“Apabila kalian membaca ‘alhamdulillah, maka bacalah
‘bismillahir rahmanir rahiim. Sesungguhnya ia adalah Ummul Qur’an, Ummul Kitab,
dan as-Sab’ul Matsani (al-Fatihah). Dan ‘bismillahir rahmanir rahiim’ merupakan
salah satu ayatnya.” (HR. ad-Daruquthni no. 1175)
Pada kesempatan kali ini, penulis
akan membahas mengenai sebuah pertanyaan, yaitu
apakah Basmalah termasuk ayat dalam al-Fatihah atau bukan. Karena kita semua mengetahui bahwa al-Fatihah merupakan salah satu rukun
dalam shalat dimana jika kita meninggalkan satu huruf saja dari surat
al-Fatihah maka shalat kita tidak sah. Maka dari itu, wajiblah bagi kita
mengetahui mengenai perkara ini.
asy-Syaikh Nawawi al-Bantani rahimahullah
berkata:
واختلف في البسملة هل هي آية من الفاتحة ومن كل سورة
فعند مالك أنها ليست آية من الفاتحة ولا من كل سورة ، وعند عبد الله بن المبارك
أنها آية من كل سورة ، وعند الشافعي أنها آية من الفاتحة وتردد في غيرها ولم
يختلفوا فيها في النمل في عدها من القرآن
“Dan menjadi ikhtilaf tentang basmalah itu, apakah basmalah itu termasuk
ayat dari surah al-Fatihah dan dari semua surah lainnya. Maka menurut Imam Malik, “Sesungguhnya
basmalah bukan termasuk ayat dari surah al-Fatiḥah dan bukan
bagian dari setiap surah.” Dan menurut
Imam ‘Abdullah bin
Mubarak: “Sesungguhnya
basmalah termasuk ayat dari setiap surah.” Dan menurut Imam asy-Syafi‘i:
“Sesungguhnya basmalah adalah ayat dari surah al-Fatihah, namun beliau
ragu-ragu pada selain surah al-Fatihah.” Dan para ulama tidak berselisih pendapat mengenai
basmalah di dalam surah an-Naml, dalam hal diperhitungkannya basmalah tersebut
termasuk al-Qur’an.”[1]
Dalam masalah ini, para ulama
berbeda pendapat. Madzhab al-Hanafi berpendapat bahwa basmalah bukan bagian
dari surat al-Fatihah. Namun sunnah jika membacanya sebelum memulai al-Fatihah.
Madzhab al-Maliki berpendapat bahwa basmalah bukan bagian dari al-Fatihah
sehingga tidak boleh atau tidak perlu dibaca dalam shalat baik shalat wajib
maupun shalat sunnah, baik dalam shalat jahr maupun sirr. Sebagaimana perkataan
al-Imam Malik rahimahullah:
لا يقرأ في الصلاة بسم الله الرحمن الرحيم في المكتوبة
لا سرا في نفسه ولا جهرا
“Di dalam shalat tidak perlu membaca bismillahir rahmanir rahim, yaitu
dalam shalat fardhu, tidak sirr dalam hati dan tidak jahr.”[2]
Akan tetapi ada pula pendapat dalam
Madzhab al-Maliki yang menyatakan akan kesunnahan membaca basmalah di dalam
al-Fatihah namun khusus untuk shalat sunnah.
Dalil yang melandasi bahwa basmalah
bukan termasuk al-Fatihah adalah sebuah hadits yang diriwayatkan dari Anas bin
Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ ، وَعُمَرَ ، وَعُثْمَانَ ، فَلَمْ أَسْمَعْ أَحَدًا مِنْهُمْ
يَقْرَأُ : بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
“Aku pernah shalat di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman, dan aku tidak pernah mendengar salah seorang pun
di antara mereka membaca bismillahir rahmanir rahim.”[3]
Juga hadits yang diriwayatkan dari
Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَسْتَفْتِحُ الصَّلَاةَ بِالتَّكْبِيرِ ، وَالْقِرَاءَةَ بِ الْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Dulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membuka shalat dengan takbir
dan bacaan: alhamdulillahi rabbil ‘alamin.”[4]
Madzhab asy-Syafi’i dan Madzhab
al-Hanbali berpendapat bahwa basmalah merupakan bagian dari al-Fatihah. Namun
terjadi perbedaan pendapat mengenai apakah basmalah dibaca jahr atau sirr oleh
imam dalam shalat jahr. Madzhab asy-Syafi’i berpendapat bahwa basmalah dibaca
jahr oleh imam dalam shalat jahr. al-Imam an-Nawawi rahimahullah
berkata:
بسم الله الرحمن الرحيم آية كاملة من أول الفاتحة بلا
خلاف ، وأما باقي السور ، سوى براءة فالمذهب أنها آية كاملة من أول كل سورة أيضا
“Bismillahir rahmanir rahim adalah ayat yang sempurna yang merupakan ayat
pertama dari al-Fatihah tanpa adanya perbedaan pendapat. Sedangkan pada
surat-surat lainnya kecuali Bara’ah menurut madzhab juga termasuk ayat sempurna
dari awal tiap surat.”[5]
al-Imam Ibnu Hajar al-Haitami rahimahullah
berkata:
والأصح أنها آية كاملة من أول كل سورة
“Yang lebih shahih bahwa basmalah itu adalah ayat yang
sempurna pada tiap awal surat.”[6]
al-Imam asy-Syairazi rahimahullah
berkata:
ويجب أن يبتدئها بسم الله الرحمن الرحيم فإن آية منها
والدليل عليه ما روت أم سلمة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قرأ بسم
الله الرحمن الرحيم فعدها آية منها ولأن الصحابة رضي الله عنهم أثبتوها فيما جمعوا
من القرآن فيدل على أنها آية منها فإن كان في صلاة يجهر فيما جهر بها كما يجهر في
سائر الفاتحة
“Wajib untuk memulai al-Fatihah dengan bismillahirrahmanirrahim, karena
merupakan salah satu ayatnya. Dalil yang melandasi akan hal ini adalah sebuah
riwayat dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anhuma bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam membaca bismillahi rrahmanir rahim dan terhitung sebagai bagian ayat
dari al-Fatihah, dan bahwasannya para sahabat radhiyallahu ‘anhum meninggalkan
hal tersebut (yaitu basmalah) dalam al-Quran, maka hal ini menunjukan bahwa
bagian adalah bagian dari al-Fatihah. Maka jika shalatnya jahr, maka basmalah
dibaca jahr juga sebagaimana ayat lainnya.”[7]
Dalil yang melandasi akan hal ini
adalah sebuah riwayat dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا قَرَأْتُمِ : الْحَمْدُ فَاقْرَءُوا : بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إِنَّهَا أُمُّ الْقُرْآنِ ، وَأُمُّ الْكِتَابِ ، وَالسَّبْعُ
الْمَثَانِي ، وَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ أحَدُ ايَاتِهَا
“Apabila
kalian membaca ‘alhamdulillah, maka bacalah ‘bismillahir rahmanir rahiim. Sesungguhnya
ia adalah Ummul Qur’an, Ummul Kitab, dan as-Sab’ul Matsani (al-Fatihah). Dan
‘bismillahir rahmanir rahiim’ merupakan salah satu ayatnya.”[8]
Juga riwayat dari beberapa sahabat
seperti dari Abu Hurairah, ‘Umar bin al-Khaththab dan ‘Abdullah bin Umar radhiyallahu
‘anhum sebagaimana riwayat-riwayat berikut: Dari Nu’aim al-Mujmir rahimahullah, beliau berkata:
صَلَّيْتُ وَرَاءَ أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَرَأَ : بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ، ثُمَّ قَرَأَ بِأُمِّ الْقُرْآنِ حَتَّى بَلَغَ غَيْرِ
الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ ، قَالَ : آمِينَ ، وَقَالَ النَّاسُ :
آمِينَ ، وَيَقُولُ كُلَّمَا سَجَدَ : اللَّهُ أَكْبَرُ وَإِذَا قَامَ مِنَ الْجُلُوسِ
مِنَ اثْنَتَيْنِ ، قَالَ : اللَّهُ أَكْبَرُ ، ثُمَّ يَقُولُ إِذَا سَلَّمَ : وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ إِنِّي لأَشْبَهُكُمْ صَلاةً بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
“Aku pernah shalat di belakang Abu Hurairah. Lalu ia membaca: bismillahir
rahmanir rahiim. Kemudian membaca Ummul Qur’an (yaitu al-Fatihah), hingga
ketika sampai pada ayat: ghairil maghdhubi ‘alaihim, waladh dhallin, ia
membaca: aamiin. Orang-orang pun membaca: aamiin. Apabila ia sujud membaca:
Allahu akbar, dan apabila berdiri dari duduk pada raka’at kedua, ia membaca:
Allahu akbar. Lalu ia berkata ketika usai salam: ‘Demi Dzat yang jiwaku ada di
tangan-Nya, sesungguhnya aku yang paling mirip di antara kalian dalam shalat
dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”[9]
Dari ‘Abdirrahmaan bin Abza rahimahullah,
beliau berkata:
أَنَّ عُمَرَ كَانَ يَجْهَرُ بِبِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dari Yazid al-Faqir rahimahullah,
beliau berkata:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، أَنَّهُ
كَانَ يَفْتَتِحُ الْقِرَاءَةَ بِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
“Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu: Bahwasannya ia biasa membuka bacaan
surat dengan bismillahir rahmanir rahiim.”[11]
Sedangkan Madzhab al-Hanbali
mengambil jalan tengah dari berbagai hadits diatas dengan berpendapat bahwa
basmalah merupakan bagian dari al-Fatihah, namun Madzhab al-Hanbali berpendapat
bahwa basmalah dibaca sirr oleh imam ketika shalat jarh. Hal ini sebagaimana
perkataan al-Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi rahimahullah, beliau berkata:
مسألة : قال : ويبتدئها ببسم الله الرحمن الرحيم وجملة
ذلك أن قراءة بسم الله الرحمن الرحيم مشروعة في الصلاة في أول الفاتحة، وأول كل سورة
في قول أكثر أهل العلم
“Masalah: Beliau berkata: Dan memulainya dengan bismillahir rahmanir
rahiim. Maka membacanya masyru' di dalam shalat pada awal al-Fatihah dan awal
tiap surat, menurut pendapat kebanyakan ahli ilmu.”[12]
مسألة : قال : ولا يجهر بها يعني بسم الله الرحمن الرحيم
ولا تختلف الرواية عن أحمد أن الجهر بها غير مسنون
“Masalah: Beliau berkata: Dan tidak menjaharkannya (bismillahri rahmanir
rahiim). Tidak ada perbedaan riwayat dari al-Imam Ahmad bahwa menjaharkan tidak
disunnahkan.”[13]
Dari segi pendalilan maka pendapat
yang rajih adalah bahwasanya basmalah merupakan bagian dari al-Fatihah
sebagaimana hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang
diriwayatkan oleh Imam ad-Daruquthni rahimahullah yang menjelaskan
mengenai hal tersebut. Semoga Allah
memudahkan kita dalam memahaminya. Wa shallallahu ‘alaa sayyidina Muhammad,
wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
Referensi
- al-Imam Abu Ishaq Ibrahim bin Ali bin Yusuf asy-Syairazi. al-Muhadzdzab fii Fiqh al-Imam asy-Syafi’i. 1412 H. Dar al-Qalam Damaskus.
- al-Imam Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah al-Maqdisi. al-Mughni. 1417 H. Dar ‘Alam al-Kutub Riyadh.
- al-Imam Ahmad bin Muhammad bin Salamah ath-Thahawi. Syarh Ma’ani al-Atsar. 1414 H. ‘Alim al-Kutub Beirut.
- al-Imam Ali bin Umar ad-Daruquthni. Sunan ad-Daruquthni. 1422 H. Dar al-Ma’rifah Beirut.
- al-Imam Malik bin Anas bin Malik. al-Mudawwanah al-Kubra. 1415 H. Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah Beirut.
- al-Imam Muhammad bin Ibrahim bin al-Mundzir. al-Ausath fii as-Sunan wa al-Ijma’ wa al-Ikhtilaf. 1405 H. Dar Thayyibah Riyadh.
- al-Imam Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi. Shahih Muslim. 1419 H. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
- al-Imam Yahya bin Syaraf an-Nawawi. Raudhah ath-Thalibin wa ‘Umdah al-Muftin. 1412 H. al-Maktab al-Islami Beirut.
- asy-Syaikh Abdul Hamid asy-Syarwani dan as-Syaikh Ahmad bin Qasim al-‘Ibadi. Hawasyi Tuhfah al-Muhtaj bi Syarh al-Minhaj. 1357 H. al-Maktabah at-Tijariyah al-Kubra.
- asy-Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani al-Jawi. Kasyifah as-Saja Syarh Safinah an-Naja. 1432 H. Dar Ibn Hazm Beirut.
0 Comment for "Apakah Basmalah Termasuk Ayat dalam al-Fatihah?"