Makna Shalawat

Abu al-Aliyah berkata, “Shalawat Allah maksudnya adalah pujian-Nya terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di hadapan para malaikat, sedangkan shalawat malaikat maksudnya adalah doa.” (Shahih al-Bukhari, hal. 937)


Melanjutkan pembahasan kitab Matan Safinah an-Najah karya asy-Syaikh Salim bin Sumair al-Hadhrami rahimahullah, pada kesempatan kali ini penulis akan membahas mengenai makna Shalawat serta Salam yang tertulis pada Muqadimah Matan Safinah an-Najah. asy-Syaikh Salim bin Sumair al-Hadhrami rahimahullah berkata dalam Muqadimah Matan Safinah an-Najah:

بسم الله الرحمن الرحيم .
الحمد لله رب العالمين ، وبه نستعين على أمور الدنيا والدين ، وصلى الله وسلم على سيدنا محمد خاتم النبيين ، وآله وصحبه أجمعين ، ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم .

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Segala puji milik Allah Rabb semesta alam. Dengan-Nya kami meminta pertolongan dalam urusan dunia dan agama. Semoga shalawat dan salam Allah atas tuan kita Muhammad penutup para Nabi, keluarganya, dan Sahabatnya semua. Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan dari Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Mulia.”[1]

(وصلى الله وسلم)

Shalawat (صلوات) secara bahasa merupakan bentuk jamak dari kata shalat (صلاة) yang berarti doa atau ibadah. Dan salam (سلم) secara bahasa bermakna selamat, menyambut atau memberi hormat. Sedangkan dalam hal ini, yang dimaksud dengan shalawat dan salam menurut penjelasan ulama adalah sebagai berikut:

as-Sayyid Ahmad bin Umar asy-Syathiri rahimahullah berkata:

الصلاة هي العطف ، ثم إن كانت من الله فرحمة ، أو من الملائكة فاستغفار ، أو من الآدمين فتضرع ودعاء ، والسلام التحية .

“(Shalawat) adalah kasih sayang, kemudian jika shalawat itu dari Allah maka berupa rahmat, atau jika dari malaikat maka berupa istighfar atau jika dari manusia maka berupa munajat dan doa. (salam) adalah penghormatan.”[2]

asy-Syaikh Nawawi al-Bantani rahimahullah berkata:

وصلى الله أي زاده الله عطفا وتعظيما وسلم أي زاده الله تحية عظمى بلغت الدرجة القصوى .

“(Dan semoga Allah mencurahkan shalawat) yakni semoga Allah menambahkan bagi beliau kasih-sayang dan pengagungan. (dan memberi keselamatan) yakni semoga Allah menambahkan bagi beliau akan penghormatan yang besar, yang mencapai tingkatan maksimal.”[3]

            al-Imam al-Bukhari rahimahullah berkata:

قال أبو العالية صلاة الله ثناؤه عليه عند الملائكة ، وصلاة الملائكة الدعاء . وقال ابن عباس يصلون يبركون .

“Abu al-Aliyah berkata, “Shalawat Allah maksudnya adalah pujian-Nya terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di hadapan para malaikat, sedangkan shalawat malaikat maksudnya adalah doa.” Dan Ibnu Abbas berkata, “malaikat bershalawat maksudnya adalah para malaikat memohonkan berkah untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”[4]

al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah mengenai surat al-Ahzab ayat 56 yang membahas mengenai shalawat, beliau berkata:

المقصود من هذه الآية أن الله سبحانه وتعالى أخبر عباده بمنزلة عبده ونبيه عنده في الملأ الأعلى بأنه يثني عليه عند الملائكة المقربين وأن الملائكة تصلي عليه ثم أمر الله تعالى أهل العالم السفلي بالصلاة والتسليم عليه ليجتمع الثناء عليه من أهل العالمين العلوي والسفلي جميعا .

“Maksud ayat ini adalah bahwa Allah subhanahu wa ta’ala mengabarkan kepada hamba-hamba-Nya tentang kedudukkan seorang hamba dan Nabi-Nya di sisi-Nya di alam tinggi. Yaitu Allah memujinya di sisi para malaikat muqarrabiin, dan para malaikat pun bershalawat kepadanya. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan penduduk alam bawah (bumi) untuk mengucapkan shalawat dan salam kepadanya, agar menyatu antara pujian yang di alam atas dan penghuni alam bawah seluruhnya.”[5]

al-Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata:

الصلاة من الله رحمته ورضوانه ، ومن الملائكة الدعاء والاستغفار ومن الأمة الدعاء والتعظيم لأمره .

“Shalawat Allah atas beliau adalah rahmat dan ridha-Nya, adapun shalawat dari malaikat adalah do’a dan istighfar, sedangakan shalawat dari umatnya adalah do’a dan menghormati serta mengagungkan perintahnya.”[6]

al-Imam Jalaluddin as-Suyuthi rahimahullah berkata:

و أخرج ابن مردوية عن ابن عباس في الآية قال إن صلوات الله على النبي هي مغفرته، إن الله لا يصلي ولكن يغفر ، وأما صلاة الناس على النبي فهي الاستغفار .

“Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengenai ayat ini, Ibnu Abbas berkata, “Sesungguhnya shalawat Allah kepada Nabi adalah pengampunan-Nya, karena sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala tidak berdo’a melainkan mengampunkan. Adapun shalawat manusia atas Nabi adalah istighfar.”[7]

            Jika dilihat dari berbagai penjelasan dan definisi para ulama diatas, maka makna shalawat yang paling baik adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Abu al-Aliyah rahimahullah yaitu bahwa shalawat dari Allah adalah pujian-Nya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dihadapan para malaikat yang terdekat dengan-Nya. Seandainya shalawat dari Allah ini ditafsirkan dengan doa agar Allah subhanahu wa ta’ala memberikan rahmat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka ini pendapat yang lemah karena hakikatnya rahmat dapat didoakan kepada setiap orang yang beriman sebagaimana kesepakatan para ulama yang membolehkan ucapan rahimahullah (semoga Allah merahmatinya), akan tetapi para ulama berselisih pendapat akan kebolehan mengucapkan shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada setiap orang dan pendapat yang paling rajih adalah tidak diperbolehkan. Maka hal ini menunjukan bahwa shalawat itu tidak sama dengan doa agar diberi rahmat. Hal ini pun dikuatkan kembali dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala:

أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ .

“Mereka itulah yang mendapat shalawat dan rahmat dari Rabb mereka.”[8]

Pada ayat diatas terdapat huruf wau (و) athaf yang menunjukan perbedaan antara shalawat dan rahmat.

Sedangkan shalawat malaikat maksudnya adalah doa sebagaimana yang dikemukakan oleh ­­­­Abu al-Aliyah rahimahullah, dalil yang melandasi akan hal ini adalah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الْمَلاَئِكَةُ تُصَلِّى عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِى مُصَلاَّهُ الَّذِى صَلَّى فِيهِ ، مَا لَمْ يُحْدِثْ ، تَقُولُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ .

“Para malaikat akan mendoakan salah seorang di antara kalian selama ia tetap berada di tempat shalatnya, selama ia tidak berhadats. Malaikat mengucapkan, “Ya Allah, ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah dia.”[9]

Adapun salam maknanya adalah penghormatan yakni semoga Allah menambahkan bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akan penghormatan yang besar, yang mencapai tingkatan maksimal. Demikianlah pembahasan mengenai makna shalawat dan salam. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memudahkan kita dalam memahaminya. Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ


[1] Matan Safinah an-Najah, hal. 15
[2] Nail ar-Raja’, hal.6
[3] Kasyifah as-Saja’, hal. 29
[4] Shahih al-Bukhari, hal. 937
[5] Tafsir al-Qur’an al-Azhim, Juz 6 hal. 457
[6] al-Jami’ li Ahkam al-Qu’an, Juz 17 hal. 214
[7] Tafsir ad-Dur al-Mantsur, Juz 12 hal. 117
[8] QS. al-Baqarah [2] : 157
[9] HR. al-Bukhari no. 445


Referensi

  • al-Qur’an al-Kariim.
  • al-Hafizh Ismail bin Umar bin Katsir al-Qurasyi ad-Dimsyaqi. Tafsir al-Qur’an al-Azhim (Tafsir Ibnu Katsir). 1420 H. Dar Thayyibah Riyadh.
  • al-Imam Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar as-Suyuthi. ad-Dur al-Mantsur fi at-Tafsir bi al-Ma’tsur. 1424 H. Markaz Hijr li al-Buhuts wa ad-Dirasah al-‘Arabiyyah wa al-Islamiyyah Kairo.
  • al-Imam Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar al-Qurthubi. al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an (Tafsir al-Qurthubi). 1427 H. Mu’asasah ar-Risalah Beirut.
  • al-Imam Muhammad bin Ismail al-Bukhari. Shahih al-Bukhari. 1419 H. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
  • as-Sayyid Ahmad bin Umar asy-Syathiri. Nail ar-Raja’ bi Syahr Safinah an-Naja’. 1392 H. Mathba’ah al-Madani Kairo.
  • asy-Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani al-Jawi. Kasyifah as-Saja Syarh Safinah an-Naja. 1432 H. Dar Ibn Hazm Beirut.
  • asy-Syaikh Salim bin Sumair al-Hadhrami. Matnu Safinah an-Najah fii Maa Yajibu ‘Ala al-Abdi li Maulah. 1430 H. Dar Ibn Hazm Beirut.

0 Comment for "Makna Shalawat"

Rasulullah bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top