“Dan Dia (Allah) yang mempersatukan
hati mereka (orang yang beriman). Walaupun kamu menginfakkan semua (kekayaan)
yang berada di bumi, niscaya kamu tidak akan dapat mempersatukan hati mereka,
tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sungguh, Dia Maha Perkasa, Maha
Bijaksana.“ (Q.S. Al-Anfal [8] : 63)
Setiap orang yang berakal sehat tentu
menyadari, suatu kaum tak mungkin jaya tanpa persatuan. Persatuan adalah
prasyarat mutlak untuk menggapai harapan dan masa depan yang cerah. Persatuan
bahkan tidak saja berlaku bagi kaum yang mengklaim dirinya berjalan fi
sabilillah, tapi juga mereka yang terang-terangan berjalan fi sabili-bathil.
Ironisnya, di era globalisasi ini,
tampaknya persatuan manusia fi sabili-bathil jauh lebih menggejala ketimbang
persatuan hamba Allah fi sabilillah. Di zaman inikah berlaku ucapan penuh
hikmah sahabat Ali ra, "Kebenaran tanpa nizham (sistem, penataan, networking,
persatuan) akan dikalahkan oleh kebathilan yang memiliki nizham?"
Para pemimpin negara-negara G-7
(Goverment Seven), misalnya, dapat dengan mulus menyepakati berbagai hal yang
mempengaruhi perjalanan hidup manusia sedunia. Mengapa ini terjadi? Padahal,
notabene tak seorang pun diantara mereka mengucapkan dua kalimat syahadat.
Belum pernah juga mereka ruku dan sujud di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala.
Bukankah Allah subhanahu wa ta’ala telah menegaskan kenyataan mereka, “Permusuhan
antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu kira mereka bersatu, sedang hati
mereka terpecah-belah.”
Atau ini hanya mengajarkan kepada kita
betapa lihainya mereka menyingkirkan segala perbedaan? Betapa mereka dapat
lebih mengedepankan kepentingan bersama daripada bertikai sesamanya dalam
perkara yang dapat merugikan satu sama lain? Bukankah common interest
(kepentingan bersama) tersebut sebatas dunia nan hina ini?
Sementara itu, mengapa umat yang
dijuluki Allah subhanahu wa ta’ala ‘khairu ummah’ ini justru
sangat sulit memprestasikan solidaritas dan persatuan? Bila para pemimpin OIC
hendak berkumpul, begitu banyak kendala menghadang. Kalau pun pertemuan
terselenggara, jangankan efek keputusannya mempengaruhi umat manusia sedunia,
mempengaruhi umat islam saja tidak. Sehingga muncul guyonan bahwa OIC
(Organization of the Islamic Confrence) di dalam setiap pertemuan hanya
menghasilkan keputusan yang berbunyi O-I-C (baca: "Oh, I See",
artinya "Oh, begitu toh!").
Jangankan pertemuan OIC yang berskala
mundial. Networking umat berskala regional saja tampak sulit diharapkan. Liga
Arab memiliki sikap beragam bila menyangkut negara Zionis Israel. Bahkan pada
skala lokal domestik nasional demikian pula.
Di Indonesia tak jauh berbeda. Dapat
dilihat dari hasil pemilu kemarin, betapa terpuruknya perolehan suara
parpol-parpol berbasis umat islam. Padahal, bila suara parpol-parpol islam
diakumulasikan, ditambah dengan suara parpol berbasis umat islam, tentu
suaranya akan mengimbangi, bahkan mungkin mengalahkan perolehan suara partai
sekuler. Sayang seribu sayang, umat islam Indonesia agaknya belum sanggup
menata diri dalam kesatuan wadah aspirasi politik.
Dalam Al-Qur’an, Allah subhanahu wa
ta’ala menyingkapkan rahasia ini. Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:
وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ
مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ
بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan
Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang yang beriman). Walaupun kamu
menginfakkan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak akan
dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka.
Sungguh, Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana.“ (Q.S. Al-Anfal [8] : 63)
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah
menafsirkan ayat ini, beliau berkata, “Hati orang-orang beriman dikumpulkan
oleh Allah subhanahu wa ta’ala di dalam iman kepadamu wahai Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam dan Al-Islam, di dalam taat kepadamu dan di dalam
membelamu.”
Barangkali realita dunia saat ini
mengindikasikan bahwa kita, umat islam belum sepenuhnya iman, taat dan siap
membela sunnah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Dinullah
Al-Islam.
Allahumma allif baina qulubil
muslimin, ya arhamar rahimin. Ya Allah, persatukanlah hati
diantara kami kaum muslimin. Aamiin.
0 Comment for "Kita Harus Bersatu"