“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi
hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah
kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang
mau menerima petunjuk.” (QS. al-Qashash [28] : 56)
Hidayah adalah sesuatu yang sangat mahal dan merupakan
hak prerogatif Allah subhanahu wa ta’ala saja. Kadangkala hidayah butuh
dijemput, namun kadangkala pula hidayah datang dengan sendirinya kepada
hamba-hamba Allah yang telah Allah subhanahu wa ta’ala kehendaki
kebaikan kepada mereka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ
وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya engkau (Muhammad)
tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi,
tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih
mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.”[1]
Tak jarang pula hidayah pun bisa datang dari sesuatu yang
di menurut kita tidak baik. Ada beberapa hamba Allah yang justru mendapatkan
hidayah ketika mereka berbuat maksiat. Hidayah itu datang kepada mereka
sehingga mereka akhirnya sadar bahwa yang dilakukannya itu adalah kemaksiatan
dan akhirnya mengantarkan mereka kepada pintu pertaubatan. Ada juga sebagian riwayat
mengisahkan bahwa hidayah kadangkala datang dari suatu yang menakjubkan
sebagaimana sebuah kisah yang telah penulis terjemahkan dari kitab Mu’jam
Syuyukh karya al-Imam adz-Dzahabi rahimahullah. Kisah berikut menceritakan
mengenai seekor anjing yang membuat 40.000 bangsa Mongol masuk Islam, semua
atas izin Allah subhanahu wa ta’ala. Semoga kita bisa mengambil
pelajaran dari kisah di bawah ini.
al-Imam adz-Dzahabi rahimahullah meriwayatkan sebuah
kisah dalam kitabnya Mu’jam Syuyukh hal. 387. Beliau berkata:
حدّثنا الزين علي بن مرزوق بحضرة
شيخنا تقي الدين المنصاتي ، سمعتُ الشيخ جمال الدين إبراهيم بن محمد الطيبي بن السواملي
يقول في ملإٍ من الناس
az-Zain
‘Ali bin Marzuq menceritakan kepada kami di hadapan guru kami Taqiyuddin
al-Mishnawi[2], aku
mendengar asy-Syaikh Jamaluddin Ibrahim bin Muhammad ath-Thibi bin al-Washili
berkata pada sekelompok manusia:
حضرتُ عند سونجق - خزندار هولاكو
وأبغا - وكان ممّن تنصَّر من المُغُل ، وذلك في دولة أبغا في أوّلها ، وكنّا في مخيمه
وعنده جماعة من أمراء المُغُل وجماعة من كبراء النصارى في يوم ثلجٍ ،
Saya berada di sisi Sunjuq, Khazandar,
Hulagu dan Abaqa[3] –mereka
merupakan para pembesar bangsa Mongol- dan saat itu kami berada di negara yang
dikuasai oleh Abaqa pada awal kekuasaanya. Ketika itu kami berada di dalam
perkemahannya, dan disisinya terdapat sekelompok pangeran Mongol dan sekelompok
pembesar Nasrani, ketika itu hari bersalju.
فقال نصراني كبير لعين : أيّ
شيء كان محمد - يعني نبيّنا - ؟! كان داعياً
وقام في ناسٍ عربٍ جياعٍ ، فبقي يعطيهم المال ويزهد فيه فيربطهم ، وأخذ
يُبالغ في تنقُّصِ الرسول ،
Tiba-tiba saat itu berkatalah seorang pembesar
Nasrani dengan ucapan mencela: “Siapa itu Muhammad? (Yakni Nabi kita shallallahu
‘alaihi wa sallam), dia hanyalah seorang penggembala, dibesarkan di tengah
orang-orang arab yang kelaparan, dia hanya memberikan harta kepada mereka dimana
dengan harta itu dia akan memperbudak mereka.” Pembesar Nasrani itu sangat melampaui
batas dalam menghina Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
وهناك كلبُ صيدٍ
عزيزٍ على سونجق في سلسلة ذهب ، فنهض
الكلب وقلع السلسلة ووثب على ذاك النصراني فخشمه وأدماه ، فقاموا
إليه وكفّوه عنه وسلسلوه ،
Disana terdapat
seekor anjing terantai emas yang sangat disayangi oleh Sunjuq.
Kemudian anjing tersebut tiba-tiba berdiri dan
mematahkan rantainya kemudian menerkam pembesar Nasrani itu dan anjing itu
mencakar serta menggigitnya. Maka semua orang berdiri dan mendatangi pembesar
Nasrani tersebut dan memaksanya pergi, sebagian dari mereka yang hadir berkata:
“Ini balasan untuk kata-katamu terhadap Muhammad.”
فقال : أتظنّون
أن هذا من أجل كلامي في محمد ؟ لا ! لكن هذا الكلب عزيز النفس ؛ رآني أشير بيدي فظَنَّ
أنّي أريد ضربه فوثب . ثم
أخذ أيضاً يتنقَّص النبي ويزيد في ذلك .
Maka pembesar
Nasrani itu berkata: “Apakah menurut kalian ini adalah balasan untuk
kata-kataku terhadap Muhammad? Tidak! Akan tetapi anjing kesayangan ini melihat
isyarat tanganku, dia mengira aku ingin memukulnya.” Kemudian dia kembali
mencela Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan semakin menjadi celaanya.
فوثب إليه الكلب
ثانياً وقطع السلسلة وافترسه - والله العظيم - وأنا أنظر ! ثم عَضَّ على زردمته فاقتلعها
فمات الملعون ،
Maka anjing
tersebut kembali menerkam untuk kedua kalinya, anjing itu mematahkan rantainya
dan kemudian memangsanya –Allah Yang Maha Agung- dan saya menyaksikannya! Kemudian
anjing itu menggigit lehernya, dan membunuhnya, maka matilah orang yang
terkutuk itu.
وأسلم بسبب هذه
الواقعة العظيمة من المُغُل نحوٌ من أربعين ألفاً ، واشتهرت
الواقعة .
Karena peristiwa
yang besar ini, maka masuk Islamlah sekitar 40.000 orang Mongol. Dan peristiwa
ini pun menjadi sangat terkenal.
[1] QS. al-Qashash [28] : 56
[2] al-Imam adz-Dzahabi rahimahullah
berkata dalam Mu’jam Syuyukh: “Taqiyuddin al-Mishnawi adalah seorang yang
dipercaya dan ‘alim, beliau lahir tahun 650 H dan hidup selama 70 tahun.”
[3] Abaqa bin Hulagu bin Tolui bin
Genghis Khan, menjadi raja setelah kematian bapaknya pada tahun 673 H dan
meninggal pada tahun 680 H.
Referensi
- al-Qur’an al-Karim
- al-Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsman adz-Dzahabi. Mu'jam Syuyukh adz-Dzahabi. 1410 H. Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah Beirut.
0 Comment for "40.000 Orang Mongol Masuk Islam karena Seekor Anjing"