“Sungguh
telah kafirlah
orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya
Allah adalah salah
satu dari
Tuhan yang
tiga”, Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. jika
mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang
kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” (QS. Al-Maidah [5] :
73)
Ada
beberapa landasan penting dalam ajaran agama Nashrani, salah satunya yang
paling pokok adalah doktrin trinitas atau disebut juga tritunggal, ini
merupakan doktrin yang wajib diimani oleh para penganut Nashrani (baik itu
Katholik, Protestan maupun Ortodoks) karena ini adalah tonggak ajaran ketuhanan
bagi mereka.
Namun
jika kita bandingkan dengan ajaran Islam di mana landasan utamanya (masalah
aqidah), khususnya yang berkenaan dengan Uluhiyyah sangatlah jelas dan mudah
dipahami, dalil-dalinya tak terhitung banyaknya baik dalam Al-Qur’an maupun
hadits. Namun tidak demikian adanya dalam agama Nashrani, justru pada doktrin
ketuhananlah yang paling sulit untuk dipahami dan dicerna. Padahal seharusnya
ini tidak boleh terjadi karena ketuhanan adalah pondasi yang paling dasar yang
dibangun diatasnya ajaran-ajaran lain.
Apa
itu Doktrin Trinitas?
Di
dalam kamus kitab muqaddas, trinitas didefinisikan sebagai berikut: beriman
pada Tuhan yang satu Bapa, Anak (Yesus Kristus) dan Roh Kudus, Tuhan yang satu,
zat yang satu pula, dan kesemunya adalah sama dalam hal kekuasaan, kekuatan dan
kemulyaan.
Penting
untuk diketahui bahwa doktrin trinitas bukanlah ajaran asli Nashrani, karena
ajaran asli Nashrani adalah ajaran tauhid yang dibawa oleh Nabi Isa ‘alaihis salam yang menyeru bani Israel
untuk beribadah hanya kepada Allah semata dan tidak menyekutukannya, sama
seperti ajaran yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul sebelumnya.
Masuknya
konsep trinitas ke dalam agama Nashrani berasal dari “ajaran paganism” yang telah
ada pada saat itu baik di barat maupun di timur, dan tidak bisa dipungkiri pula
bahwa ajaran filsafat yunani pagan juga memiliki andil dalam merusak kemurnian
agama Nashrani.
Adapun
secara resmi trinitas menjadi doktrin Nashrani secara bertahap jauh setelah
masa Nabi Isa ‘alaihis salam, dimulai
dari konsili nicea pertama pada tahun 325 M, yang diadakan untuk menyelesaikan
perpecahan di antara kaum Nashrani sendiri tentang hakikat Yesus kristus,
apakan ia hanya seorang Rasul (utusan Allah) ataukah memiliki sifat ketuhanan.
Dan akhirnya konsili ini memutuskan bahwa Yesus bukanlah ciptaan melainkan
memiliki substansi yang sama dengan Tuhan Bapa, kemudian beberapa tahun
setelahnya tepatnya tahun 381 M diadakan konsili konstatinopel pertama, di sana
salah satu keputusannya adalah Roh kudus juga memiliki substansi ketuhanan, nah
dengan ini maka lengkaplah ajaran trinitas kristiani, Tuhan bapa, anak dan roh
kudus. Sehingga kesimpulannya adalah Yesus Kristus dan Roh kudus diangkat
menjadi Tuhan berdasarkan hasil musyawarah di antara para pembesar agama
Nashrani. Di sini timbullah petanyaan besar di benak kita, bagaimana mungkin
dasar utama aqidah keimanan yang seharusnya menjadi wewenang Allah untuk
menjelaskannya ditetapkan berdasarkan hasil musyawarah manusia?
Al-Qur’an
Menyeru Kaum Nashrani dan Membantah Trinitas
Agama
Nashrani adalah agama yang ajarannya telah banyak dirubah dan diselewangkan
dari asalnya ditambah dengan ajaran-ajaran yang berasal dari luar nasharaniyah dan
dimasukan ke dalamnya, sehingga ia semakin jauh dan tenggelam ke dalam
kesesatan.
Trinitas
sendiri adalah ajaran syirik dan kufur, banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang
membantah ajaran sesat Nashrani, dan menyeru mereka untuk kembali kefitrah dan
mengikuti agama yang haq agama Islam, diantaranya firman Allah subhanahu
wa ta’ala:
يَا
أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ
إِلَّا الْحَقَّ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ
وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ
وَرُسُلِهِ وَلَا تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ إِنَّمَا اللَّهُ
إِلَهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ
وَمَا فِي الْأَرْضِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلًا
“Wahai
ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu
mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al-Masih, Isa putera
Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang
disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka
berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan:
“(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari Ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu.
Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa, Maha suci Allah dari mempunyai anak,
segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. cukuplah Allah menjadi
Pemelihara.” (QS. An-Nisa’ [4] : 171)
Al-Qur’an
juga telah menegaskan kufurnya doktrin trinitas ini, dan mengacam para
penganutnya dengan azab yang pedih, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
لَقَدْ
كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ
إِلَّا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Sungguh
telah kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya Allah adalah salah
satu dari Tuhan yang tiga”, Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari
Tuhan yang Esa. jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu,
pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.”
(QS. Al-Maidah [5] : 73)
Dalam
ayat lain, Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman:
لَقَدْ
كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ
“Sesungguhnya
telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah itu ialah Al masih
putera Maryam.” (QS. Al-Maidah [5] : 17)
Bahkan
Nabi Isa ‘alaihis salam sendiri telah
berlepas diri dari kekufuran dan kesesatan orang-orang Nashrani sebagaimana
dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala:
وَإِذْ
قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي
وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ
أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ
مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ
الْغُيُوبِ
“Dan
(ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, Adakah kamu
mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain
Allah?”. Isa menjawab: “Maha suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa
yang bukan hakku (mengatakannya). jika aku pernah mengatakan Maka tentulah
Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang
ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui perkara yang
ghaib-ghaib.” (QS. Al-Maidah [5] : 116)
Bagaimana
dengan Al-Kitab?
Yang
pertama sekali harus kita yakini berkenaan dengan Al-Kitab adalah bahwasanya
kitab suci baik itu Taurat maupun Injil tidaklah terjamin keasliannya
sebagaimana diturunkan kepada Nabi Musa dan Isa ‘alaihimas salam, Allah ta’ala tidak memberikan jaminan penjagaan
keduanya dari perubahan sebagaimana pada Al-Qur’an. Allah ta’ala sendiri telah
mengabarkan bahwa para ahli kitab telah melakukan perubahan pada Al-Kitab baik
berupa tambahan maupun pengurangan, sehingga sering ditemukan kontradiksi
antara ayat yang satu dengan yang lain, Rasulullah shallallah alaihi wa sallam
memberi kita petunjuk bagaimana menyikapi alkitab dalam sabdanya, “Bila datang
ahli kitab memberi kabar kepada kalian (tentang Al-Kitab) maka janganlah kalian
percayai ataupun kalian dustai, tapi katakanlah kami beriman kepada Allah dan
Rasuln-Nya.” (HR. Abu Dawud)
Yang
kedua bahwasanya seluruh kitab suci sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah
mansukh (terhapus) sehingga tidak lagi menjadi pedoman setelah turunnya
Al-Qur’an.
Mari
kita kembali ke pokok bahasan kita, Al-Kitab yang diimani oleh orang-orang
Nashrani terdiri dari dua bagian, pertama adalah perjanjian lama yakni Taurat
yang terdiri dari banyak kitab, dan Taurat juga merupakan kitab suci bagi kaum
yahudi, sedangkan bagian kedua adalah perjanjian baru yakni Injil yang juga
terdiri dari beberapa kitab.
Di
dalam perjanjian lama (Taurat), tidak ada satu pun nash yang jelas yang
menjelaskan atau menyeru kepada ajaran trinitas, bahkan perjanjian lama tidak
pernah mengajarkan doktrin trinitas, bukti yang paling jelas adalah tidak
adanya satupun orang yahudi yang beriman pada doktrin ini.
Adapun
perjanjian baru (injil), doktrin trinitas kebanyakan hanya berupa isyarat-isyarat
tidak secara langsung, adapun bukti tentang trinitas yang paling jelas ada
dalam Injil Matius, Pasal 28 ayat 19:
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka
dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” Akan tetapi, bila diamati secara
seksama kutipan injil ini bukan menjelaskan bahwa Allah, Kristus dan roh kudus
membentuk satu keilahiyan atau ketuhanan yang satu, yaitu ketiganya sama dalam
bentuk kekekalan dan kekuasaan sebagaimana maksud dari doktrin trinitas. Justru
malah sebaliknya ayat ini menunjukkan tiga wujud yang berlainan, sama halnya
ketika kita menyebut tiga orang: Budi, Andi dan Bambang, misalnya.
Di
sisi lain ada juga ayat-ayat di dalam perjanjian baru yang menyebutkan
perkataan dari Yesus kristus yang justru maknanya bersebrangan dengan doktrin
trinitas, diantaranya adalah:
“Dan janganlah
kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia
yang di sorga, Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu
Pemimpinmu, yaitu Mesias.” (Matius 23 : 9-10) Kedua ayat ini jelas-jelas dengan
gamblang menyeru untuk mengesakan Tuhan, kemudian menekankan posisi Yesus
kristus hanya sebagai seorang pemimpin bukan Tuhan, dan dalam terjemah inggris
disebut sebagai master yang artinya guru.
“Lalu
Yesus berseru dengan suara nyaring: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan
nyawaku.” Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawanya.” (Lukas 23 :
46) Ayat ini akan menjadi ruwet maknanya bila dibawa pada doktrin trinitas,
bila Yesus juga adalah wujud dari Tuhan, kepada siapakah ia berseru dengan
suara lantang itu? Apakah kepada dirinya sendiri? Apa gunanya ia berteriak pada
dirinya sediri? Justru Tuhan yang tunggallah yang dipanggil oleh Yesus dalam
ayat ini.
“Barangsiapa
tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar
itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.” (Yohanes 14
: 24) Di sini sangat gamblang bagaimana Yesus menjelaskan bahwa hakekat dirinya
hanyanyal seorang utusan yang diutus untuk membawa firman dari Tuhan, dan lihat
pula bagaimana ia dengan tegas menyatakan bahwa firman-firman itu bukan dari
dirinya karena dirinya bukanlah Tuhan.
Dan
ayat yang paling jelas tentang keesaan Allah dan kedudukan Yesus yang hanya
sebagai utusan Allah adalah : “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka
mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang
telah Engkau utus.” (Yohanes 17 : 3) Sungguh sangat bertolak belakang doktrin
trinitas dengan ayat ini.
Demikianlah
beberapa contoh ayat dari perjanjian baru yang sangat kontradiktif dengan
doktrin trinitas yang diyakini dan diimani oleh kaum Nashrani, dari sini kita
bisa mengambil pelajaran berharga yakni betapa jauhnya orang-orang Nashrani
dari petunjuk dan betapa jauhnya mereka tersesat dalam kebathilan sehingga
mereka binasa di dalamnya wal’iyadzu billah, sungguh maha benar firman Allah subhanahu
wa ta’ala:
فَلَمَّا
زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ
الْفَاسِقِينَ
“Maka
tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.” (QS. Ash-Shaf [61] :
5)
Dan
sebagai penutup dari tulisan ini mari kita perkuat ketauhidan serta keimanan
kita dengan selalu memohon kepada Allah ta’ala taufiq dan istiqomah di atas
kebenaran. Mari kita selalu merenungkan serta mentadabburi firman Allah dalam
surat Al-Ikhlash di mana Allah subhanahu wa ta’ala menegaskan aqidah tauhid,
aqidah yang benar.
قُلْ
هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ
لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
“Katakanlah:
“Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang setara
dengan Dia.” (QS. Al-Ikhlas [112] : 1-4)
0 Comment for "Bathilnya Doktrin Trinitas"