“Kamu (umta Islam)
adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh
(berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada
Allah...” (QS. Ali ‘imran [3] : 110)
Di
antara kebohongan terbesar dalam sejarah Islam adalah tudingan bahwa Sahabat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyembunyikan permusuhan di antara mereka! Sungguh, tudingan ini sangat bathil
dan jauh dari apa yang difirmankan Allah ‘azza
wa jalla:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ
تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kamu
(umta Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu)
menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman
kepada Allah...” (QS. Ali ‘imran [3] : 110)
Demikian
juga, tidak sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam:
خَيْرَ أُمَّتِـي قَرْنِي
“Sebaik-baik
manusia adalah generasiku.”[1]
Di
antara tanda keterasingan Islam setelah berlalunya periode tiga generasi yang
utama adalah munculnya penuli-penulis yang mendistorsi dan menyelewengkan fakta
sejarah. Mereka menyelisihi dan menentang kebenaran. Mereka menyangka
bahwasanya tidak ada rasa persaudaraan di antara para Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka juga
menyangka bahwa para Sahabat tidak saling mengasihi, tetapi saling bermusuhan,
saling mengutuk, saling menipu, bersifat hipokrit, dan melakukan konspirasi
satu sama lain. Semua keburukan ini, menurut para penulis itu, semata-mata
diperbuat Sahabat-Sahabat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam karena penentangan, permusuhan, kecenderungan mengikuti
hawa nafsu, dan egoisme untuk menggapai dunia.
Demi
Allah, mereka berbohong! Sungguh, mereka telah melemparkan kedustaan yang besar
dan nyata. Sebab justru sebaliknya, yang benar adalah Abu Bakar, ‘Umar,
‘Ustman, ‘Ali, Thalhah, az-Zubair, Abu ‘Ubaidah, ‘Aisyah, Fathimah, dan
Sahabat-Sahabat yang lain begitu mulia dan suci; sehingga tidak mungkin mereka
terjatuh dalam hal-hal hina tersebut. Terlebih lagi, Bani Hasyim dan Bani
Umayyah—mengingat keislaman, kasih sayang, dan kekerabatan mereka—di samping
hubungan keduanya yang erat, mereka
lebih bersemangat dalam berbuat kebaikan (daripada berselisih paham). Melalui
kepemimpinan merekalah negeri-negeri di luar Jazirah Arab ditaklukkan, hingga
orang berbondong-bondong memeluk agama Allah ‘azza wa jalla berkat upaya tersebut. Perlu diketahui pula bahwa
nama-nama yang disebutkan itu nasabnya bertemu pada Bani Hasyim, baik dari
jalur hubungan paman, kekerabatan, ataupun pernikahan.
Anda
harus yakin bahwa berita-berita yang benar, yaitu yang dinukilkan orang Mukmin
yang jujur dan shalih, menetapkan bahwa semua Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
orang-orang terbaik sepanjang sejarah manusia setelah para Nabi dan Rasul ‘alaihimus salam. Adapun berita-berita
miring tentang para Sahabat yang isinya menuduh mereka sebagai orang-orang yang
berjiwa sempit, itu hanyalah bualan yang disebarkan para pendusta dan pemalsu
hadits.
Sejarah
kaum Muslimin perlu ditata ulang dengan mengammbil setiap nukilan dari
sumber-sumbernya yang otentik. Apalagi berkaitan dengan bagian-bagian yang
banyak mengalami distorsi dan pencampuradukan. Penataan ulang ini bukanlah
sesuatu yang berlebihan karena umat Islam adalah umat yang paling membutuhkan
materi sejarah yang otentik dan dinukil dengan sanad shahih.
Sebelum
potongan-potongan sejarah Islam lenyap, sejarawan Islam dari kalangan Salafush
Shalih telah mencatat semuanya. Mereka mengumpulkan semua nukilan yang
diperoleh, yang layak maupun yang tidak, seraya menerangkan sumber dan
nama-nama para perawinya. Upaya ini dilakukan supaya pembaca kitab mereka
mengetahui mana riwayat yang shahih dan mana riwayat yang dha’if.
Sekarang,
tiba saatnya kita sebagai generasi Khalaf (orang-orang setelah generasi Salaf)
turut ambil bagian supaya dapat berjalan mengikuti jejak langkah Salafush
Shalih, memurnikan kitab-kitab tersebut, memisahkan riwayat yang dha’if dari
shahih, dan peristiwa yang benar dari yang salah. Dengan demikian, kita menjadi
para Khalaf terbaik yang mewarisi para Salaf terbaik. Upaya pelurusan sejarah
seperti ini ditujukan agar semua orang tahu bahwa perjalanan hidup para Sahabat
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
itu sesuci, sebersih, dan semurni hati mereka.
Sekian
lama kaum Muslimin terhalang dari salah satu sumber kekuatannya yang paling
besar, yaitu kayakinan terhadap keagungan sejarah mereka. Padahal, kaum
Muslimin adalah penerus para Salaf yang sejarah belum pernah menyaksikan
perjalanan hidup sesuci, sebesar, dan secemerlang mereka. Maka itu, siapa saja
yang ingin menulis buku tentang sejarah Islam harus berhati lurus (bersikap
objektif) terhadap para pelaku sejarah yang teguh dalam kebenaran dan kebaikan,
serta mengetahui hak dan kedudukan mereka.
Selain
itu, dia juga dituntut untuk jeli dalam membedakan setiap pewarta sejarah, mana
yang riwayatnya shahih dan mana yang dha’if. Yang tidak kalah
pentingnyaadaalah, dia harus bersikap amanah, jujur, dan selalu komitmen dalam
mencari kebenaran.
Wallahu’alam
0 Comment for "Muqadimah Kitab Hiqbah Minat Taariikh Karya Syaikh ‘Utsman bin Muhammad al-Khamis hafizhahullah"