan berhukum dengan
Kitabullah (Al-Qur’an), beliau akan membunuh orang Yahudi dan Nashrani,
menghapuskan jizyah (Karena pada saat itu cuma ada dua pilihan yaitu masuk
Islam ataukah dibunuh. Sedangkan di zaman sebelum ’Isa turun, jika tidak mau memeluk
Islam, masih bisa hidup asalkan dapat menunaikan jizyah) dan akan membinasakan
golongan-golongan yang menyimpang.
Pendapat kedua,
Imam Mahdi adalah pemimpin di masa Bani Al-‘Abbas dan masa tersebut sudah
berakhir. Namun hadits-hadits yang membicarakan hal tersebut seandainya shahih,
itu bukanlah dalil bahwa Imam Mahdi yang memimpin Bani Al-‘Abbas adalah Imam
Mahdi yang akan muncul di akhir zaman. Ibnul Qayyim mengatakan, “Dia memang
mahdi (karena asal makna mahdi adalah yang diberi petunjuk, namun dia bukan
Imam Mahdi yang akan muncul di akhir zaman, pen). Sebagaimana ‘Umar bin ‘Abdul
‘Aziz adalah mahdi (yang diberi petunjuk) dan sebenarnya beliau lebih pantas
disebut mahdi daripada penguasa Bani Al ‘Abbas.” (Al-Manar Al-Munif fi Shohih
wa Dho’if, hal. 92)
Pendapat
ketiga, Imam Mahdi adalah seseorang yang berasal dari keturunan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, keturunan Al-Hasan bin ‘Ali. Dia akan datang di akhir
zaman di saat zaman penuh dengan kezholiman. Lalu Imam Mahdi datang dengan
membawa keadilan. Inilah Imam Mahdi yang dimaksudkan dalam banyak hadits.
Adapun hadits-hadits yang membicarakan mengenai Imam Mahdi, sebagian sanadnya
ada yang dho’if dan ghorib. Namun hadits-hadits tersebut saling menguatkan satu
dan lainnya. Inilah yang menjadi pendapat Ahlus Sunnah dan inilah pendapat
yang benar.
Ibnul Qayyim
kemudian menjelaskan, “Adapun Rofidhoh (Syi’ah Al Imamiyah), mereka memiliki
pendapat yang keempat. Mereka berpendapat bahwa Imam Mahdi adalah Muhammad bin
Al-Hasan Al-‘Askariy Al-Muntazhor (yang dinanti-nanti). Dia merupakan keturunan
Al-Husain bin ‘Ali, bukan dari keturunan Al-Hasan bin ‘Ali. Dia akan hadir di
berbagai negeri tetapi tidak kasatmata, dia akan mewariskan tongkat dan menutup
padang sahara. Dia akan masuk Sirdab Samira’ semasa kanak-kanak sejak lebih
dari 500 tahun. Kemudian tidak ada satu pun melihatnya setelah itu. Dan tidak
pernah diketahui berita, begitu pula jejaknya. Namun, setiap hari orang-orang
Rafidhah selalu menanti dengan tunggangan kuda di pintu Sirdab. Mereka sering
berteriak agar Imam Mahdi tersebut dapat keluar menemui mereka. Mereka
memanggil, “Wahai tuan kami, keluarlah.” Namun mereka pun pulang dengan tangan
hampa, tidak mendapatkan apa-apa. Usaha mereka yang begitu giat, hanya sia-sia
belaka.” (Al-Manar Al-Munif, hal. 148-152)
Nama Imam Mahdi
Nama Imam Mahdi
adalah Muhammad, sedangkan nama ayahnya adalah ‘Abdullah. Jadi, nama Imam Mahdi
dan nama ayahnya sama dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لاَ تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ الْعَرَبَ
رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِى يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِى
“Dunia ini tidak akan sirna hingga seorang pria dari
keluargaku yang namanya sama dengan namaku (yaitu Muhammad) menguasai Arab.”
(HR. At-Tirmidzi no. 2230)
Maksud bahwa
orang tersebut akan menguasai Arab adalah ia akan menguasai non Arab juga.
Ath-Thibi mengatakan, “Dalam hadits di atas tidak disebutkan non Arab, namun
mereka tetap termasuk dalam hadits tersebut. Jika dikatakan menguasai Arab,
maka itu berarti juga menguasai non Arab karena Arab dan non Arab adalah satu
kata dan satu tangan.” (‘Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud, 11/250)
Begitu pula
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan mengenai Imam Mahdi:
مِنْ أَهْلِ بَيْتِى يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِى وَاسْمُ
أَبِيهِ اسْمَ أَبِى
“Dia berasal dari keluargaku. Namanya (yaitu Muhammad)
sama dengan namaku. Nama ayahnya (yaitu ‘Abdullah) pun sama dengan nama
ayahku.” (HR. Abu Daud no. 4282)
Imam Mahdi
berasal dari keturunan Fathimah, putri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْمَهْدِىُّ مِنْ عِتْرَتِى مِنْ
وَلَدِ فَاطِمَةَ
“Imam Mahdi adalah dari keluargaku dari keturunan Fathimah.”
(HR. Abu Daud no. 4284)
Hadits di atas
menunjukkan bahwa Imam Mahdi berasal dari keturunan Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam, yaitu dari jalur Fathimah. Inilah pendapat yang tepat. Oleh
karena itu, nama Imam Mahdi sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Katsir adalah:
مُحَمَّدٌ بْنُ عَبْدِ اللهِ العَلَوِي الفَاطِمِي
الحَسَنِي
Muhammad bin Abdullah Al-‘Alawi (keturunan Ali bin Abu
Tholib) Al-Fathimiy (keturunan Fatimah binti Muhammad) Al-Hasaniy (keturunan
Hasan bin ‘Ali). (An Nihayah fil Fitan wal Malahim, hal. 17)
Hanya saja
pendapat mengenai Imam Mahdi merupakan keturunan Hasan bin ‘Ali pun berasal
dari hadits dhaif karena sanadnya munqathi atau terputus.
Waktu Munculnya Imam Mahdi
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَذْهَبُ أَوْ لاَ تَنْقَضِى الدُّنْيَا حَتَّى
يَمْلِكَ الْعَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِى يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِى
“Dunia tidak akan lenyap atau tidak akan sirna hingga
seseorang dari keluargaku menguasai bangsa Arab. Namanya sama dengan namaku.” (HR.
At-Tirmidzi no. 2230 dan Abu Daud no. 4282)
Ibnu Katsir
mengatakan, “Imam Mahdi akan muncul di akhir zaman. Saya mengira bahwa
munculnya Imam Mahdi adalah sebelum turunnya Nabi ‘Isa, sebagaimana ditunjukkan
oleh hadits-hadits yang menyebutkan hal ini.” (An-Nihayah fil Fitan wal
Malahim, hal. 15)
Ciri-Ciri Fisik Imam Mahdi
Dari Abu Sa’id
Al-Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْمَهْدِىُّ مِنِّى أَجْلَى الْجَبْهَةِ أَقْنَى
الأَنْفِ
“Imam Mahdi adalah keturunanku. Dahinya lebar (atau
rambut kepala bagian depannya tersingkap) dan hidungnya mancung.” (HR. Abu Daud
no. 4285)
Al-Qori’ dalam
mengatakan, “Hidung beliau tidaklah pesek karena bentuk hidung semacam ini
kurang disukai.” (‘Aunul Ma’bud, 11/252)
Di Masa Imam Mahdi akan Tersebar Kemakmuran dan
Keadilan
Di masa Imam
Mahdi akan penuh dengan keadilan dan kemakmuran, berbeda dengan masa-masa
sebelumnya. Di zaman beliau, harta begitu melimpah, banyak ditumbuhi tanaman
dan semakin banyak hewan ternak. Dari Abu Sa’id Al-Khudri, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
الْمَهْدِىُّ مِنِّى أَجْلَى الْجَبْهَةِ أَقْنَى
الأَنْفِ يَمْلأُ الأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا
يَمْلِكُ سَبْعَ سِنِينَ
“Imam Mahdi berasal dari keturunanku. Beliau memiliki
dahi yang lebar dan hidung yang mancung. Di masanya, akan tersebar keadilan di
muka bumi, sebagaimana sebelumnya penuh dengan kezholiman dan kelaliman. Beliau
akan berkuasa selama 7 tahun.” (HR. Abu Daud no. 4285)
Juga dari Abu
Sa’id Al-Khudri, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَكُونُ فِى أُمَّتِى الْمَهْدِىُّ إِنْ قُصِرَ فَسَبْعٌ
وَإِلاَّ فَتِسْعٌ فَتَنْعَمُ فِيهِ أُمَّتِى نَعْمَةً لَمْ يَنْعَمُوا مِثْلَهَا
قَطُّ تُؤْتَى أُكُلَهَا وَلاَ تَدَّخِرُ مِنْهُمْ شَيْئًا وَالْمَالُ يَوْمَئِذٍ
كُدُوسٌ فَيَقُومُ الرَّجُلُ فَيَقُولُ يَا مَهْدِىُّ أَعْطِنِى فَيَقُولُ خُذْ
“Akan ada pada umatku Al-Mahdi. Jika masanya pendek
(dia memerintah) selama 7 tahun, jika tidak maka 9 tahun. Pada masa itu umatku
akan mendapatkan kenikmatan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Mereka
akan memperoleh banyak makanan dan mereka tidak akan menyimpannya. Pada saat
itu, harta begitu melimpah. Ada seseorang yang mengatakan, ‘Wahai Imam Mahdi,
berilah aku sesuatu.’ Lalu beliau mengatakan, ‘Ambillah’.” (HR. Ibnu Majah no.
4083)
Dalam riwayat
At-Tirmidzi dikatakan:
« فَيَجِىءُ إِلَيْهِ رَجُلٌ فَيَقُولُ يَا مَهْدِىُّ أَعْطِنِى
أَعْطِنِى ». قَالَ « فَيَحْثِى لَهُ فِى ثَوْبِهِ مَا اسْتَطَاعَ أَنْ يَحْمِلَهُ
»
“Datanglah seseorang kepada Imam Mahdi, lalu dia
berkata, ‘Wahai Imam Mahdi, berikanlah aku sesuatu, berikanlah aku sesuatu.’
Lalu Nabi berkata, “Imam Mahdi pun menuangkan sesuatu di pakaiannya yang ia
tidak sanggup memikulnya”.” (HR. At-Tirmidzi no. 2232)
Dalam riwayat
Al-Hakim juga dikatakan:
يَخْرُجُ فِي آخِرِ أُمَّتِي المَهْدِيُّ يَسْقِيْهِ
اللهُ الغَيْثَ ، وَتُخْرِجُ الأَرْضُ نَبَاتَهَا ، وَيُعْطِي المَالَ صِحَاحًا ،
وَتَكْثُرُ المَاشِيَةُ وَتَعْظُمُ الأُمَّةُ ، يَعِيْشُ سَبْعًا أَوْ ثَمَانِيًا
» يَعْنِي حِجَجًا
“Imam Mahdi akan keluar di akhir umatku. (Pada
masanya), Allah akan menurunkan hujan, akan menumbuhkan tanaman di muka bumi,
harta akan dibagi secara merata. Binatang ternak akan semakin banyak, begitu
juga umat akan bertambah besar. Imam Mahdi hidup selama 7 atau 8 tahun.” (HR.
Al Hakim (4/557-558). Hadits ini dikatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam
Silsilah Ash-Shohihah no. 711)
Masa Kekuasaan Imam Mahdi
Disebutkan
dalam riwayat At-Tirmidzi:
إِنَّ فِى أُمَّتِى الْمَهْدِىَّ يَخْرُجُ يَعِيشُ
خَمْسًا أَوْ سَبْعًا أَوْ تِسْعًا
“Imam Mahdi akan muncul di tengah-tengah umatku dan ia
akan berkuasa selama lima, tujuh atau sembilan tahun.” Ada keraguan dari Zaid,
salah seorang periwayat hadits ini. (HR. At-Tirmidzi no. 2232)
Al-Mubarakfuri
menjelaskan, “Dalam riwayat dari Abu Sa’id Al-Khudri dalam sunan Abu Daud
disebutkan bahwa Imam Mahdi berkuasa selama tujuh tahun dan tidak ada keraguan
sama sekali dari perowi. Begitu pula dalam hadits Ummu Salamah disebutkan pula
bahwa Imam Mahdi akan berkuasa selama tujuh tahun. Di sini juga tanpa
disebutkan adanya keraguan dari perowi. Dari sini, hadits yang menggunakan
lafazh tegas lebih didahulukan daripada lafazh yang masih ada syak (keraguan).”
(Tuhfatul Ahwadzi, 6/404) Dari penjelasan beliau menunjukkan bahwa yang lebih
tepat jika kita katakan, Imam Mahdi berkuasa selama tujuh tahun. Wallahu
a’lam.
Di mana Imam Mahdi Muncul?
Tidak ada sama
sekali riwayat yang shahih yang menunjukkan di manakah tempat munculnya Imam
Mahdi atau waktu kapan keluarnya Imam Mahdi. Akan tetapi, para ulama
menjelaskan hal itu dari kesimpulan beberapa riwayat, namun tidak ditegaskan
pasti di mana dan kapan munculnya. (Asyrotus Saa’ah, hal. 97)
Imam Mahdi akan
muncul dari arah timur (yaitu timur Jazirah Arab). Sebagaimana hal ini
diisyaratkan dalam riwayat Ibnu Majah. (HR. Ibnu Majah no. 4084, dalam
Az-Zawaid dikatakan bahwa sanad hadits ini shahih dan periwayatnya adalah
tsiqoh (terpercaya). Al-Hakim dalam Al-Mustadrok mengatakan bahwa riwayat ini
shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim. Sedangkan Syaikh Al-Albani mengatakan
bahwa riwayat ini dho’if)
Ibnu Katsir
mengatakan, ”Imam Mahdi akan muncul dari arah timur dan bukan dari Sirdab
Samira’ sebagaimana yang disangkakan oleh Syi’ah (Rafidhah). Mereka menunggu
sampai sekarang, padahal persangkaan orang Rafidhah itu hanyalah igauan semata,
pemikiran yang sangat lemah dan pemahaman gila yang dimasukkan oleh syaithan.
Sanggkaan mereka tidak ada landasan sama sekali dari Al Qur’an maupun As Sunnah
serta apa yang mereka sangkakan sangat tidak logis dan tidak sesuai dengan akal
yang sehat .” (An-Nihayah fil Fitan wal Malahim, hal. 17)
Nabi ‘Isa ‘alaihis salam akan Shalat di
Belakang Imam Mahdi
Ketika Nabi ‘Isa
‘alaihis salam turun kembali di akhir zaman, beliau akan shalat di
belakang Imam Mahdi yaitu menjadi makmum di belakangnya. Dari Jabir bin
’Abdillah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِى يُقَاتِلُونَ عَلَى
الْحَقِّ ظَاهِرِينَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ – قَالَ – فَيَنْزِلُ
عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ -صلى الله عليه وسلم- فَيَقُولُ أَمِيرُهُمْ تَعَالَ صَلِّ
لَنَا. فَيَقُولُ لاَ. إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ أُمَرَاءُ. تَكْرِمَةَ اللَّهِ
هَذِهِ الأُمَّةَ
”Sekelompok dari umatku ada yang akan terus membela
kebenaran hingga hari kiamat. Menjelang hari kiamat turunlah ’Isa bin Maryam.
Kemudian pemimpin umat Islam saat itu berkata, ”(Wahai Nabi Isa), pimpinlah
shalat bersama kami.” Nabi ’Isa pun menjawab, ”Tidak. Sesungguhnya sudah ada di
antara kalian yang pantas menjadi imam (pemimpin). Sungguh, Allah telah
memuliakan umat ini.” (HR. Muslim no. 156)
Dalam hadits
yang muttafaqun ’alaih (disepakati Bukhari dan Muslim), Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ ابْنُ مَرْيَمَ فِيكُمْ
وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ
”Bagaimana kalian jika ’Isa bin Maryam turun di
tengah-tengah kalian dan imam kalian dari kalangan kalian sendiri?” (HR.
Al-Bukhari no. 3449 dan Muslim no. 155)
Abu Dzar
Al-Harowiy, dari Al-Jauzaqi, dari sebagian ulama masa silam mengatakan bahwa
makna ”Imamukum minkum” (Imam kalian adalah dari kalian sendiri), yaitu imam
tersebut berhukum dengan Al-Qur’an dan bukan dengan Injil.
Ibnu At-Tiin
mengatakan, ”Makna ”Imamukum minkum” (Imam kalian adalah dari kalian sendiri),
yaitu bahwa syari’at Nabi Muhammad itu akan terus dipakai hingga hari kiamat.”
(Fathul Bari, 6/493-494)
Ringkasnya,
maksud penjelasan di atas bahwa Imam Mahdi adalah sebagai imam (pemimpin) kaum
muslimin ketika itu. Termasuk pula Nabi Isa ’alaihis salam, beliau akan
bermakmum di belakang Imam Mahdi. Beliau pun akan mengikuti syari’at Islam.
Riwayat Tentang Imam Mahdi adalah Mutawatir
Mutawatir
secara bahasa berarti berturut-turut (tatabu’). Secara istilah, hadits mutawatir
adalah hadits yang diriwayatkan dari jalan yang sangat banyak sehingga mustahil
untuk bersepakat dalam kedustaan karena mengingat banyak jumlahnya dan
kesholihannya serta perbedaan tempat tinggal.
Hadits
mutawatir ada dua macam yaitu mutawatir lafzhi dan mutawatir ma’nawi. Mutawatir
lafzhi adalah hadits yang jumlah periwayatannya amat banyak dan semuanya
menggunakan lafazh yang sama atau hampir sama. Sedangkan mutawatri ma’nawi
adalah hadits yang membicarakann suatu masalah dengan berbagai macam redaksi,
namun menunjukkan pada satu pembicaraan.
Hadits yang
membicarakan mengenai kemunculan Imam Mahdi adalah hadits mutawatir ma’nawi.
Artinya, hadits tersebut membicarakan mengenai Imam Mahdi dengan berbagai macam
redaksi, namun intinya atau maksudnya sama yaitu membicarakan kemunculan Imam
Mahdi. Ini menunjukkan bahwa kemunculannya mustahil untuk dikatakan dusta.
Al-Hafizh Abul
Hasan Al-Aabari mengatakan, ”Berita yang membicarakan munculnya Imam Mahdi
adalah hadits yang mutawatir dan amat banyak riwayat yang berasal dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam yang membicarakan mengenai kemunculannya.” (Tahdzib
At-Tahdzib, 9/126)
Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah mengatakan, ”Hadits-hadits yang membicarakan mengenai kemunculan
Imam Mahdi adalah hadits yang shahih sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud,
At-Tirmidzi, Ahmad dan selainnya, dari hadits Ibnu Mas’ud atau yang lainnya.”
(Minhajus Sunnah An-Nabawiyah, 8/254)
Asy-Syaukani
mengatakan, Hadits-hadits yang membicarakan mengenai kemunculan Imam Mahdi yang
dinanti-nanti ada dalam 50 hadits. Di antara hadits tersebut ada yang shahih,
hasan dan dho’if. Hadits yang membicarakan Imam Mahdi dipastikan adalah hadits
mutawatir, tanpa keraguan sedikit pun.
Begitu pula
berbagai riwayat dari para sahabat tentang kemunculan Imam Mahdi amat banyak.
Bahkan perkataan para sahabat ini dapat dihukumi sebagai hadits marfu’ yaitu
perkataan Nabi, karena tidak mungkin ada ruang ijtihad dari mereka dalam
masalah ini.” (Asyrotus Saa’ah, hal. 105)
Shidiq Hasan
Khan –ulama India dan merupakan murid Asy-Syaukani- mengatakan, ”Hadits yang
membicarakan mengenai kemunculan Imam Mahdi dengan berbagai macam periwayatan
adalah amat banyak, bahkan sampai derajat mutawatir ma’nawi. Hadits-hadits yang
membicarakan hal tersebut disebutkan dalam berbagai kitab Sunan dan selainnya,
juga dalam berbagai mu’jam dan kitab musnad.” (Asyrotus Saa’ah, hal. 104)
Demikian
pembahasan mengenai Imam Mahdi. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya
segala kebaikan menjadi sempurna. Wallahu a’lam.
0 Comment for "Siapakah Imam Al-Mahdi?"