Muqadimah Kitab Hiqbah Minat Taariikh Karya Syaikh ‘Utsman bin Muhammad al-Khamis hafizhahullah

“Kamu (umta Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah...” (QS. Ali ‘imran [3] : 110)


Di antara kebohongan terbesar dalam sejarah Islam adalah tudingan bahwa Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyembunyikan permusuhan di antara mereka! Sungguh, tudingan ini sangat bathil dan jauh dari apa yang difirmankan Allah ‘azza wa jalla:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

“Kamu (umta Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah...” (QS. Ali ‘imran [3] : 110)

Demikian juga, tidak sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

خَيْرَ أُمَّتِـي قَرْنِي

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku.”[1]

Di antara tanda keterasingan Islam setelah berlalunya periode tiga generasi yang utama adalah munculnya penuli-penulis yang mendistorsi dan menyelewengkan fakta sejarah. Mereka menyelisihi dan menentang kebenaran. Mereka menyangka bahwasanya tidak ada rasa persaudaraan di antara para Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka juga menyangka bahwa para Sahabat tidak saling mengasihi, tetapi saling bermusuhan, saling mengutuk, saling menipu, bersifat hipokrit, dan melakukan konspirasi satu sama lain. Semua keburukan ini, menurut para penulis itu, semata-mata diperbuat Sahabat-Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena penentangan, permusuhan, kecenderungan mengikuti hawa nafsu, dan egoisme untuk menggapai dunia.

Demi Allah, mereka berbohong! Sungguh, mereka telah melemparkan kedustaan yang besar dan nyata. Sebab justru sebaliknya, yang benar adalah Abu Bakar, ‘Umar, ‘Ustman, ‘Ali, Thalhah, az-Zubair, Abu ‘Ubaidah, ‘Aisyah, Fathimah, dan Sahabat-Sahabat yang lain begitu mulia dan suci; sehingga tidak mungkin mereka terjatuh dalam hal-hal hina tersebut. Terlebih lagi, Bani Hasyim dan Bani Umayyah—mengingat keislaman, kasih sayang, dan kekerabatan mereka—di samping hubungan keduanya  yang erat, mereka lebih bersemangat dalam berbuat kebaikan (daripada berselisih paham). Melalui kepemimpinan merekalah negeri-negeri di luar Jazirah Arab ditaklukkan, hingga orang berbondong-bondong memeluk agama Allah ‘azza wa jalla berkat upaya tersebut. Perlu diketahui pula bahwa nama-nama yang disebutkan itu nasabnya bertemu pada Bani Hasyim, baik dari jalur hubungan paman, kekerabatan, ataupun pernikahan.

Anda harus yakin bahwa berita-berita yang benar, yaitu yang dinukilkan orang Mukmin yang jujur dan shalih, menetapkan bahwa semua Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang-orang terbaik sepanjang sejarah manusia setelah para Nabi dan Rasul ‘alaihimus salam. Adapun berita-berita miring tentang para Sahabat yang isinya menuduh mereka sebagai orang-orang yang berjiwa sempit, itu hanyalah bualan yang disebarkan para pendusta dan pemalsu hadits.
Sejarah kaum Muslimin perlu ditata ulang dengan mengammbil setiap nukilan dari sumber-sumbernya yang otentik. Apalagi berkaitan dengan bagian-bagian yang banyak mengalami distorsi dan pencampuradukan. Penataan ulang ini bukanlah sesuatu yang berlebihan karena umat Islam adalah umat yang paling membutuhkan materi sejarah yang otentik dan dinukil dengan sanad shahih.

Sebelum potongan-potongan sejarah Islam lenyap, sejarawan Islam dari kalangan Salafush Shalih telah mencatat semuanya. Mereka mengumpulkan semua nukilan yang diperoleh, yang layak maupun yang tidak, seraya menerangkan sumber dan nama-nama para perawinya. Upaya ini dilakukan supaya pembaca kitab mereka mengetahui mana riwayat yang shahih dan mana riwayat yang dha’if.

Sekarang, tiba saatnya kita sebagai generasi Khalaf (orang-orang setelah generasi Salaf) turut ambil bagian supaya dapat berjalan mengikuti jejak langkah Salafush Shalih, memurnikan kitab-kitab tersebut, memisahkan riwayat yang dha’if dari shahih, dan peristiwa yang benar dari yang salah. Dengan demikian, kita menjadi para Khalaf terbaik yang mewarisi para Salaf terbaik. Upaya pelurusan sejarah seperti ini ditujukan agar semua orang tahu bahwa perjalanan hidup para Sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam itu sesuci, sebersih, dan semurni hati mereka.

Sekian lama kaum Muslimin terhalang dari salah satu sumber kekuatannya yang paling besar, yaitu kayakinan terhadap keagungan sejarah mereka. Padahal, kaum Muslimin adalah penerus para Salaf yang sejarah belum pernah menyaksikan perjalanan hidup sesuci, sebesar, dan secemerlang mereka. Maka itu, siapa saja yang ingin menulis buku tentang sejarah Islam harus berhati lurus (bersikap objektif) terhadap para pelaku sejarah yang teguh dalam kebenaran dan kebaikan, serta mengetahui hak dan kedudukan mereka.

Selain itu, dia juga dituntut untuk jeli dalam membedakan setiap pewarta sejarah, mana yang riwayatnya shahih dan mana yang dha’if. Yang tidak kalah pentingnyaadaalah, dia harus bersikap amanah, jujur, dan selalu komitmen dalam mencari kebenaran.

Wallahu’alam 


1.       Shahiihul Bukhari, Kitab “Fadhaa-ilush Shahaabah”, Bab “Fadhaa-il Ash-haabin Nabi” (no. 3651)

Mainsource: Kitab Hiqbah Minat Taariikh / Inilah Faktanya karya as-Syaikh ‘Utsman bin Muhammad al-Khamis hafizhahullah

0 Comment for "Muqadimah Kitab Hiqbah Minat Taariikh Karya Syaikh ‘Utsman bin Muhammad al-Khamis hafizhahullah"

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top