“Islam
adalah berserah diri kepada Allah dengan bertauhid, tunduk patuh kepada-Nya
dengan ketaatan dan berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya.” (al-Ushul ats-Tsalatsah wa
Adilatuha, hal. 14)
Melanjutkan pembahasan mengenai rukun Islam. Pada
kesempatan kali ini, penulis akan membahas mengenai makna Islam baik secara
umum maupun secara khusus. asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdul
Wahhab at-Tamimi rahimahullah berkata:
الإسلام هو الاستسلام لله
بالتوحيد والانقياد له بالطاعة ، والبراءة من الشرك وأَهله
“Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan bertauhid,
tunduk patuh kepada-Nya dengan ketaatan dan berlepas diri dari kesyirikan dan
pelakunya.”[1]
asy-Syaikh Muhammad bin
Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan:
الإسلام بالمعنى العام هو التعبد
لله بما شرع منذ أن أرسل الله الرسل إلى أن تقوم الساعة . والإسلام بالمعنى
الخاص بعد بعثة النبي صلى الله عليه وسلم يختص بما بعث به محمد صلى الله عليه وسلم
لأن ما بعث به النبي صلى الله عليه وسلم نسخ جميع الأديان السابقة فصار من أتبعه مسلماً
ومن خالفه ليس بمسلم .
“Islam secara umum bermakna beribadah kepada Allah sesuai
dengan yang telah disyari’atkan, sejak Allah mengutus para rasul hingga hari
kiamat. Sedangkan Islam secara khusus bermakna islam setelah diutusnya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Khusus dengan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam. Karena Syariat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menghapus
semua syari’at sebelumnya. Sehingga pengikutnya adalah orang islam, sementara
yang menyelisihi dari syari’at beliau, maka dia bukan orang islam.”[2]
Dari penjelasan asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah di
atas, maka dapat difahami bahwa Islam
memiliki dua makna yaitu makna secara umum dan khusus. Secara umum Islam
bermakna agama seluruh Nabi dan Rasul beserta umatnya yang beriman, walaupun
rincian syari’at yang diturunkan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dalil
yang melandasi makna Islam secara umum yaitu pernyataan Nabi Ibrahim ‘alaihis
salam yang menyatakan bahwa beliau dan anak keturunannya adalah Islam.
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ
بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا
تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya,
demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah
telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk
agama Islam.”[3]
Allah subhanahu wa
ta’ala juga mengingkari pernyataan sebagian manusia bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihis
salam penganut Yahudi dan Nasrani.
أَمْ تَقُولُونَ إِنَّ
إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطَ كَانُوا
هُودًا أَوْ نَصَارَى قُلْ أَأَنْتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللَّهُ وَمَنْ أَظْلَمُ
مِمَّنْ كَتَمَ شَهَادَةً عِنْدَهُ مِنَ اللَّهِ
“Kalian (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan
bahwa Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, adalah penganut agama
Yahudi atau Nasrani?” Katakanlah: “Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah,
dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadah dari
Allah yang ada padanya?”[4]
Sedangkan makna Islam secara
khusus bermakna ajaran yang dibawa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Syari’at beliau menghapus syari’at sebelumnya yang bertentangan
dengannya. Maka dalam hal ini, para pengikut nabi terdahulu adalah Islam ketika
syari’at nabi mereka masih berlaku. Akan tetapi ketika Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam diutus, maka syari’at nabi mereka terhapus dan mereka
tidak bisa disebut Islam kembali kecuali jika mereka mengikuti syari’at Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebagai contoh, jika ada
seorang Nasrani yang komitmen dengan ajaran Nabi ‘Isa ‘alaihis salam
yang lurus dengan mentauhidkan Allah subhanahu wa ta’ala dan menyatakan
bahwa Nabi ‘Isa ‘alaihis salam adalah hamba dan rasul-Nya bukan
inkarnasi Allah maupun anak-Nya, mengikuti seluruh perintah Allah subhanahu
wa ta’ala di dalam Injil seperti tidak berjudi, tidak berzina, tidak makan
babi dan lain sebagainya, akan tetapi dia menolak untuk mengikuti Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah beliau diutus, maka orang ini
kafir dan bukan Islam. Seandainya orang ini hidup pada zaman Nabi ‘Isa ‘alaihis
salam atau setelahnya sebelum Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam diutus maka dia disebut orang Islam.
Demikianlah penjelasan mengenai makna Islam secara umum
dan khusus. Semoga Allah subhanahu wa
ta’ala memberikan kemudahan untuk memahaminya. Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
[1]
al-Ushul ats-Tsalatsah wa Adilatuha, hal. 14
[2]
Syarh Tsalatsah al-Ushul, hal. 20
[3]
QS. al-Baqarah [2] : 132
[4]
QS. al-Baqarah [2] : 140
Referensi
- al-Qur’an al-Kariim
- asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab. al-Ushul ats-Tsalatsah wa Adilatuha. 1420 H. Dar ats-Tsuriyya lin Nasyr wa at-Tauzi’ Riyadh.
- asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin. Syarh Tsalatsah al-Ushul. 1420 H. Dar ats-Tsuriyya lin Nasyr wa at-Tauzi’ Riyadh.
0 Comment for "Makna Islam"