Superman

Semua orang punya masalah. Ada skala perorangan, kelompok, bahkan negara dan dunia. Karena hidup ini memang dirancang sebagai bentuk perjalanan panjang melalui ruang-ruang masalah.


“Coba ada superman,” gumam seorang bocah saat menyaksikan repotnya sang ayah memperbaiki genting rumahnya yang bocor. Harus dengan tangga, merambat di antara sela pelapon rumah, dan seterusnya.

Dari persepsinya yang sederhana, Andi yang sudah lima tahun di SD ini kerap terperangkap dengan pengandaian tokoh pahlawan yang serba super. Merasa tidak mungkin menaiki tangga, pelapon, dan meraih genting bocor; imajinasinya melayang ke tokoh super yang bisa terbang.

Begitu pun ketika Andi kehilangan uang, yang entah tercecer di mana. Ia membayangkan kehadiran jagoan super yang mampu melihat tembus pandang. Dengan sekali sorotan mata, uang Andi bisa ketemu lagi.

“Uangnya sudah ketemu, Ndi?” tanya sang kakak suatu kali. Ungkapan keprihatinan itu tak berjawab langsung. Andi hanya membalas senyum, seolah masalah tidak sebesar yang diprihatinkan. “Nanti juga ketemu!” jawab Andi enteng.

Padahal, tak ada tanda-tanda Andi berusaha keras untuk mencari. Satu hal yang tak terpikir sang kakak: siapa yang akan mencari uang Andi? Karena kalau itu yang ditanyakan, jawabannya akan begitu ringan: superman!

Semua orang punya masalah. Ada skala perorangan, kelompok, bahkan negara dan dunia. Karena hidup ini memang dirancang sebagai bentuk perjalanan panjang melalui ruang-ruang masalah.

Namun, tidak semua yang berhadap-hadapan dengan masalah punya respon positif terhadap kemampuan diri. Kunci solusi seolah mustahil lahir dari kekuatan diri sendiri. Butuh orang lain yang serba super, yang bisa menyediakan berbagai sarana solusi: mulai dari uang, kecerdasan, pengalaman, teknologi, hingga relasi.

Semoga hanya Si Andi yang terperangkap persepsi ini. Ciri utamanya: ia selalu mengandalkan semua penyelesaian masalah dengan satu imajinasi, “Coba ada Superman!”

0 Comment for "Superman"

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top