Layang-Layangku Melayang

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Cobaan yang semakin berat akan senantiasa menimpa seorang mukmin yang sholih untuk meninggikan derajatnya dan agar ia semakin mendapatkan ganjaran yang besar.” (Al-Istiqamah, Jilid 2 hal. 260)


Saat SD atau SMP, sebagian dari kita pernah bermain layang-layang. Penulis pun pernah. Dahulu penulis mencari tempat yang tinggi di dekat rumah atau pergi ke tanah lapang seperti di tengah sawah atau di lapangan yang biasa digunakan untuk bermain sepak bola, lalu berusaha menaikkan layang-layang dengan benang yang berada di gulungan kaleng.

Coba lihat... Layang-layang tersebut naik pelan-pelan dari keadaan angin yang awalnya sepoi-sepoi. Kadang juga ada hembusan angin yang kencang dari bawah.

Lama kelamaan layangan tersebut beranjak naik. Terus naik dan terus naik, hingga berada di ketinggian sampai benang yang berada dalam gulungan habis karena terus dilepas.

Coba rasakan, beda sekali saat layangan tersebut di ketinggian dan di keadaan rendah.

Betul kan?

Kita yang memegang dari bawah merasakan terpaan angin di atas sangat kuat, beda saat masih rendah di bawah. Sehingga kita pun memegang benangnya dengan kuat, jangan sampai lepas.

Namun kalau sudah seimbang di atas, terpaan angin yang kencang pun kita anggap biasa.

Saudaraku... Kehidupan kita seperti itu.

Sebelum kita beranjak ke kedudukan tinggi, kita beranjak belajar dari bawah terlebih dahulu.

Masih angin sepoi-sepoi yang kita rasakan. Atau ada yang langsung melejit karena terpaan angin kencang.

Jika lolos, kita beranjak ke tempat yang lebih tinggi.

Artinya saat di atas, iman kita makin meningkat. Namun cobaan angin pun makin berat.

Tatkala kita ingin istiqamah (tetap) di atas, ada tiupan angin di kanan-kiri. Kadang angin yang datang tiba-tiba langsung bisa merusak layangan kita atau membuat layangan kita jadi terganggu kestabilannya.

Maksud angin tadi adalah cobaan dalam hidup kita.

Ada angin yang datang membisikkan, “ahh sok alim”

Ada angin yang mengisukan tidak benar tentang kita, alias fitnah.

Ada angin yang juga berusaha jatuhkan kita ke bawah.

Sampai ada angin besar yang membuat kita goyah, karena tuduhan yang mungkin sangat menusuk: Ente pengikut Aliran Sesat!!! Ente teroris!!! Ente Wahabi yah??? Ente kok gak mau ikut umumnya masyarakat? Ente kok tinggalkan tradisi si mbah dan nenek moyang dahulu?? Ente udah sok keminter, belajar baru kemarin sore!! Dasar Orang Talfiq!! Dan bla bla bla bla dan seterusnya.

Ada angin pula yang sifatnya cobaan, yaitu cobaan pada harta, istri dan anak kita.

Angin kencang yang menggoyahkan layang-layang tadi, jika kita berusaha hadapi dengan tenang, kita pegang benang layangan kita dengan kuat dan ada trik-trik untuk menjaga kestabilan layangan kita, niscaya semua cobaan tadi bisa teratasi.

Ujung-ujungnya kita akan merasa nikmat dan tenang ketika berada di atas.

Artinya, Saat iman dan akidah kita kuat, selalu merasakan ketenangan. Itulah ujung-ujungnya.

Lihat saja layangan tadi kalau sudah stabil di atas. Kita pun dari bawah enak melihatnya.

Sama halnya ketika berada di atas pesawat, berada di ketinggian di atas awan, akan terasa lebih tenang... Coba deh rasakan sendiri.

Kita ingin terus di bawah atau mendaki hingga ke atas sehingga merasakan ketenangan yang lebih nikmat.

Itu pilihan kita sendiri.

Ingat saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya oleh sahabatnya. Dari Mush’ab bin Sa’id rahimahullah dari ayahnya, ia berkata: “Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:

الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ

“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” HR. Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024, Ad Darimi no. 2783 dan Ahmad 1/185)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:

وَاِذَا عَظُمَت المِحْنَةُ كَانَ ذَلِكَ لِلْمُؤْمِنِ الصَّالِحِ سَبَبًا لِعُلُوِّ الدَرَجَةِ وَعَظِيْمِ الاَجْرِ

“Cobaan yang semakin berat akan senantiasa menimpa seorang mukmin yang sholih untuk meninggikan derajatnya dan agar ia semakin mendapatkan ganjaran yang besar.” (Al-Istiqamah, Jilid 2 hal. 260)

Semoga jadi renungan hidup…..

0 Comment for "Layang-Layangku Melayang"

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top