Kisah Syahidnya Para Penegak Tauhid Ajaran Nabi Isa 'Alaihis Salam

“Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS. Al-Ikhlas : 1-4)


Kita semua tahu, orang yang senantiasa berada dalam jalur kebenaran akan mendapatkan tantangan dan godaan dari lingkungan disekitarnya, bahkan tidak jarang keberadaan orang-orang seperti ini ditamsilkan dengan memegang sebuah bara api. Mereka akan menjumpai sikap permusuhan yang dilancarkan dari orang-orang yang tidak senang terhadap kebenaran dan kejujuran sampai orang-orang saleh tersebut berbalik meninggalkan kebenaran yang diyakininya selama ini.

Untuk menghadapi semua itu, Nabi Isa ‘alaihis salam telah memberikan satu petunjuk kepada umatnya, bahwa siapa diantara mereka yang menjaga serta tetap mematuhi ajaran yang telah diajarkannya kepada mereka, maka mereka itulah yang akan mendapatkan kecintaan dari Nabi Isa ‘alaihis salam serta mendapatkan pula kasih dari Allah. Dan sebagai konsekwensinya, mereka-mereka ini akan mendapatkan kenyataan mengenai kebenaran Nabi Isa ‘alaihis salam, mereka inilah sebenarnya orang-orang yang terselamatkan.

Lebih jauh Nabi Isa ‘alaihis salam memberikan satu gambaran kepada murid-muridnya, bahwa mereka yang tetap memegang teguh ajaran yang disampaikannya itu kelak akan mendapatkan perlawanan sengit dari orang-orang yang mengaku beriman kepadanya namun pada dasarnya mereka tidaklah beriman sebagaimana ucapan mereka, sebab mereka sama sekali tidak mengenal sosok Nabi Isa ‘alaihis salam dan juga tidak mengenal Allah yang benar.

Akibatnya, mereka akan melakukan bermacam cara untuk memusuhi orang-orang yang mengikuti Nabi Isa ‘alaihis salam, dimulai dengan tidak diterimanya mereka dari rumah tempat beribadah hingga pembunuhan-pembunuhan atas diri mereka. Semuanya disebabkan kesalah kaprahan manusia akan pemahamannya tentang Nabi Isa ‘alaihis salam dan Allah, sehingga seluruh perbuatan mereka kepada orang-orang saleh itu akan dianggap sebagai suatu perbuatan baik dimata Tuhan.

Sejarah mencatat sejumlah tokoh-tokoh Unitarian yang mempertahankan kebenaran ajaran Nabi Isa ‘alaihis salam yang telah gugur sebagai syuhada didalam mempertahankan keyakinannya terhadap orang-orang kafir.

Iranaeus (130-200 M), dia lahir disaat ajaran Kristen Antiokia sudah menyebar ke Afrika Utara, Spanyol hingga ke Prancis Selatan. Tidak banyak catatan sejarah mengenai asal-usul dan kedewasaannya, sejarah mulai mencatat masa dimana Iranaeus membawa surat petisi dari Uskup Lyons Pothinus kepada Paus Elutherus di Roma.

Petisi itu berupa permohonan Pothinus kepada Paus untuk menghentikan pengejaran, penyiksaan dan pembunuhan terhadap orang-orang Kristen yang tidak menyetujui doktrin gereja Pauline.

Ketika masih berada di Roma, Iranaeus mendapat berita bahwa semua orang Kristen yang tidak sepaham dengan Paulus yang ada di Lyons Antiochia termasuk uskup Pothinus sendiri telah tewas dibunuh. Dan pada waktu kembali ke Lyons, Iranaeus menggantikan Ponthinus untuk menjabat sebagai uskup dinegrinya.

Ditahun 190 M, Iranaeus sendiri menulis surat kepada Paus Victor agar menghentikan pembantaian terhadap orang-orang Kristen yang dibunuh karena keyakinan mereka yang berbeda dengan keyakinan gereja Paulus.

Cerita lama kembali terulang, Iranaeus sendiri terbunuh pada tahun 200 M karena tidak bersedia mengikuti keyakinan Paus, Iranaeus hanya beriman dan mengakui kepada satu Tuhan, yaitu Allah, dan dia mendukung pengajaran kemanusiaan Nabi Isa ‘alaihis salam yang diangkat oleh Allah menjadi utusan-Nya.

Iranaeus banyak melakukan kritikan terhadap Paulus karena dianggapnya sebagai orang yang paling bertanggung jawab didalam memasukkan doktrin-doktrin dari agama berhala dan filsafat Plato kedalam ajaran sejati Nabi Isa ‘alaihis salam.

Didalam bukunya, "Universalism The Prevailing Doctrine Of The Christian Church During Its First Five Hundred Years" ditulis oleh J.W. HANSON, D. D menyatakan mengenai Iranaeus ini sebagai berikut :

In a germinal form of the Apostle's Creed, Irenæus, A.D. 180, says that the judge, at the final assize, will cast the wicked into aionian fire. It is supposed that he used the word aionian, for the Greek in which he wrote has perished, and the Latin translation reads, "ignem aeternum."

Selain Iranaeus, didalam tubuh gereja Afrika muncul pula seorang unitarian bernama "Tertullian" (160-220 M), dia adalah seorang penduduk asli Carthage (Kartago).

Tertullian sebagaimana juga dengan Iranaeus, meyakini ke-Esaan Allah dan mengidentifikasikan Nabi Isa ‘alaihis salam sebagai juru selamat (Messiah) bangsa Yahudi. Dia menentang Paus Callistus karena mengajarkan "dosa asal" telah diampuni setelah melaksanakan penebusan dosa resmi dibawah gereja.

Tertullian menekankan tentang kesatuan jiwa dan eksistensi dan mengatakan bahwa orang-orang yang sehat akalnya pasti meyakini bahwa Jesus hanyalah manusia belaka.

Paus Callistuslah yang memperkenalkan istilah "Trinitas" kedalam tulisan-tulisan "ecclesiastical" (gerejawi) Latin ketika ia membahas doktrin baru yang aneh tersebut. Istilah Trinitas sendiri sama sekali tidak pernah digunakan dalam kitab-kitab suci.

Selain Iranaeus dan Tertullian, seorang Unitarian lainnya pun muncul dari Mesir bernama "Origen" (185-254 M). Ayahnya bernama "Leonidas" dan mendirikan pusat pendidikan teologi dengan mengangkat seorang guru Teologi terkemuka bernama Clement sebagai kepala lembaga tersebut. Origen sendiri mendapatkan pendidikan ditempat itu.

Leonidas adalah seorang pengikut Kristen Apostolik, yaitu ajaran yang mentauhidkan Tuhan dan mengakui kehambaan dari Nabi Isa ‘alaihis salam.

Sebagaimana kita tahu, gereja Paulus tidak mau menerima kepercayaan seperti yang dipegang oleh Leonidas ini, dan sebagai konsekwensinya pada tahun 208 Leonidas tewas dibunuh oleh orang-orang Paus.

Karena merasa dirinya juga terancam, Clement segera meninggalkan Alexandria. Dan sebagai gantinya, Origen meneruskan kepemimpinan Clement sebagai kepala sekolah Teologi.

Pada tahun 230 M, Origen dinobatkan sebagai seorang Pendeta di Palestina, namun karena Origen telah mengajarkan tauhid didalam gereja, Uskup Demerius akhirnya memecat Origen dan mengusirnya dari gereja (persis seperti yang dinubuatkan Nabi Isa ‘alaihis salam dalam Injil Yohanes 16 :1-3).

Origen mengungsi ke Caesarea dan mendirikan pusat pendidikan Teologi ditempat itu pada tahun 231 M yang akhirnya membawa nama harum kepadanya.

Jerome, seorang penulis Injil pertama dalam bahasa Latin, pada mulanya merupakan orang yang sangat mendukung Origen, namun akhirnya Jerome berbalik kepada gereja Paulus dan menarik garis permusuhan terhadap Origen.

Jerome berusaha agar Origen mendapatkan kecaman dan pengadilan dari gereja setempat, namun popularitas Origen terlampau besar dan tidak memungkinkan bagi Uskup John untuk melakukannya, sehingga atas rencananya ini mengakibatkan Jerome sendiri tersingkir dari kalangan gereja.

Namun pada tahun 250 M, Origen dikecam oleh Konsili Alexandria dan dijebloskan kedalam penjara serta mendapatkan penyiksaan yang terus menerus oleh pihak gereja Paulus sehingga mengakibatkan kematiannya pada tahun 254 M.

Origen telah menulis sekitar 600 buah karangan dan risalah. Dia adalah salah seorang yang paling berperan dalam sejarah gereja dan telah gugur sebagai seorang syuhada yang membela ajaran Allah sejati.

Dimasa mudanya sampai menjelang akhir hayatnya, Origen tetap mempertahankan pengajaran ke-Esaan Tuhan (The Unity of God), meyakini bahwa hanya Allah saja yang berkuasa dan Nabi Isa ‘alaihis salam adalah manusia biasa dan hamba Allah, bukan Allah itu sendiri.

Apa yang diyakini oleh Origen mengenai konsep ketuhanan sama sekali bersesuaian dengan apa yang diajarkan oleh para Nabi (termasuk konsep dari Jesus sendiri) dan tidak ada perbedaan dengan apa yang sudah ditegaskan oleh Allah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sang Paraclete agung yang dinubuatkan kedatangannya oleh Nabi Isa ‘alaihis salam.

Tokoh Unitarian berikutnya adalah Diodorus, seorang Uskup yang berasal dari negri Tarsus, tanah kelahiran Paulus. Diodorus merupakan tokoh Kristen terkemuka di Antiokhia, dia berpendapat bahwa dunia ini selalu berubah-ubah, perubahan itu sudah ada sejak dahulu. Dan itu menunjukkan ada sesuatu yang tetap dibalik perubahan itu.

Lebih jauh lagi, keberagaman eksistensi dan kebijaksanaan yang diperlihatkan dalam setiap proses perubahan itu sendiri, menunjukkan terhadap kesatuan asal yang mendasarinya dan memperlihatkan kehadiran Sang Pencipta dan Pemelihara. Inilah menunjukkannya adanya satu Pencipta Yang Maha Esa.

Diodorus menekankan sifat kemanusiaan secara menyeluruh dalam diri Nabi Isa ‘alaihis salam yang memiliki jiwa manusia dan daging manusia, tidak ada unsur ketuhanan sama sekali.

Selain Iranaeus, Tertullian, Leonidas, Origen dan juga Diodorus, telah muncul pula "Lucian", seorang yang dikenal keluasan ilmunya terhadap bahasa Ibrani dan Yunani. Lucian tidak menginduk terhadap salah satu gereja dari tahun 220 sampai 290 M.Pengajaran Lucian adalah Tauhid, yaitu pengesaan Allah dalam segala bentuk-Nya.

Lucian percaya kepada penafsiran gramatikal dan literal (sesuai dengan bunyi lahir suatu kata) dari kitab-kitab suci (Bible). Dia menentang kecenderungan untuk mencari-cari makna symbolis dan kiasan dari teks-teks Injil, dan percaya kepada suatu pendekatan empiris dan kritis terhadap kitab-kitab tersebut. Dia mengatakan bahwa dengan mencari-cari makna simbolis tersebut, dapat berakibatkan dengan penambahan dan pengurangan pada Injil yang berarti hilangnya kemurnian ajaran Nabi Isa ‘alaihis salam.

Lucian menghilangkan perubahan-perubahan yang terjadi pada kitab Injil yang diterjemahkan kedalam bahasa Yunani (Septuaginta), beliau telah mengadakan revisi terhadap empat Injil yang menjadikannya berbeda dengan Injil-Injil yang dipergunakan oleh gereja Paulus.

Lucian menolak paham trinitas dan sebaliknya begitu menekankan ajaran Tauhid, bahwa hanya Allah saja Tuhan alam semesta yang patut disembah, sedangkan Nabi Isa ‘alaihis salam hanyalah manusia biasa yang diangkat menjadi Utusan-Nya.

Atas sikapnya ini, Lucian menjalani penyiksaan dari pihak gereja Paulus dan dihukum mati pada tahun 312 M.

Arius (250-336 M) adalah salah seorang murid utama Lucian berkebangsaan Lybia yang juga bersama-sama dengan gurunya menegakkan ajaran Tauhid kepada Allah, Arius merupakan seorang presbyter (ketua majelis agama/gereja) digereja Baucalis Alexandria, salah satu gereja tertua dan terpenting dikota itu pada tahun 318 M.

Sejak wafatnya Lucian pada tahun 312 M ditangan orang-orang gereja Paulus, perlawanan Arius terhadap doktrin Trinitas semakin mengkristal, dan dalam perjuangannya ini, Arius justru mendapatkan dukungan dari dua orang saudari Kaisar Konstantin yang bernama Konstantina dan Licunes.

Arius dianggap sebagai seorang pemberontak Trinitas dengan mempergunakan argumen logika :

"Jika Jesus itu benar-benar anak Tuhan, maka Bapa harus ada lebih dahulu. Oleh karena itu harus ada "masa" sebelum adanya anak. Berarti anak adalah makhluk. Maka dari itu anak tidak selamanya ada atau tidak abadi. Sedangkan Tuhan yang sebenarnya adalah abadi, berarti Jesus tidaklah sama dengan Tuhan."

Atas argumentasi Arius tersebut, sekitar seratus orang Pastur Mesir dan Lybia berkumpul untuk mendengarkan pertanggung jawaban Arius. Dan diwaktu itu juga Arius mengemukakan kembali pemandangannya :

"Ada masa sebelum adanya Yesus, sedangkan Tuhan sudah ada sebelumnya. Yesus ada kemudian, dan Yesus hanyalah makhluk biasa yang bisa binasa seperti makhluk-makhluk lainnya. Tetapi Tuhan tidak akan binasa."

Arius juga memperkuat argumentasinya dengan sejumlah ayat-ayat Bible seperti Injil Yohanes 14 : 8, "Bapa lebih besar daripada Jesus"; Seandainya kita mengakui bahwa Yesus adalah sama dengan Tuhan, maka kita harus menolak kebenaran ayat Yohanes tersebut.

Argumen Arius ini secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut :

Jika Yesus memang "anak Tuhan", maka akan segera disertai pengertian bahwa "Bapak Tuhan" haruslah ada terlebih dahulu sebelum adanya sang "Anak". Oleh sebab itu tetulah akan terdapat rentang waktu ketika "Anak" belum ada. Oleh karenanya, "Anak" adalah makhluk yang tersusun dari sebuah "esensi" atau makhluk yang tidak selalu ada. Karena Tuhan merupakan suatu zat yang bersifat mutlak (abadi, alpha dan omega), maka Yesus tidak mungkin bisa menjadi "esensi" yang sama sebagaimana "esensi" Tuhan.

Argumen Arius ini tidak bisa terbantahkan, dan mulai tahun 321 M, Arius dikenal sebagai seorang presbyter pembangkang dan mendapatkan banyak dukungan dari Uskup-uskup daerah Timur. Hal ini membuat Alexandria (yang pernah membuat keputusan hukuman mati atas Origen tahun 250 M) menjadi semakin marah.

Pada tahun 336 Arius diangkat menjadi Pastur di Konstantinopel dan dalam satu muslihat yang licik, dia berhasil dibunuh.

Arius pula orangnya yang sangat menentang keras keputusan Nicea pada tahun 325 M, sebelum matinya, Arius sempat mengeluh mengenai keadaan dirinya yang senantiasa mendapatkan tantangan dari orang-orang gereja Paulus kepada salah seorang sahabatnya bernama Eusibius dari Nicomedia yang merupakan salah seorang sahabatnya ketika sama-sama belajar dengan Lucian.

Eusibius dari Nicomedia berasal dari keluarga aristokrat bangsawan. Kemasyurannya menentang doktrin Paulus pun tidak kalah dengan Arius, dia dipanggil "Bapak besar" oleh para pengikut Arius.

Pada mulanya Eusibius diangkat menjadi seorang Uskup di Beirut, kemudian dipindahkan ke Nicomedia yang merupakan ibukota kekaisaran Konstantinopel wilayah timur. Dia bersahabat baik dengan saudari ipar dan saingan kekuasaan dari kaisar Konstantin yang bernama Licinus.

Sebagaimana Arius, perjuangan Eusibius pun mendapatkan dukungan penuh dari Konstantina, saudari kaisar Konstantin dan merupakan salah seorang kerabat istana yang berpengaruh.

Demikianlah kiranya. Semoga bisa membawa manfaat kepada kita semua.

"Sungguh, telah kafirlah orang-orang yang berkata : "Allah itu adalah Al-Masih putera Maryam." Tanyakanlah : "Siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al-Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan siapa saja diatas bumi semuanya?" Kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi dan apa yang diantara keduanya, Ia menciptakan apa yang Ia kendaki. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
(QS. Al-Ma'idah : 17)

Dan ketika Allah berfirman : “Hai 'Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia : "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?" 'Isa menjawab : "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku. Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku sama sekali tiada mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib, Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka.” (QS. Al-Maidah : 116-117)

Mereka berkata : "Allah mempunyai anak." Maha Suci Allah, Dia-lah Yang Maha Kaya, kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan apa yang di bumi. Kamu tidak mempunyai pengetahuan tentang ini. Pantaskah kamu mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui? (QS. Yunus : 68)

Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS. Al-Ikhlas : 1-4)

0 Comment for "Kisah Syahidnya Para Penegak Tauhid Ajaran Nabi Isa 'Alaihis Salam"

Rasulullah ï·º bersabda: “al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu.” Kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya dan kedua orangtuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Qur’an.” (HR. ath-Thabrani)

Back To Top