“Dan Allah
menjadikan tempat bernaung bagimu dari apa yang telah Dia ciptakan, Dia
menjadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia
menjadikan pakaian bagimu yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi)
yang memelihara kamu dari peperangan.” (QS. An-Nahl [16] : 81)
Seperti apakah kita memahami
sebuah rumah? Sebuah wadah tempat kita berlindung dari cuaca yang tak menentu,
semisal hujan dan terik matahari yang menyengat? Sebentuk bangunan mewah dengan
arsitektur yang cantik? Segenap ruang, tempat kita melepas lelah dan menghimpun
kembali energi yang hilang?
Atau mungkin (ini yang paling
mendasar) sebuah lokus tempat kita menghilangkan penat, mencari suasana yang
asri dan menenangkan? Seperti layaknya satu firman yang pernah dititahkan Allah
subhanahu wa ta’ala kepada hamba-Nya:
وَاللَّهُ
جَعَلَ لَكُمْ مِنْ بُيُوتِكُمْ سَكَنًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ جُلُودِ الأنْعَامِ
بُيُوتًا تَسْتَخِفُّونَهَا يَوْمَ ظَعْنِكُمْ وَيَوْمَ إِقَامَتِكُمْ وَمِنْ
أَصْوَافِهَا وَأَوْبَارِهَا وَأَشْعَارِهَا أَثَاثًا وَمَتَاعًا إِلَى حِينٍ
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِمَّا خَلَقَ ظِلالا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْجِبَالِ
أَكْنَانًا وَجَعَلَ لَكُمْ سَرَابِيلَ تَقِيكُمُ الْحَرَّ وَسَرَابِيلَ تَقِيكُمْ
بَأْسَكُمْ كَذَلِكَ يُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْلِمُونَ
“Dan Allah menjadikan rumah-rumah bagimu sebagai
tempat tinggal dan Dia menjadikan bagimu rumah-rumah dari kulit hewan ternak
yang kamu merasa ringan (membawanya) pada waktu kamu bepergian dan pada waktu
kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta dan bulu
kambing, alat-alat rumah tangga dan kesenangan sampai waktu (tertentu). Dan Allah menjadikan
tempat bernaung bagimu dari apa yang telah Dia ciptakan, Dia menjadikan
bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia menjadikan pakaian
bagimu yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara
kamu dari peperangan. Demikian Allah menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu agar
kamu berserah diri (kepada-Nya).” (QS. An-Nahl [16] : 80-81)
Bila demikian kita memaknainya,
kenapa sebagian kita masih ada yang merasa tidak nyaman dan tenang bila berada
di rumah? Kita acapkali malas pulang ke rumah. Padahal seharian penuh kita sudah
beraktivitas dengan curahan pikiran dan tenaga yang luar biasa. Entah itu
bekerja, sekolah atau kegiatan menyibukkan lainnya. Sebagian kita merasa
tertekan dan gelisah yang tidak menentu bila tiba saatnya kembali ke rumah.
Kalau sudah begini, paling-paling
kita hanya bisa menggunakan rumah sebatas tempat berlindung dari cuaca buruk,
sekadar tempat untuk memejamkan mata karena lelah dan mengantuk, tidak lebih.
Tak salah memang bila memfungsikan rumah serupa itu. Namun percayalah
kegelisahan dan ketidaktentraman jiwa tersebut akan selalu memburu kita.
Hal ini menunjukan bahwa ada
yang salah dengan cara kita memahami rumah yang oleh Allah subhanahu wa
ta’ala disebut tempat ketenangan itu. Atau mungkin betapa banyak di antara
kita yang terlanjur memaknai 'rumah sebagai tempat ketenangan' itu pada sesuatu
yang fisikal dan material? Bahwa rumah yang berarsitektur artiktislah yang
menenangkan. Intinya sebuah rumah adalah materi semata.
Padahal Allah subhanahu wa
ta’ala tidak menjelaskan rumah yang demikianlah yang menjadi sumber
ketenangan. Sebab, bisa jadi rumah kecil dan sederhanalah yang menenangkan,
rumah kontrakan yang disewa dengan keringat yang melelahkanlah yang
menenangkan. Pada poin inilah, kita dapat menilai bahwa rumah yang tenang dan
nyaman itu tidak hanya material saja, tetapi nonmaterial yang menciptakan
rumah, baik sebagai muara kebahagiaan maupun sebaliknya, sebagai sumber segala
bencana. Dan itu semua hanya bisa kita dapatkan pada isi yang menghuni rumah.
Pada ayah, ibu, suami, istri dan anak yang menempatinya.
Pada hakekatnya kita merasa
terganggu dan tak nyaman oleh orang-orang yang sedarah daging dengan kita,
orang-orang yang setiap saat berjumpa dengan kita. Merekalah yang membuat kita
tak nyaman atau diri kita sendiri yang membentuknya demikian. Pada titik inilah
kita dapat menilai bahwa ada sejumlah kekerasan psikologis yang selama ini
centang perenang di dalam rumah kita sendiri. Yakni, sebuah kekerasan yang
melukai hati dan jiwa salah satu penghuni rumah. Bentuknya amat beragam, istri
yang bawel, suami yang kelewat pelit, ayah yang tidak bijak dan lain-lainnya.
Untuk itu, saling menghargai, menghormati dan komunikasi penuh kasih sayang
adalah jalan mutlak yang harus di tempuh bila ingin rumah menjadi tempat
ketenangan.aktekannya dalam kenyataan hidup, semoga.
0 Comment for "Rumah"