“Setiap perkara yang tidak dimulai dengan ‘Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang’, maka dia akan
terpotong (terputus berkahnya).” (HR. al-Ghazali dalam Ihya ‘Ulum ad-Din, Juz 1
hal. 207)
Pada kesempatan kali ini, penulis
akan membahas mengenai keutamaan atau fadhilah Basmalah. Kalimat
بسم الله merupakan
kalimat yang tersusun dari jar majrur. Jar majrur pada umumnya harus memiliki
ta’alluq (keterkaitan atau hubungan) dengan kata yang tersembunyi sebelumnya
atau setelahnya, karena keduanya adalah ma’mul (معمول). Sedang
setiap ma’mul (معمول) pasti memiliki ‘amil (عامل). Jar
majrur dalam kalimat بسم memiliki keterkaitan dengan kata kerja tersembunyi
sebelumnya atau setelahnya mengikuti jenis pekerjaan yang sedang dilakukan. Kalimat Basmalah sendiri memiliki banyak keutamaan, dianataranya:
1.
Memulai dengan Basmalah adalah
bentuk Ittiba’ kepada al-Qur’an dan Sunnah Para Nabi dan Ulama
asy-Syaikh Salim bin Sumair
al-Hadhrami rahimahullah memulai kitab Matan
Safinah an-Najah dengan بسم الله
الرحمن الرحيم karena beliau ingin berittiba’ kepada al-Qur’an dan
para ulama yang memulai kitab-kitab mereka dengan kalimat بسم الله
الرحمن الرحيم. Selain itu juga beliau ingin mengikuti
apa yang di contohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
juga para Nabi sebelumnya ketika mereka menulis surat-surat yang ditunjukan
kepada para raja dan penguasa mereka mengawali surat dengan kalimat بسم الله
الرحمن الرحيم, sebagaimana surat yang dikirimkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Raja Heraklius yang
diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau
meriwayatkan isi surat Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada
Raja Heraklius sebagai berikut:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ، مِنْ مُحَمَّدٍ
عَبْدِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى هِرَقْلَ عَظِيمِ الرُّومِ : سَلاَمٌ عَلَى مَنِ
اتَّبَعَ الهُدَى ، أَمَّا بَعْدُ ، فَإِنِّي أَدْعُوكَ بِدِعَايَةِ الإِسْلاَمِ ،
أَسْلِمْ تَسْلَمْ ، يُؤْتِكَ اللَّهُ أَجْرَكَ مَرَّتَيْنِ ، فَإِنْ تَوَلَّيْتَ
فَإِنَّ عَلَيْكَ إِثْمَ الأَرِيسِيِّينَ : وَ يَا أَهْلَ الكِتَابِ تَعَالَوْا
إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَنْ لاَ نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ
وَلاَ نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلاَ يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ
دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari
Muhammad, hamba Allah dan utusan-Nya kepada Heraklius, pembesar Romawi:
Keselamatan kepada siapa saja yang mengikuti petunjuk, amma ba’du. Maka
sesungguhnya saya mengajak anda dengan seruan Islam, masuklah Islam niscaya
anda akan selamat. Allah akan memberikan pahala kepada-Mu dua kali. Jika Anda
berpaling (tidak menerima) maka Anda menanggung semua dosa kaum Arisiyyin. “Hai
Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada
perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan
tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita
menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah Jika mereka berpaling
maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang
berserah diri (kepada Allah).”[1].”[2]
Begitu juga surat Nabi Sulaiman ‘alaihis
salam yang ditujukan kepada penguasa Saba’ sebagaimana disebutkan dalam
ayat:
إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
“Sesungguhnya (surat) itu dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: “Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”[3]
2.
Dalam Basmalah terdapat Berkah
asy-Syaikh Salim bin Sumair
al-Hadhrami rahimahullah pun memulai kitabnya dengan kalimat بسم الله
الرحمن الرحيم karena beliau ingin bertabarruk atau ngalap berkah,
dalil yang menjadi landasan dalam hal ini adalah sebuah hadits yang sangat
masyhur. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لَا يُبْدَأُ فِيْهِ بِبِسْمِ
اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ فَهُوَ أَبْتَرُ
“Setiap perkara yang tidak dimulai dengan ‘Dengan menyebut nama Allah Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang’, maka dia akan terpotong (terputus
berkahnya).”[4]
Namun maksud dari lafazh Bal (بال) pada
hadits diatas adalah perkara yang mulia dan agung atau kondisi atau perkara
penting yang perlu diperhatikan dalam pandangan syariat. Sebagaimana penjelasan
asy-Syaikh Nawawi al-Bantani rahimahullah, beliau berkata:
والبال الشرف والعظمة أو الحال ، والشأن الذي يهتم به
شرعاً ، ومعنى الاهتمام به طلبه أو إباحته بأن لا يكون محرماً لذاته ولا مكروهاً
لذاته ، لكن لا تطلب البسملة على محقرات الأمور ككنس زبل ولا تطلب للذكر المحض
كالتهليل
“al-Bal adalah hal yang mulia dan agung, atau kondisi dan perkara penting
yang perlu diperhatikan dalam pandangan syariat. Arti diperhatikan dengan
perkara itu adalah menuntut perkara itu atau diperbolehkan perkara itu,
seumpama bentuk perkara itu bukan sesuatu yang diharamkan pada zatnya, dan
tidak dimakruhkan pada dzatnya. Akan tetapi tidak dianjurkan membaca basmalah
pada beberapa perkara yang hina seperti menyapu kotoran hewan, dan tidak pula
dianjurkan pada dzikiran yang murni, seperti tahlil.”[5]
3.
Kalimat Basmalah dapat
melindungi dari Gangguan Setan dalam berbagai Perkara
Selain itu, lafazh basmalah pun
memiliki berbagai manfaat seperti perlindungan dari setan dalam berbagai
perkara seperti makan, masuk kamar mandi, berhubungan badan dan menjaga rumah,
sebagaimana sabda-sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berikut:
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ
تَعَالَى فَإِنْ نَسِىَ أَنْ يَذْكُرَ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى فِى أَوَّلِهِ
فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ
“Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia menyebut
nama Allah ta’ala. Jika ia lupa untuk menyebut nama Allah ta’ala di awal,
hendaklah ia mengucapkan: “Bismillahi awwalahu wa akhirahu (dengan nama Allah
pada awal dan akhirnya)”.”[6]
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَيَسْتَحِلُّ الطَّعَامَ الَّذِى
لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ
“Sesungguhnya setan dibolehkan makan makanan yang tidak dibacakan nama
Allah ketika hendak dimakan.”[7]
لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ
إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِىَ أَهْلَهُ قَالَ :
بِاسْمِ اللَّهِ ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا
رَزَقْتَنَا ، فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِى ذَلِكَ لَمْ يَضُرَّهُ
شَيْطَانٌ أَبَدًا
“Jika salah seorang dari kalian (suami) ketika ingin
menggauli istrinya, dan dia membaca doa: “Bismillahi, Allahumma jannibnas
syaithana wa jannibis syaithana maa razaqtana” (dengan nama Allah, Ya Allah,
jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari anak yang Engkau berikan
kepada kami), kemudian jika Allah menakdirkan (lahirnya) anak dari hubungan
intim tersebut, maka setan tidak akan bisa mencelakakan anak tersebut
selamanya.”[8]
سَتْرُ مَا بَيْنَ أَعْيُنِ الجِنِّ
وَعَوْرَاتِ بَنِي آدَمَ : إِذَا دَخَلَ أَحَدُهُمُ الخَلَاءَ ، أَنْ يَقُولَ : بِسْمِ
اللَّهِ
“Penghalang antara mata jin dengan aurat bani Adam, apabila kalian masuk
kamar kecil, ucapkanlah bismillah.”[9]
Dan juga masih banyak lagi
riwayat-riwayat shahih yang menjelaskan bahwa basmalah dapat melindungi
seseorang dari gangguan setan.
4.
Basmalah merupakan syarat
halalnya binatang sembelihan
Basmalah pun menjadi syarat binatang
sembelihan menjadi halal, jika seseorang menyembelih binatang tanpa mengucapkan
basmalah baik sengaja maupun lupa, maka sembelihannya batal dan dagingnya
menjadi haram. Dalil yang melandasi akan hal ini adalah firman Allah subhanahu
wa ta’ala:
وَلَا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ
عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ
“Janganlah
kalian makan (hewan) yang tidak disebutkan nama Allah ketika menyembelihnya.
Itu sesuatu yang fasik (tidak halal).”[10]
Demikianlah pembahasan mengenai keutamaan atau fadhilah basmalah. Sesungguhnya masih banyak sekali keutamaan membaca basmalah ini yang tidak
bisa penulis tuliskan dalam artikel ini. Semoga dengan sedikit yang penulis tuliskan dapat memicu kita semua untuk senantiasa
mengawali segala aktivitas kita sehari-hari dengan membaca basmalah. Wa
shallallahu ‘alaa sayyidina Muhammad, wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
Referensi
- al-Qur’an al-Karim
- al-Imam Abu Dawud Sulaiman bin al-Asyats as-Sijistani. Sunan Abu Dawud. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
- al-Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali. Ihya ‘Ulum ad-Din. Tashwir Maktabah Karya Thaha Putra Semarang.
- al-Imam Muhammad bin Isa bin Saurah at-Tirmidzi. Jami’ at-Tirmidzi. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
- al-Imam Muhammad bin Ismail al-Bukhari. Shahih al-Bukhari. 1419 H. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
- al-Imam Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi. Shahih Muslim. 1419 H. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
- asy-Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani al-Jawi. Kasyifah as-Saja Syarh Safinah an-Naja. 1432 H. Dar Ibn Hazm Beirut.
- asy-Syaikh Salim bin Sumair al-Hadhrami. Matnu Safinah an-Najah fii Maa Yajibu ‘Ala al-Abdi li Maulah. 1430 H. Dar Ibn Hazm Beirut.
0 Comment for "Keutamaan Basmalah"