“Katakanlah:
Aku tidak berkuasa atas manfaat dan madharat bagi diriku sendiri kecuali
sebatas apa yang dikehendaki Allah. Seandainya aku memang mengetahui perkara
ghaib maka aku akan memperbanyak kebaikan dan tidak ada keburukan yang akan
menimpaku. Sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan dan kabar
gembira bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-A’raf [7] : 188)
Shalawat Nariyah
cukup populer di banyak kalangan khususnya
di negeri ini. Biasanya pengamal shalawat nariyah membaca shalawat ini ketika
acara kenduri kematian hampir selesai atau membacanya ketika selesai membaca
surat Yasin khusunya di malam jum’at. Ada juga yang meyakini bahwa orang yang bisa
membacanya sebanyak 4444 kali dengan niat menghilangkan kesulitan-kesulitan
atau demi menunaikan hajat maka kebutuhannya pasti akan terpenuhi. Ini
merupakan persangkaan yang keliru dan tidak ada dalilnya sama sekali. Terlebih
lagi apabila anda mengetahui isinya dan menyaksikan adanya kesyirikan secara
terang-terangan di dalamnya. Berikut ini adalah bunyi shalawat tersebut :
اللهم صل صلاة كاملة وسلم سلاما تاما على سيدنا محمد الذي تنحل به
العقد وتنفرج به الكرب وتقضى به الحوائج وتنال به الرغائب وحسن الخواتيم ويستسقى
الغمام بوجهه الكريم وعلى آله وصحبه عدد كل معلوم لك
“Allahumma shalli shalaatan kaamilatan
Wa sallim salaaman taaman ‘ala sayyidinaa Muhammadin Alladzi tanhallu bihil
‘uqadu, wa tanfariju bihil kurabu, wa tuqdhaa bihil hawaa’iju Wa tunaalu bihir
raghaa’ibu wa husnul khawaatimi wa yustasqal ghamaamu bi wajhihil kariimi, wa
‘alaa aalihi, wa shahbihi ‘adada kulli ma’luumin laka.”
“Ya Allah, limpahkanlah pujian yang
sempurna dan juga keselamatan sepenuhnya, Kepada pemimpin kami Muhammad, Yang
dengan sebab beliau ikatan-ikatan (di dalam hati) menjadi terurai, Berkat
beliau berbagai kesulitan menjadi lenyap, Berbagai kebutuhan menjadi terpenuhi,
Dan dengan sebab pertolongan beliau pula segala harapan tercapai, Begitu pula
akhir hidup yang baik didapatkan, Berbagai gundah gulana akan dimintakan
pertolongan dan jalan keluar dengan perantara wajahnya yang mulia, Semoga keselamatan
juga tercurah kepada keluarganya, dan semua sahabatnya sebanyak orang yang
Engkau ketahui jumlahnya.”
Sesungguhnya aqidah
tauhid yang diserukan oleh Al-Qur’an Al-Karim dan diajarkan kepada kita oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan kepada setiap muslim
untuk meyakini bahwa Allah subhanahu wa ta’ala semata yang berkuasa
untuk melepaskan ikatan-ikatan di dalam hati, menyingkirkan
kesusahan-kesusahan, memenuhi segala macam kebutuhan dan memberikan permintaan
orang yang sedang meminta kepada-Nya. Oleh sebab itu seorang muslim tidak boleh
berdoa kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala demi menghilangkan
kesedihan atau menyembuhkan penyakitnya meskipun yang di serunya adalah malaikat
utusan atau Nabi yang dekat dengan Allah. Al-Qur’an ini telah mengingkari
perbuatan berdoa kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala baik kepada
para rasul ataupun para wali. Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman:
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ
الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ
إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا
“Bahkan sesembahan yang mereka seru
(selain Allah) itu justru mencari kedekatan diri kepada Rabb mereka dengan
menempuh ketaatan supaya mereka semakin bertambah dekat kepada-Nya dan mereka
pun berharap kepada rahmat-Nya serta merasa takut akan azab-Nya. Sesungguhnya
siksa Rabbmu adalah sesuatu yang harus ditakuti.” (QS. Al-Isra’ [17] : 57)
Para ulama tafsir
mengatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang yang berdoa kepada
Isa Al-Masih ‘alaihis salam atau memuja malaikat atau jin-jin yang
saleh sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Katsir dalam
Kitab Tafsirnya.
Bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bisa merasa ridha kalau beliau dikatakan sebagai orang yang bisa melepaskan
ikatan-ikatan hati dan bisa melenyapkan berbagai kesusahan padahal Al-Qur’an
saja telah memerintahkan beliau untuk berkata tentang dirinya:
قُلْ لا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلا ضَرًّا إِلا مَا شَاءَ
اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا
مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Katakanlah: Aku tidak berkuasa atas
manfaat dan madharat bagi diriku sendiri kecuali sebatas apa yang dikehendaki
Allah. Seandainya aku memang mengetahui perkara ghaib maka aku akan
memperbanyak kebaikan dan tidak ada keburukan yang akan menimpaku.
Sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan dan kabar gembira bagi
orang-orang yang beriman.” (QS. Al-A’raf [7] : 188)
سُبْحَانَكَ
اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ
وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
0 Comment for "Shalawat Nariyah"