“Kalian
tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan tidak akan sempurna iman
kalian hingga kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kalian pada sesuatu
yang jika kalian lakukan kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di
antara kalian.” (HR. Muslim no. 54)
Rasa cinta menjadi
satu identitas yang selalu melekat dalam kehidupan para makhluk-Nya. Tanpa
diundang, cinta hadir dan menyapa siapa saja. Membenamkan segala syak wasangka
menjadi satu alunan dendang irama, saking dahsyatnya cinta, banyak orang
terkena dan salah mendefinisikan arti cinta. Lalu bagaimana sikap kita mengenai
cinta?
Sebagai seorang
muslim, ketika kita mencintai saudara seiman, cinta tersebut tidaklah ternoda
oleh kecenderungan-kecenderungan duniawi atau hasrat-hasrat yang tersembunyi.
Mutlak merupakan cinta persaudaraan sejati yang kemurniannya memancar dari
cahaya petunjuk islam. Hal itu dapat membangun ikatan-ikatan yang menghubungkan
seorang muslim dengan saudaranya, tanpa memandang ras, warna kulit atau bahasa.
Hanya dipersatukan oleh keimanan kepada Allah semata.
Persaudaraan karena
imam merupakan persaudaraan terkuat antara hati dan pikiran. Tidak mengherankan
bahwa persaudaraan unik ini menghasilkan buah-buah cinta yang sangat lembut,
murni dan abadi. Islam menyebutnya "cinta hanya kepada Allah", dimana
muslim menemukan manisnya iman. Ada sebuah hadits yang diriwayatkan dari Anas
bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاَوَةَ الإِيْمَانِ:
مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ ِممَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ
يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَيُحِبُّهُ إِلاَّ للهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِى
الْكُفْرِ بَعْدَ أنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى
النَّارِ
“Ada tiga perkara, yang apabila
ketiganya ada pada diri seseorang, maka ia akan mendapatkan rasa manisnya iman.
Yaitu: apabila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada yang selain
keduanya, apabila ia menyintai seseorang, namun ia tidak menyintainya kecuali
karena Allah. Dan apabila ia membenci untuk kembali ke dalam kekafiran sesudah
Allah menyelamatkannya dari kekafiran itu, seperti halnya ia membenci jika ia
dilemparkan ke dalam api.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Cinta hanya karena
Allah dan bukan karena sesuatu yang lain dalam kehidupan yang penuh dengan
ketamakan, hasrat dan kepentingan, adalah sangat sulit dan tak seorang pun
dapat mencapainya, kecuali orang yang memiliki hati suci, karena baginya dunia
bukan apa-apa, jika dibandingkan dengan keridhaan Allah subhanahu wa ta’ala.
Prinsip yang demikian akan membawa berkah berupa anugerah yang tak terhingga
dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam sendiri melihat dan memahami begitu luar biasanya potensi
dari cinta. Kekuatannya dapat mempersatukan umat manusia menjadi satu kumpulan
masyarakat. Bahkan, beliau tidak pernah melewatkan waktu tanpa menganjurkan
cinta.
Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu berkata, bahwa seseorang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam ketika orang lain lewat. Orang pertama berkata, "Ya Rasulullah,
sungguh aku mencintai orang ini." Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bertanya kepadanya, "Sudahkah engkau memberitahunya?" Ia berkata,
"Belum!" Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
"Katakan kepadanya." Ia mengejar dan mengatakan kepadanya,
"Sesungguhnya aku mencintaimu hanya karena Allah." Dan orang tersebut
menjawab, "Semoga Allah mencintai orang yang mencintaiku hanya
karena-Nya."
Dalam sebuah
riwayat lain oleh Imam Muslim rahimahullah dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلاَ تُؤْمِنُوا
حَتَّى تَحَابُّوا، أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ
تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ
“Kalian tidak akan masuk surga sampai
kalian beriman, dan tidak akan sempurna iman kalian hingga kalian saling
mencintai. Maukah aku tunjukkan kalian pada sesuatu yang jika kalian lakukan
kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim
no. 54)
Dalam pandangan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak ada sesuatu pun yang
dapat mengurangi kebencian, kecemburuan dan permusuhan dari hati manusia,
kecuali persaudaraan sejati, yang didasarkan pada cinta, persahabatan dan
saling memberikan nasehat. Sehingga beliau mengajak muslim untuk menebarkan
salam di antara saudara-saudara mereka, sehingga akan membuka hati mereka untuk
saling mencintai dan bertemu dalam kondisi yang baik.
0 Comment for "Hakikat Cinta"