Wisata Bilal Radhiallahu 'Anhu ke Kuburan Nabi Shallallahu 'Alalihi Wasallam

Seluruh ahli sejarah yang terpercaya telah bersepakat bahwa Bilal tidak pernah adzan setelah wafatnya Nabi Muhammad kecuali hanya sekali saja yaitu ketika Umar datang ke Syam. Sehingga manusia teringat pada Nabi dan tidak pernah diketahui orang yang menangis lebih banyak daripada hari itu.” (Ibnu Asakir dalam Tarikhnya 3/316, Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa Nihayah 7/102, Al-Bukhari dalam Tarikh As-Shaghir 1/53)


Alkisah, Tatkala sahabat Bilal berada di Syam, dia pernah bermimpi melihat Nabi dalam tidurnya. Dalam mimpinya, Nabi bersabda padanya: “Kekasaran apakah ini hai Bilal? Bukankah telah tiba saatnya engkau mengunjungiku?”. Setelah itu Bilal bangun dari tidurnya dengan penuh kesedihan lalu berangkat menuju kota Madinah dengan menaiki kendaraannya. Setibanya di sana, dia mendatangi kuburan Nabi serta menangis dan menempelkan wajahnya pada kuburan. Hasan dan Husain menemui Bilal dan memeluknya seraya berkata: “Hai Bilal, kami sangat merindukan suara adzanmu”. Bilal pun memenuhi permintaan keduanya lalu dia naik dan berdiri di loteng. Tatkala dia berucap “Allahu Akbar, Allahu Akbar” kota Madinah goncang. Dan ketika berucap “Asyhadu “an Laa Ilaha Illa Allah” goncangannya semakin dahsyat. Dan ketika sampai “Asyhadu ‘anna Muhammad Rasulullah” gadis-gadis pingitan keluar dari rumah sambil mengatakan: “Rasulullah diutus kembali”. Tidak ada tangisan di kota Madinah setelah wafatnya Rasulullah yang lebih seru dibandingkan hari itu”.

Takhrij Kisah

Kisah ini cukup kondang dan populer di kalangan pengagum berat kuburan, bahkan dijadikan dalil oleh sebagian mereka tentang disyariatkannya wisata ziarah kubur Nabi seperti As-Subki dalam Syifa As-Siqam fi Ziyarati Khairil Anam hal. 52, Ibnu Hajar Al-Haitsami dalam Tuhfatuz Zuwar ila Qabri Nabi Mukhtar hal. 67 dan Syaikh Aidh Al-Qarni dalam kitabnya Al-Misku wal ‘anbar fi Khutabi Minbar 1/74-75.

Diriwayatkan Abu Ahmad Al-Hakim dalam Fawaid-nya juz 5 dan Ibnu Asakir dalam Tarikh-nya pada biografi Bilal dari jalan Muhammad bin Al-Faidh dari Abu Ishaq Ibrahim bin Muhammad bin Sulaiman bin Bilal bin Abu Darda’ dari ayahnya dari kakekanya dari Ummu Darda’ dari Abu Darda…

Derajat Kisah

MUNKAR, karena disebabkan :

Ibrahim bin Muhammad bin Sulaiman bin Bilal. Al-Hafizh Ibnu Abdil Hadi berkata: “Syaikh ini tidak dikenal dengan kepercayaan, amanah, hafalan dan keadilan, bahkan dia adalah seorang yang majhul, tak dikenal dengan riwayat hadits. Tidak ada yang meriwayatkan darinya kecuali Muhammad bin Al-Faidh yang meriwayatkan kisah munkar ini”. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Ibnu Asakir menulis biografi tentangnya dan membawakan riwayatnya dari ayahnya dari kakeknya dari Ummu Darda’ dari Abu Darda’ tentang kisah “Perjalanan Bilal ke Syam” dan kedatangannya ke kota Madinah dan adzannya di Madinah serta goncangnya Madinah dengan tangisan karena adzannya. Kisah ini sangat nyata dustanya”.

Sulaiman bin Bilal bin Abu Darda’. Al-Hafizh Ibnu Abdil Hadi berkata: “Dia tidak dikenal, majhul hal, sedikit riwayatnya dan tidak ada satu imampun sepanjang pengetahuan saya yang menganggapnya tsiqah (terpercaya). Imam Bukhari juga tidak mencantumkannya dalam kitab beliau, tidak pula Ibnu Abi Hatim, ditambah lagi dia tidak diketahui bahwa dia mendengar dari Ummu Darda””.

Komentar Ulama Ahli Hadits

  • Imam Adz-Dzahabi berkata: “Sanadnya layyin yaitu munkar”.
  • Imam Ibnu Abdil Hadi berkata : “Atsar gharib munkar, sanadnya majhul dan terputus”.
  • Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Kisah ini sangat jelas palsunya”.
  • Imam Ibnu Arraq menyetujui ucapan Al-Hafizh di atas .
  • Al-Allamah As-Syaukani berkata: “Tidak ada asalnya”. Dan disetujui oleh Al-Allamah Syaikh Yahya Al-Muallimi.
  • Al-Allamah Ali Al-Qari menghukumi kisah ini dengan Maudhu’ (palsu) dalam kitabnya Al-Mashnu” fi Ma’rifatil Hadits Maudhu’.
  • Lajnah Daimah (Anggota Komisi Fatwa Saudi Arabia) yang diketuai oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh menetapkan: “Para pakar ulama telah menegaskan bahwa hadits ini tidak shahih”. Kemudian mereka menukilkan sebagian komentar ulama diatas.

Tinjauan Matan Kisah

Matan kisah inipun perlu dikritisi karena beberapa hal berikut :

Seluruh ahli sejarah yang terpercaya telah bersepakat bahwa Bilal tidak pernah adzan setelah wafatnya Nabi Muhammad kecuali hanya sekali saja yaitu ketika Umar datang ke Syam. Sehingga manusia teringat pada Nabi dan tidak pernah diketahui orang yang menangis lebih banyak daripada hari itu. Demikianlah ditegaskan oleh Ibnu Asakir dalam Tarikhnya 3/316, Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa Nihayah 7/102, Al-Bukhari dalam Tarikh As-Shaghir 1/53, Ibnu Hibban dalam Masyahir Ulama Amshar hal. 50 dan As-Suyuthi dalam Is’af Mubtha’ bi Rijal Al-Muwatha’ 3/185 -Tanwir Hawalik-.

Seluruh ahli hadits dan sejarah menegaskan bahwa Bilal wafat di kota Syam pada zaman pemerintahan Umar bin Khaththab, sedangkan kuburan Nabi pada zaman Umar berada di kamar rumah Aisyah yang tidak diperbolehkan seorangpun untuk masuk kecuali dengan izinnya. Dan telah shahih dalam sejarah bahwa tatkala Umar bin Khaththab ditusuk, beliau memerintahkan anaknya Abdullah supaya pergi kepada Aisyah seraya mengatakan padanya: “Sesungguhnya Umar berpesan: “Bila tidak memberatkan dirimu, maka saya senang untuk dikubur bersama kedua sahabatku (Nabi dan Abu Bakar)”. Aisyah menjawab: “Saya tidak keberatan” Maka Umar berkata: “Bila demikian, maka kuburkanlah saya bersama keduanya”. (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 3/93)

Al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al-Albani menegaskan: “Riwayat ini adalah bathil dan maudhu’ (palsu). Tanda-tanda kepalsuannya sangat nampak sekali ditinjau dari beberapa segi. Saya akan sebutkan point-point penting saja :

Pertama: Ucapannya “Dia mendatangi kuburan Nabi dan menangis di sisinya” hal ini menggambarkan kepada kita bahwa kubur Nabi seperti kuburan lainnya yang bisa didatangi oleh semua orang!! Ini adalah pendapat yang bathil sekali sebagaimana diketahui oleh semua orang yang mengetahui sejarah penguburan Nabi di kamar dan rumah Aisyah yang tidak boleh bagi seorang untuk memasukinya kecuali dengan izinnya Aisyah dan hal ini terus berlangsung hingga masa Umar, sebagaimana dalam riwayat Al-Hakim 3/93.


Kedua: “Perkataannya “Dan dia menempelkan wajahnya ke kuburan”. Saya (Al-Albani) berkata: “Ini juga termasuk satu tanda lainnya akan palsunya kisah ini serta jahilnya si pemalsu kisah, karena dia menggambarkan pada kita bahwa sahabat Bilal seperti orang-orang jahil yang menerjang aturan-aturan syari’at tatkala melihat kuburan sehingga mengerjakan hal-hal yang tidak diperbolehkan berupa kesyirikan-kesyirikan seperti mengusap kubur dan menciumnya…”. Wallahu A’lam.

0 Comment for "Wisata Bilal Radhiallahu 'Anhu ke Kuburan Nabi Shallallahu 'Alalihi Wasallam"

Rasulullah ï·º bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top