“Seandainya
kalian benar-benar bertawakkal pada Allah, tentu kalian akan diberi rezeki
sebagaimana burung diberi rezeki. Ia pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan
kembali di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. At-Tirmidzi no. 2344)
Ayat
1000 Dinar, Ayat Pesugihan Biar Cepat Kaya? Ayat 1000 dinar, ayat apa lagi itu?
Sebagian orang menjadikan ayat ini sebagai alat untuk mendapat pesugihan atau
cepat kaya. Apa boleh?
Ayat
1000 dinar yang dimaksudkan adalah:
وَمَنْ
يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا
يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ
بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (3)
“Barangsiapa
bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya
rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal
kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq
[65] :
2-3)
Apa
keistimewaan ayat tersebut?
Sebenarnya
dalam ayat tersebut tidak disebutkan bahwa siapa yang membacanya 1000 kali,
maka akan mendapatkan pesugihan, cepat kaya atau mendapatkan kelapangan rezeki.
Apalagi tidak tersurat akan mendapatkan 1000 dinar.
Namun
ada yang mengamalkan ayat tersebut seperti ini:
1. Bacalah surat Al-Fatihah pada
malam pertama dari tiap-tiap bulan kalender Hijriyah (bukan bulan kalender
Masehi) sebanyak 1000 kali dan membaca surat Al-Maidah
ayat 114. Lalu baca ayat 1000 dinar yang disebut di atas sebanyak 21 kali.
Kemudian dilanjutkan dengan membaca asma Allah.
2. Lalu setiap harinya dilanjutkan
dengan membaca ayat 1000 dinar yaitu surat Ath-Thalaq
ayat 2-3 sebanyak 1000 kali dalam sehari. Seperti diwasiatkan untuk dibaca
rutin.
Setelah
pembacaan tadi, diperintahkan membaca doa sesuai dengan hajat yang diminta.
Beberapa
Kekeliruan dari Pengamalan Ayat 1000 Dinar
1. Menamakan ayat tanpa petunjuk
2. Menetapkan waktu pembacaan yang
tidak berdalil
Dua
hal di atas intinya tidak ditetapkan dengan dalil. Padahal penamaan ayat atau
penyebutan surat dalam Al-Qur’an jelas ada petunjuk dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam
atau para ulama. Sedangkan apa yang disebutkan dengan ayat 1000 dinar, hanya
penyebutan orang masa kini tanpa ada petunjuk dari wahyu.
Begitu
pula penetapan waktu pembacaan ayat 1000 dinar yang dibaca setiap malam ataukah
dibaca pada malam pertama setiap awal bulan Hijriyah juga tidak berdalil.
Yang
ada dalil dalam Islam, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam mengajarkan membaca surat Al-Kahfi setiap malam Jumat
atau hari Jumat. Sedangkan ayat 1000 dinar, mana dalil yang menyebutkan waktu
pembacaannya seperti yang disebutkan?
Ingat
kaedah baku yang sudah para ulama tetapkan: hukum asal ibadah itu haram sampai
adanya dalil.
Dalam
kitab Nadzhab Asy-Syafi’i
yaitu kitab Ghayatul Bayan Syarh Zubd Ibnu
Ruslan disebutkan:
الأَصْلُ
فِي العِبَادَاتِ التَّوْقِيْفُ
“Hukum asal ibadah adalah
tawqif (diam sampai adanya
dalil).”
Ibnu
Muflih berkata dalam Al-Adab Asy-Syar’iyah:
أَنَّ
الْأَعْمَالَ الدِّينِيَّةَ لَا يَجُوزُ أَنْ يُتَّخَذَ شَيْءٌ سَبَبًا إلَّا أَنْ
تَكُونَ مَشْرُوعَةً فَإِنَّ الْعِبَادَاتِ مَبْنَاهَا عَلَى التَّوْقِيفِ
“Sesungguhnya
amal diniyah (amal ibadah) tidak boleh dijadikan sebagai sebab kecuali jika
telah disyari’atkan karena standar ibadah boleh dilakukan sampai ada dalil.”
Imam
Ahmad bin Hanbal rahimahullah dan para fuqaha
ahli hadits termasuk
Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i rahimahullah di
dalamnya berkata:
إنَّ
الْأَصْلَ فِي الْعِبَادَاتِ التَّوْقِيفُ
“Hukum
asal ibadah adalah tawqif (diam
sampai adanya dalil)” (Majmu’ Al-Fatawa, Jilid 29 hal.
17)
3. Menentukan jumlah bilangan yang
melelahkan
Jujur
saja, kita jarang melihat atau bahkan melihat dzikir-dzikir Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan
pembacaan 1000 kali dalam sehari seperti pada pengamalan ayat 1000 dinar. Yang
ada, dzikir paling banyak hitungannya adalah 100 kali. Contoh misalnya bacaan
dzikir:
لاَ
إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ
الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ
Laa ilaha illallah wahdahu laa
syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir.
Dzikir
di atas dibaca dalam sehari 100 kali. Keutamaanya, barangsiapa yang mengucapkan
dzikir tersebut dalam sehari sebanyak 100 kali, maka itu seperti membebaskan
10 orang budak, dicatat baginya 100 kebaikan, dihapus baginya 100 kesalahan,
dirinya akan terjaga dari gangguan setan dari pagi hingga petang hari, dan
tidak ada seorang pun yang lebih baik dari yang ia lakukan kecuali oleh orang
yang mengamalkan lebih dari itu. (HR. Al-Bukhari no. 3293 dan Muslim no.
2691)
Al-Qur’an
pun diturunkan bukan membuat susah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
طه
(1) مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآَنَ لِتَشْقَى (2) إِلَّا تَذْكِرَةً لِمَنْ
يَخْشَى (3) تَنْزِيلًا مِمَّنْ خَلَقَ الْأَرْضَ وَالسَّمَاوَاتِ الْعُلَا
“Thaha.
Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi
sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), yaitu diturunkan dari Allah
yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.” (QS. Thaha [20] :
1-4)
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
bersabda:
إِنَّ
الدِّينَ يُسْرٌ
“Sesungguhnya
agama Islam itu mudah.” (HR. Al-Bukhari no. 39)
Coba
ambil pelajaran dari hadits berikut bahwa menyusahkan diri dalam ibadah itu
tercela.
Dari
Abu Juhaifah Wahb bin ‘Abdullah berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mempersaudarakan antara Salman
dan Abu Darda’. Tatkala Salman bertandang (ziarah) ke rumah Abu Darda’, ia
melihat Ummu Darda’ (istri Abu Darda’) dalam keadaan mengenakan pakaian yang
serba kusut. Salman pun bertanya padanya, “Mengapa keadaan kamu seperti itu?”
Wanita itu menjawab, “Saudaramu Abu Darda’ sudah tidak mempunyai hajat lagi
pada keduniaan.” Kemudian Abu Darda’ datang dan ia membuatkan makanan untuk
Salman. Setelah selesai Abu Darda’ berkata kepada Salman, “Makanlah, karena
saya sedang berpuasa.” Salman menjawab, “Saya tidak akan makan sebelum engkau
pun makan.” Maka Abu Darda’ pun makan. Pada malam harinya, Abu Darda’ bangun
untuk mengerjakan shalat malam. Salman pun berkata padanya, “Tidurlah.” Abu
Darda’ pun tidur kembali. Ketika Abu Darda’ bangun hendak mengerjakan shalat
malam, Salman lagi berkata padanya, “Tidurlah!” Hingga pada akhir malam, Salman
berkata, “Bangunlah.” Lalu mereka shalat bersama-sama. Setelah itu, Salman
berkata kepadanya:
إِنَّ
لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا ، وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا ، وَلأَهْلِكَ عَلَيْكَ
حَقًّا ، فَأَعْطِ كُلَّ ذِى حَقٍّ حَقَّهُ
“Sesungguhnya
bagi Rabbmu ada hak, bagi dirimu ada hak, dan bagi keluargamu juga ada hak.
Maka penuhilah masing-masing hak tersebut.“ Kemudian Abu Darda’ mendatangi Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu menceritakan apa yang baru saja terjadi.
Beliau lantas bersabda, “Salman itu benar.” (HR. Al-Bukhari no. 1968)
4. Menjadikan ayat 1000 dinar
sebagai jimat yang dipajang
Ada
juga yang punya keyakinan menjadikan ayat 1000 dinar sebagai jimat yang
dipajang di warung, toko atau rumah biar rezeki lancar dan cepat sugih (kaya).
Hal
di atas tidak lepas dari menjadikan ayat Al-Quran sebagai jimat. Sebagian ulama
memang ada yang membolehkannya. Namun pendapat yang tepat adalah tidak
bolehnya. Alasan tidak boleh menjadikan ayat Al-Quran sebagai jimat yang
dipajang adalah sebagai berikut:
·
Untuk
menutup jalan agar tidak terjerumus dalam kesyirikan yang lebih parah.
·
Berdalil
dengan dalil-dalil umum yang melarang jimat.
·
Jimat
dari Al-Qur’an bisa membuat Al-Qur’an itu dilecehkan, bisa jadi pula dibawa
masuk ke kamar mandi, atau terkena kotoran (najis).
·
Agar
tidak membuat sebagian dukun yang sengaja menuliskan ayat-ayat Al-Qur’an lantas
menaruh di bawahnya mantera-mantera syirik.
·
Seseorang
akan tidak perhatian lagi pada Al-Qur’an dan do’a karena hanya bergantung pada ayat
Al-Qur’an yang dipajang atau dikenakan
Dalil
yang mengharamkan tamimam, jimat atau azimat secara umum adalah, dari
‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
مَنْ
تَعَلَّقَ تَمِيمَةً فَلاَ أَتَمَّ اللَّهُ لَهُ وَمَنْ تَعَلَّقَ وَدَعَةً فَلاَ
وَدَعَ اللَّهُ لَهُ
“Barangsiapa
yang menggantungkan (hati) pada tamimah (jimat), maka Allah tidak akan
menyelesaikan urusannya. Barangsiapa yang menggantungkan (hati) pada kerang
(untuk mencegah ‘ain, yaitu pandangan hasad atau iri), maka Allah tidak akan
memberikan kepadanya jaminan” (HR. Ahmad 4/154)
Dalam
riwayat lain disebutkan:
مَنْ
عَلَّقَ تَمِيمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ
“Barangsiapa
yang menggantungkan tamimah (jimat), maka ia telah berbuat syirik” (HR. Ahmad 4/156)
Seorang
ulama besar dari tabi’in yang meningggal dunia tahun 96 H dalam usia 50-an
tahun, yaitu Ibrahim An-Nakha’i rahimahullah berkata:
كَانُوْا
يَكْرَهُوْنَ التَّمَائِمَ كُلَّهَا مِنَ القُرْآنِ وَغَيْرِ القُرْآنِ
“Para
murid Ibnu Mas’ud, mereka membenci jimat seluruhnya termasuk dari Al-Qur’an dan
selain Al-Qur’an.” (Fathul Majid, hal. 142)
Murid-murid
Ibnu Mas’ud di sini seperti ‘Alqomah, Al-Aswad, Abu Wail, Al-Harits
bin Suwaid, ‘Abidah As-Salmani, Masruq, Ar-Rabi’
bin Khutsaim, dan Suwaid bin Ghuflah.
Jadi
hati-hatilah menjadikan ayat Al-Qur’an atau diyakini ayat 1000 dinar sebagai
jimat.
Solusi
Mudah Kehidupan: Takwa dan Tawakkal
Dalam
Tafsir Al-Jalalain hal. 569 disebutkan
mengenai maksud surat Ath-Thalaq ayat 2 dan 3 bahwa siapa yang bertakwa pada
Allah, maka Allah akan angkat kesulitan dalam urusan dunia dan akhiratnya, juga
akan diberi rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka.
Lalu
siapa yang bertawakkal pada Allah dalam setiap urusannya, maka Alalh akan
memberikan kecukupan padanya. Allah yang akan memudahkan urusan tersebut. Karena
di tangan Allah-lah suatu urusan menjadi gampang ataukah sulit.
Dari
‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu
‘anhu, ia
berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
لَوْ
أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ
كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا
“Seandainya
kalian benar-benar bertawakkal pada Allah, tentu kalian akan diberi rezeki
sebagaimana burung diberi rezeki. Ia pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan
kembali di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. At-Tirmidzi no. 2344)
Hadits
di atas sekaligus menunjukkan bahwa yang disebut tawakkal berarti melakukan
usaha, bukan hanya sekedar menyandarkan hati pada Allah. Karena burung saja
pergi di pagi hari untuk mengais rezeki. Maka manusia yang berakal tentu
melakukan usaha, bukan hanya bertopang dagu menunggu rezeki turun dari langit.
Yang
disebut ayat 1000 dinar yang dituntut bukanlah dijadikan ritual dzikir. Yang
terpenting adalah mengamalkan isinya, yaitu bertakwa dan bertawakkal. Itulah
yang menjadi solusi hidup dan mudah dilapangkan rezeki, yaitu dengan bertakwa
dan bertawakkallah.
Al-Qur’an
Semestinya Ditadabburi
Ayat
Al-Qur’an semestinya ditadabburi, direnungkan dan dipahami maknanya. Allah subhanahu
wa ta’ala
berfirman:
كِتَابٌ
أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ
أُوْلُوا الْأَلْبَابِ
“Ini
adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya
mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang
yang mempunyai fikiran” (QS. Shad [38]
:
29)
Namanya
tadabbur Al-Qur’an itu sebagaimana disebutkan oleh Imam Al-Hasan Al-Bashri
rahimahullah,
ia berkata:
وَاللهِ
مَا تَدَبُّره بِحِفْظِ حُرُوْفِهِ وَإِضَاعَةِ حُدُوْدِهِ، حَتَّى إِنَّ
أَحَدَهُمْ لَيَقُوْل: قَرَأْتُ القُرْآنَ كُلَّهُ مَا يَرَى لَهُ القُرْآنُ فِي
خُلُقٍ وَلاَ عَمَلٍ
“Demi
Allah, Al-Qur’an bukanlah ditadabburi dengan sekedar menghafal huruf-hurufnya,
namun lalai dari memperhatikan hukum-hukumnya (maksudnya: mentadabburinya).
Hingga nanti ada yang mengatakan, “Aku sudah membaca Al-Qur’an seluruhnya.”
Namun sayangnya Al-Qur’an tidak Nampak pada akhlak dan amalannya.” Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Hatim. (Tafsir Al-Quran Al-‘Azhim,
Jilid
6 hal.
419)
Jika
demikian, marilah kita jadikan Al-Qur’an untuk ditadabburi dan diamalkan.
Jangan jadikan untuk tujuan yang keliru yaitu sebagai jimat atau ritual yang
tidak ada tuntunan.
Masih mengamalkan
ayat 1000 dinar untuk cepat kaya? Ataukah yang penting wujudkan takwa dan
tawakkal?
Hanya Allah yang
memberi petunjuk pada jalan yang lurus. Wallahu a’lam.
0 Comment for "Ayat 1000 Dinar, Ayat Pesugihan?"