Makna Hamdalah

“Allah ta’ala adalah pemilik semua pujian yang diungkapkan oleh semua hamba-Nya.” (Tafsir al-Jalalain, hal. 2)


Melanjutkan pembahasan kitab Matan Safinah an-Najah karya asy-Syaikh Salim bin Sumair al-Hadhrami rahimahullah, pada kesempatan kali ini penulis akan menjelaskan mengenai makna kalimat Hamdalah pada Muqadimah Matan Safinah an-Najah. asy-Syaikh Salim bin Sumair al-Hadhrami rahimahullah berkata dalam Muqadimah Matan Safinah an-Najah:

بسم الله الرحمن الرحيم .
الحمد لله رب العالمين ، وبه نستعين على أمور الدنيا والدين ، وصلى الله وسلم على سيدنا محمد خاتم النبيين ، وآله وصحبه أجمعين ، ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم .

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Segala puji milik Allah Rabb semesta alam. Dengan-Nya kami meminta pertolongan dalam urusan dunia dan agama. Semoga shalawat dan salam Allah atas tuan kita Muhammad penutup para Nabi, keluarganya, dan Sahabatnya semua. Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan dari Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Mulia.”[1]

(الحمد لله)

            as-Sayyid Ahmad bin Umar asy-Syathiri rahimahullah berkata:

الحمد لغة هو الثناء باللسان على الجميل الإختيارى ، وعرفاً فعل ينبىء عن تعظيم المنعم من حيث كونه منعماً على الحامد أو غيره .

“(al-Hamd) secara bahasa adalah pujian dengan lisan atas suatu hal baik yang dilakukan tanpa paksaan, dan secara istilah adalah perbuatan yang menunjukan keagungan pemberi nikmat, baik nikmat tersebut diterima oleh orang yang memujinya atau selainnya.”[2]

asy-Syaikh Nawawi al-Bantani rahimahullah berkata:

الحمد أي الثناء بالكلام على الجميل الاختياري مع جهة التبجيل والتعظيم سواء كان في مقابلة نعمة أم لا مستحق لله .

“(al-Hamd) yakni pujian dengan ucapan atas suatu hal yang baik yang dilakukan tanpa paksaan disertai tujuan memuliakan dan mengagungkan, sama saja keadaan pujian tersebut dalam hal merespon terhadap kenikmatan atau tidak adalah menjadi hak (bagi Allah).”[3]

al-Imam Jalaluddin al-Mahalli rahimahullah berkata:

الحمد ﺟﻤﻠﺔ ﺧﺒﺮﻳﺔ ﻗﺼﺪ ﺑﻬﺎ ﺍﻟﺜﻨﺎﺀ ﻋﻠﻰ ﺑﻤﻀﻤﻮﻧﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﺎﻟﻚ ﻟﺠﻤﻴﻊ ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻣﻦ ﺍﻟﺨﻠﻖ ﺃﻭ ﻣﺴﺘﺤﻖ ﻷﻥ ﻳﺤﻤﺪﻭﻩ ، ﻭﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻌﺒﻮﺩ ﺑﺤﻖ .

“(al-hamdu lillah) merupakan kalimat khabar yang maksudnya sebagai ungkapan pujian kepada Allah berikut pengertian yang terkandung di dalamnya yaitu bahwasanya Allah ta’ala adalah pemilik semua pujian yang diungkapkan oleh semua hamba-Nya atau makna yang dimaksud adalah bahwasanya Allah ta’ala itu adalah Dzat yang harus mereka puji. Dan Allah merupakan nama bagi Dzat yang berhak untuk disembah.”[4]

            Kalimat al-Hamdu (الحمد) merupakan isim marfu’ dengan tanda rafa’nya adalah dhammah. Kedudukannya sebagai mubtada’. al-Hamdu (الحمد) merupakan isim ma’rifat yang diawali dengan Alif Lam yang berfungsi sebagai istighraq yang memiliki makna segala, sehingga makna al-Hamdu (الحمد) adalah segala pujian. Sedangkan kalimat Lillahi (لله) merupakan jar majrur dan kedudukannya adalah khabar dari al-Hamdu (الحمد), huruf jar Lam pada lafazh jalalah memiliki makna tamlik atau kepemilikan, sehingga makna dari al-Hamdulillah (الحمد لله) berarti segala pujian hanya milik Allah, sehingga segala pujian, apapun bentuknya dari siapa pun dan untuk siapa pun pada hakikatnya adalah pujian untuk Allah subhanahu wa ta’ala. Maka dari itu disunnahkan sebelum kita memuji seseorang maka hendaklah memuji Allah subhanahu wa ta’ala terlebih dahulu.

(رب العالمين)

            as-Sayyid Ahmad bin Umar asy-Syathiri rahimahullah berkata:

الرب مهناه المالك ، وله معان غير هذا . العالمون هم الإنس والجن والملائكة .

“(ar-Rabb) adalah Pemilik, dan dia memiliki banyak makna selain makna itu. (al-‘Alamuun) mereka adalah manusia, jin dan malaikat.”[5]

al-Imam Jalaluddin al-Mahalli rahimahullah berkata:

ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ ﺃﻱ ﻣﺎﻟﻚ ﺟﻤﻴﻊ ﻟﺨﻠﻖ ﻣﻦ ﺍﻹﻧﺲ ﻭﺍﻟﺠﻦ ﻭﺍﻟﻤﻼﺋﻜﺔ ﻭﺍﻟﺪﻭﺍﺏ ﻭﻏﻴﺮﻫﻢ ﻭﻛﻞ ﻣﻨﻬﺎ ﻳﻄﻠﻖ ﻋﻠﻴﻪ ﻋﺎﻟﻢ ، ﻳﻘﺎﻝ ﻋﺎﻟﻢ ﺍﻹﻧﺲ ﻭﻋﺎﻟﻢ ﻦ ﺇﻟﻰ ﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ ، ﻭﻏﻠﺐ ﻓﻲ ﺟﻤﻌﻪ ﺑﺎﻟﻴﺎﺀ ﻭﺍﻟﻨﻮﻥ ﻟﻲ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﻏﻴﺮﻫﻢ ﻭﻫﻮ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻼﻣﺔ ﻷﻧﻪ ﻋﻼﻣﺔ ﻋﻠﻰ ﻣﻮﺟﺪﻩ

“(Rabb al-‘Alamiin) maksudnya adalah Allah adalah yang memiliki pujian semua makhluk-Nya, yaitu terdiri dari manusia, jin, malaikat, hewan-hewan melata dan lain-lainnya. Dan setiap dari mereka disebut alam. Oleh karenanya ada alam manusia, alam jin dan lain sebagainya. Lafal al-‘Alamiin merupakan bentuk jamak dari lafal ‘alam, yaitu dengan memakai huruf ya dan huruf nun untuk menekankan makhluk berakal atas yang lainnya. Kata ‘alam berasal dari kata ‘alamah (tanda) mengingat ia adalah tanda bagi adanya yang menciptakannya.”[6]

Rabb (ربّ) kedudukannya merupakan badal dari Allah (الله) dan kedudukannya juga sebagai mudhaf. Lafazh Rabb (ربّ) merupaka isim a’zam yang bermakna pemilik, pengatur, penjaga dan lainnya yang menunjukan kekuasaan mutlak dalam mengatur dan menjaga alam semesta, dan lafazh Rabb (ربّ) tidak digunakan untuk selain Allah subhanahu wa ta’ala kecuali jika lafazh Rabb (ربّ) ini dimudhafkan, misalnya dimudhafkan dengan kalimat ad-Dar (الدار) yang bermakna rumah. Maka kalimat Rabb ad-Dar (ربّ الدار) bermakna pemilik rumah dan pemilik rumah bisa saja yang dimaksud adalah seorang manusia. Sedangkan lafazh al-‘Alamiin (العالمين) merupakan isim majrur karena kedudukannya sebagai mudhaf ilaih. Lafazh al-‘Alamiin (العالمين) bentuk marfu’nya adalah al-‘Alamuun (العالمون) yang merupakan bentuk jamak dari lafazh ‘alam (ﻋﺎﻟﻢ). al-‘Alamiin (العالمين) berarti segala sesuatu selain Allah subhanahu wa ta’ala atau seluruh makhluk tercakup didalamnya manusia, jin, malaikat dan hewan-hewan. Sehingga makna Rabb al-‘Alamiin (ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ) adalah Allah pemilik, pengatur dan penjaga seluruh makhluk-Nya.

            Demikianlah penjelasan ringkas mengenai makna Hamdalah. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memudahkan kita dalam memahaminya. Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ


[1] Matan Safinah an-Najah, hal. 15
[2] Nail ar-Raja’, hal. 5
[3] Kasyifah as-Saja’, hal. 28
[4] Tafsir al-Jalalain, hal. 2
[5] Nail ar-Raja’, hal. 5
[6] Tafsir al-Jalalain, hal. 2


Referensi

  • as-Sayyid Ahmad bin Umar asy-Syathiri. Nail ar-Raja’ bi Syahr Safinah an-Naja’. 1392 H. Mathba’ah al-Madani Kairo.
  • asy-Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani al-Jawi. Kasyifah as-Saja Syarh Safinah an-Naja. 1432 H. Dar Ibn Hazm Beirut.
  • asy-Syaikh Salim bin Sumair al-Hadhrami. Matnu Safinah an-Najah fii Maa Yajibu ‘Ala al-Abdi li Maulah. 1430 H. Dar Ibn Hazm Beirut.
  • al-Imam Jalaluddin Muhammad bin Ahmad al-Mahalli dan al-Imam Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar as-Suyuthi. Tafsir al-Jalalain. 1422 H. Dar al-Hadits Kairo.

0 Comment for "Makna Hamdalah"

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top