Makna Kalimat Sayyidina Muhammad

“Saya adalah sayyid anak cucu adam pada hari kiamat. Dan saya adalah orang yang pertama kali terbelah kuburnya.”  (HR. Muslim no. 2278)


Kembali melanjutkan pembahasan kitab Matan Safinah an-Najah karya asy-Syaikh Salim bin Sumair al-Hadhrami rahimahullah, pada kesempatan kali ini penulis akan membahas mengenai makna sayyid dan juga makna nama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. asy-Syaikh Salim bin Sumair al-Hadhrami rahimahullah berkata dalam Muqadimah Matan Safinah an-Najah:

بسم الله الرحمن الرحيم .
الحمد لله رب العالمين ، وبه نستعين على أمور الدنيا والدين ، وصلى الله وسلم على سيدنا محمد خاتم النبيين ، وآله وصحبه أجمعين ، ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم .

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Segala puji milik Allah Rabb semesta alam. Dengan-Nya kami meminta pertolongan dalam urusan dunia dan agama. Semoga shalawat dan salam Allah atas tuan kita Muhammad penutup para Nabi, keluarganya, dan Sahabatnya semua. Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan dari Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Mulia.”[1]

(على سيدنا محمد)

            as-Sayyid Ahmad bin Umar asy-Syathiri rahimahullah berkata:

السيد من ساد في قومه ، أو من كثر  سواده ، أي حبيشه أو من  تفزع إليه الناس عند الشدائد ، أو الحليم الذي لا يستفزه غضب وقد اجتمعت هذه الصفات في نبينا صلى الله عليه وسلم ومحمد يقال في الأصل لمن كثر حمد الناس له لكثرة خصاله الحميدة ، وهو هنا علم على نبينا صلى الله عليه وسلم .

“(as-Sayyid) adalah seseorang yang memimpin kaumnya, atau seseorang yang banyak pengikut atau tentaranya, atau seseorang yang menjadi rujukan manusia ketika mereka mengalami kesulitan atau seseorang yang mempunyai sifat santun sehingga marahnya tidak membuat orang menjauhinya, dan semua itu telah terkumpul pada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, (Muhammad) pada asalnya kata itu diungkapkan bagi seseorang yang banyak dipuji oleh manusia karena terdapat pada dirinya banyak sifat-sifat yang terpuji. Sedangkan dalam hal ini, menunjukan nama bagi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.”[2]

asy-Syaikh Nawawi al-Bantani rahimahullah berkata:

على سيدنا محمد هو أفضل أسمائه صلى الله عليه وسلم .

“(Atas tuan kita Nabi Muhammad) dia adalah paling utamanya nama-nama bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”[3]

asy-Syaikh Zainuddin al-Malibari rahimahullah berkata:

محمد علم منقول من اسم المفعول المضعف موضوع لمن كثرت خصاله الحميدة .

“Muhammad adalah nama yang diambil dari isim maf’ul bina mudha’af, yang diletakkan pada orang yang banyak budi pekerti dan terpuji.”[4]

على سيدنا محمد yaitu atas junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau adalah manusia terbaik, kekasih Allah subhanahu wa ta’ala, yang akan menempati tempat yang terpuji, nabi yang menebarkan rahmat, junjungan kita, penghulu kita, beliau adalah sayyidnya anak cucu Adam sebagaimana sabda beliau:

أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَومَ القِيَامَةِ، وَأَوَّلُ مَن يَنشَقُّ عَنهُ القَبرُ .

“Saya adalah sayyid anak cucu adam pada hari kiamat. Dan saya adalah orang yang pertama kali terbelah kuburnya.”[5]

            Dalam tinjuan bahasa, kata sayyid (سيد) berasal dari kata saiwid (سيود) dengan fi’il madhi sada (ساد) dimana huruf Wau (الواو) diganti dengan huruf Ya’ (الياء) lalu kemudian diidhgamkan. Kata sayyid memiliki banyak makna antara lain seseorang yang memimpin kaumnya, atau seseorang yang banyak pengikut atau tentaranya, atau seseorang yang menjadi rujukan manusia ketika mereka mengalami kesulitan atau seseorang yang mempunyai sifat santun sehingga marahnya tidak membuat orang menjauhinya, dan semua itu telah terkumpul pada diri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sedangkan nama Muhammad diambil dari kata hammada (حمد) – yuhammidu (يحمد) dengan isim maf’ulnya adalah muhammadun (محمد) yang pada asalnya kata itu diungkapkan bagi seseorang yang paling banyak dipuji oleh manusia karena terdapat pada dirinya banyak sifat-sifat yang terpuji dan nama ini adalah nama yang paling utama bagi Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

[1] Matan Safinah an-Najah, hal. 15
[2] Nail ar-Raja’, hal. 6
[3] Kasyifah as-Saja’, hal. 30
[4] Fathul Mu’in, hal. 32
[5] HR. Muslim no. 2278



Referensi

  • al-Imam Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi. Shahih Muslim. 1419 H. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
  • as-Sayyid Ahmad bin Umar asy-Syathiri. Nail ar-Raja’ bi Syahr Safinah an-Naja’. 1392 H. Mathba’ah al-Madani Kairo.
  • asy-Syaikh Ahmad Zainuddin bin Abdul ‘Aziz al-Ma’bari al-Malibari al-Fannani. Fath al-Mu’in Qurrah al-‘Ain bi Muhimmat ad-Din. 1424 H. Dar Ibn Hazm Beirut.
  • asy-Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani al-Jawi. Kasyifah as-Saja Syarh Safinah an-Naja. 1432 H. Dar Ibn Hazm Beirut.
  • asy-Syaikh Salim bin Sumair al-Hadhrami. Matnu Safinah an-Najah fii Maa Yajibu ‘Ala al-Abdi li Maulah. 1430 H. Dar Ibn Hazm Beirut.

0 Comment for "Makna Kalimat Sayyidina Muhammad"

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top