“Dunia itu penjara bagi orang beriman dan surga bagi
orang orang kafir.” (HR. Muslim no. 2956)
Beberapa hari yang
lalu, penulis melihat sebuah status Facebook yang cukup menggelitik untuk
dikomentari. Dalam status facebook itu, shahibul status memajang foto
seorang ustadz bersama 3 istrinya dengan kemewahan yang sedang mereka miliki. Kemudian
shahibul status menulis, “katanya dunia itu neraka buat orang
beriman, tapi kok saya tidak melihat neraka di foto ini, yang saya lihat justru
surga dunia, lihat saja pakaian dan makanan mereka, serba mewah.. tolong perbaiki
otak saya...!!!” Melihat
status tersebut, penulis menjadi ingat suatu kisah yang bisa dibilang merupakan
jawaban dari pertanyaan shahibul status dalam status Facebook tersebut. Sebuah
kisah yang menceritakan mengenai pertanyaan seorang Yahudi kepada al-Hafizh
Ibnu Hajar al-‘Asqalani رَحِمَهُ
اللهُ.
Diriwayatkan oleh al-Imam al-Munawi رَحِمَهُ اللهُ dalam kitabnya Faidh al-Qadir, beliau
menulis:
ذكروا
أن الحافظ ابن حجر لما كان قاضي القضاة مر يوما بالسوق في موكب عظيم وهيئة جميلة
فهجم عليه يهودي يبيع الزيت الحار وأثوابه ملطخة بالزيت وهو في غاية الرثاثة
والشناعة فقبض على لجام بغلته وقال : يا شيخ الإسلام تزعم أن نبيكم قال الدنيا سجن
المؤمن وجنة الكافر فأي سجن أنت فيه وأي جنة أنا فيها فقال : أنا بالنسبة لما أعد
الله لي في الآخرة من النعيم كأني الآن في السجن وأنت بالنسبة لما أعد لك في
الآخرة من العذاب الأليم كأنك في جنة فأسلم اليهودي .
“Dikisahkan bahwa al-Hafizh Ibnu Hajar
ketika ia menjadi seorang qadhi (hakim) terkemuka, pada suatu hari, dia pernah
melewati sebuah pasar yang penuh dengan keramaian. Ibnu Hajar datang dengan
pakaian yang begitu menawan. Kemudian datanglah seorang laki-laki Yahudi
menyergapnya. Yahudi tersebut adalah seorang penjual minyak panas, tentu saja
pakaiannya penuh dengan kotoran minyak. Tampilan Yahudi tersebut usang dan
penuh keprihatinan. Sambil memegang kekang kuda, Yahudi tersebut berkata pada
Ibnu Hajar, “Wahai Syaikhul Islam, engkau mengklaim bahwa Nabi kalian (Nabi Muhammad
صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) bersabda:
الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ .
“Dunia itu penjara bagi orang beriman dan
surga bagi orang orang kafir.”[1]
Bagaimana keadaanmu saat ini bisa disebut
penjara, lalu keadaanku di dunia seperti ini disebut surga?” Ibnu Hajar
memberikan jawaban, “Aku dilihat dari berbagai nikmat yang Allah berikan
untukku di akhirat, seakan-akan aku saat ini sedang di penjara. Sedangkan
engkau dilihat dari balasan siksa yang pedih yang Allah berikan untukmu di akhirat,
seakan-akan engkau saat ini berada di surga.” Mendengar jawaban itu maka orang
Yahudi tersebut pun masuk Islam.”[2]
Mengenai hadits yang ditanyakan oleh Yahudi tersebut,
al-Imam an-Nawawi رَحِمَهُ
اللهُ
berkata:
معناه أن المؤمن مسجون ممنوع في الدنيا من الشهوات
المحرمة والمكروهة ، مكلف بفعل الطاعات الشاقة ، فإذا مات استراح من هذا وانقلب إلى
ما أعد الله تعالى له من النعيم الدائم والراحة الخالصة من النقصان ، وأما الكافر فإنما
له من ذلك ما حصل في الدنيا مع قلته وتكديره بالمنغصات ، فإذا مات صار إلى العذاب الدائم
وشقاء الأبد .
“Makna hadits itu adalah bahwasanya seorang
mukmin itu terpenjara di dunia karena mereka harus menahan diri dari berbagai
syahwat yang diharamkan dan dibenci. seorang mukmin pun dibebankan untuk
melakukan ketaatan. Maka apabila dia telah meninggal dunia, barulah dia beristirahat
dari semua perkara itu dan dia akan mendapatkan apa yang telah Allah ta’ala janjikan
kepadanya dengan kenikmatan dunia yang kekal, mendapati peristirahatan yang
jauh dari sifat kurang. Dan adapun orang kafir, maka sesungguhnya dunia yang dia
peroleh baik itu sedikit maupun banyak, maka ketika dia telah meninggal dunia, dia
akan mendapatkan adzab yang sangat pedih dan kekal abadi.”[3]
Maka perhatikanlah wahai ikhwah
fillah, janganlah kita sampai tertipu dengan gemerlapnya dunia karena
sesungguhnya dunia ini nikmatnya tidak ada apa-apanya dengan nikmat di surga
nanti. Walaupun orang-orang kafir bergelimang harta dan kemewahan, namun hakikatnya
mereka akan merugi di akhirat nanti. Berlomba-lombalah dalam kebaikan, jangan
jadikan dunia ini sebagai tujuan, namun jadikan dunia sebagai tempat untuk
melaksanakan keta’atan, sesungguhnya penjara dunia ini hanyalah sementara namun
surga adalah kekal abadi selamanya. al-Imam al-Ghazali رَحِمَهُ اللهُ berkata:
الدنيا دار
غرور لا دار سرور ، ومطية عمل لا مطية كسل ، ومنزل عبور لا متنزه حبور ، ومحل
تجارة لا مسكن عمارة ، ومتجر بضاعتها الطاعة وربحها الفوز يوم تقوم الساعة .
“Dunia
adalah kampung bagi orang-orang yang tertipu bukan kampung bagi orang-orang
yang berbahagia, tempat untuk beramal bukan tempat untuk bermalas-malasan,
tempat persinggahan bukan taman kebahagiaan, tempat berjual beli dengan barang
jual belinya adalah ketaatan dan keuntungannya adalah kemenangan pada hari
kiamat.”[4]
Semoga kita diberikan kekuatan serta keistiqamahan oleh
Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى agar kita senantiasa mampu menjalankan segala keta’atan
kepada-Nya. Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
Abu ‘Abdillah
Supriyanto al-Indunisiy
Masjid Jami’
al-Marhamah Cibinong, 28 Muharram 1439 H
[2] Faidh al-Qadir, Juz 3 hal. 546
[3] al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, Juz 18 hal. 124
[4] al-Musthafa, hal. 2
Referensi
- al-Imam Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi. Shahih Muslim. 1419 H. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
- al-Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali. al-Musthafa min ‘Ilm al-Ushul. al-Jami’ah al-Islamiyyah Kuliyyah asy-Syari’ah Madinah.
- al-Imam Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf an-Nawawi. al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, Muaasasah Qurthubah.
- al-Imam Muhammad bin ‘Abdurra’uf al-Munawi. Faidh al-Qadir bi Syarh al-Jami’ ash-Shaghir. 1391 H. Dar al-Ma’rifah Beirut.
0 Comment for "Kisah Seorang Yahudi Bertanya kepada Ibnu Hajar al-'Asqalani Rahimahullah Mengenai Makna Hadits Dunia itu Penjara Bagi Orang Beriman"