“Sesungguhnya
shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya dan shalat
Shubuh. Seandainya mereka tahu keutamaan yang ada dalam kedua shalat tersebut
tentu mereka akan mendatanginya walau dengan merangkak.” (HR. Al-Bukhari no. 657 dan
Muslim no. 651)
Ada yang
disebut munafik karena tidak shalat jamaah di masjid. Kenapa bisa? Simak
bahasan berikut. Nasehat ini untuk para pria karena yang wajib shalat jama’ah
adalah para pria.
Sifat shalat
orang munafik disebutkan dalam ayat berikut ini :
وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا
كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
“Dan apabila
mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya
(dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali
sedikit sekali.” (QS. An-Nisa’ [4] : 142)
Ada tiga sifat
dari orang munafik yang bisa kita simpulkan dari ayat di atas:
1. Shalatnya
malas dan terus merasa berat.
2. Riya’ dalam
shalatnya.
3. Hanya
sedikit mengingat Allah.
Orang
Munafik Shalat dalam Keadaan Malas dan Riya’
Sifat malas
orang munafik itulah sifat yang nampak sebagaimana disebutkan dalam ayat yang
lain:
وَلَا
يَأْتُونَ الصَّلَاةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَى
“Dan mereka
tidaklah mengerjakan shalat melainkan dalam keadaan malas.” (QS. At-Taubah [9] :
54)
Yang dimaksud mereka
riya’ dengan shalatnya adalah mereka tidak ikhlas dalam bermunajat pada Allah.
Mereka pura-pura baik saja di hadapan manusia. Oleh karenanya orang munafik
secara umum tidak terlihat pada shalat Isya dan shalat Shubuh, di mana keadaan
kedua shalat tersebut masih gelap. Sebagaimana disebutkan dalam hadits:
إِنَّ أَثْقَلَ صَلاَةٍ عَلَى الْمُنَافِقِينَ
صَلاَةُ الْعِشَاءِ وَصَلاَةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لأَتَوْهُمَا
وَلَوْ حَبْوًا وَلَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ بِالصَّلاَةِ فَتُقَامَ ثُمَّ آمُرَ رَجُلاً
فَيُصَلِّىَ بِالنَّاسِ ثُمَّ أَنْطَلِقَ مَعِى بِرِجَالٍ مَعَهُمْ حُزَمٌ مِنْ حَطَبٍ
إِلَى قَوْمٍ لاَ يَشْهَدُونَ الصَّلاَةَ فَأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوتَهُمْ بِالنَّارِ
“Sesungguhnya
shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya dan shalat
Shubuh. Seandainya mereka tahu keutamaan yang ada dalam kedua shalat tersebut
tentu mereka akan mendatanginya walau dengan merangkak. Sungguh aku bertekad
untuk menyuruh orang melaksanakan shalat. Lalu shalat ditegakkan dan aku suruh
ada yang mengimami orang-orang kala itu. Aku sendiri akan pergi bersama
beberapa orang untuk membawa seikat kayu untuk membakar rumah orang yang tidak
menghadiri shalat Jama’ah.” (HR. Al-Bukhari no. 657 dan Muslim no. 651)
Dalam Musnad
Imam Ahmad rahimahullah diriwayatkan
dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
لَوْلا مَا فِى الْبُيُوتِ مِنَ النِّسَاءِ
وَالذُّرِّيَّةِ أَقَمْتُ صَلاَةَ الْعِشَاءِ وَأَمَرْتُ فِتْيَانِى يُحَرِّقُونَ مَا
فِى الْبُيُوتِ بِالنَّارِ
“Seandainya bukan
karena ada wanita dan anak-anak, aku tentu akan menyuruh shalat Isya ditegakkan
dan aku sendiri bersama dengan pemuda akan membakar rumah yang tidak datang ke
masjid dengan api.” (HR. Ahmad 2/367)
Juga dalam
riwayat lain disebutkan:
مَنْ أحْسَنَ الصَّلاَةَ حَيْثُ يَرَاهُ
النَّاسُ، وَأَسَاءَهَا حَيْثُ يَخْلُوْ، فَتِلْكَ اِسْتِهَانَةٌ، اِسْتَهَانَ بِهَا
رَبَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
“Siapa yang
memperbagus shalat ketika dilihat oleh orang, namun shalatnya rusak ketika
tidak ada orang yang memperhatikan, maka itu termasuk menghinakan, yaitu ia
termasuk merendahkan Allah dengan shalatnya.” (HR. Abu Ya’la)
Orang
Munafik Sedikit Mengingat Allah
Adapun orang
munafik hanya sedikit mengingat Allah. Yang dimaksud adalah dalam shalat
mereka, mereka tidaklah khusyu’, mereka tidak tahu apa yang mereka ucapkan
dalam shalatnya. Bahkan dalam shalat, mereka benar-benar lalai. Mereka juga
biasa berpaling dari kebaikan. Ini yang disebut oleh Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengenai maksud ayat di
atas, disebut dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, Jilid 3 hal. 243
Syaikh
As-Sa’di rahimahullah menyatakan
kenapa orang munafik sampai bisa sedikit berdzikir pada Allah:
لاِمْتِلاَء
ِقُلُوْبِهِمْ مِنَ الرِّيَاءِ، فَإِنَّ ذِكْرَ اللهِ تَعَالَى وَمُلاَزَمَتَهُ لاَ
يَكُوْنُ إِلاَّ مِنْ مُؤْمِنٍ مُمْتَلِئِ قَلْبَهُ بِمَحَبَّةِ اللهِ وَعَظَمَتِهِ
“Karena hati
mereka sudah dipenuhi dengan riya’ (beramal hanya ingin cari pujian). Ingatlah
bahwa dzikir pada Allah dan bisa terus konsisten dalam dzikir hanyalah ada pada
orang beriman yang hatinya penuh dengan kecintaan dan pengagungan pada Allah.”
(Tafsir As-Sa’di, hal. 210)
Keadaan shalat
orang munafik yang hanya mau sedikit saja mengingat Allah digambarkan dalam hadits
berikut.
Dari Al-‘Alaa’
bin ‘Abdurrahman, bahwasanya ia pernah menemui Anas bin Malik di rumahnya di
Bashroh ketika beliau selesai dari shalat Zhuhur. Rumah beliau berada di
samping masjid. Ketika Al-Alaa’ bertemu dengan Anas, Anas bertanya, “Apakah kalian
sudah shalat ‘Ashar?” “Kami baru saja selesai dari shalat Zhuhur”, jawab
Al-‘Alaa. Anas memerintahkan mereka untuk shalat ‘Ashar. Setelah mereka shalat,
Anas berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تِلْكَ صَلاَةُ الْمُنَافِقِ يَجْلِسُ يَرْقُبُ
الشَّمْسَ حَتَّى إِذَا كَانَتْ بَيْنَ قَرْنَىِ الشَّيْطَانِ قَامَ فَنَقَرَهَا أَرْبَعًا
لاَ يَذْكُرُ اللَّهَ فِيهَا إِلاَّ قَلِيلاً
“Ini adalah
shalat orang munafik. Ia duduk hingga matahari berada antara dua tanduk setan.
Lalu ia mengerjakan shalat ‘Ashar empat raka’at. Ia hanyalah mengingat Allah
dalam waktu yang sedikit.” (HR. Muslim no. 622)
Hadits
tersebut menunjukkan bahwa hanya meluangkan untuk berdzikir sesaat dan mepet
dengan waktu berakhirnya ibadah. Shalat mereka pun dikerjakan dalam keadaan
malas, dan mereka berat melaksanakannya.
Munafik
Karena Tak Pernah Shalat Jama’ah di Masjid
Sifat shalat
orang munafik lainnya disebutkan dalam perkataan para ulama berikut.
Abdullah bin
Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:
وَلَقَدْ
رَأَيْتُنَا وَمَا يَتَخَلَّفُ عَنْهَا إِلاَّ مُنَافِقٌ مَعْلُومُ النِّفَاقِ وَلَقَدْ
كَانَ الرَّجُلُ يُؤْتَى بِهِ يُهَادَى بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ حَتَّى يُقَامَ فِى الصَّفِّ
“Aku telah
melihat bahwa orang yang meninggalkan shalat jama’ah hanyalah orang munafik, di
mana ia adalah munafik tulen. Karena bahayanya meninggalkan shalat jama’ah
sedemikian adanya, ada seseorang sampai didatangkan dengan berpegangan pada dua
orang sampai ia bisa masuk dalam shaf.” (HR. Muslim no. 654)
Seseorang yang
meninggalkan shalat jama’ah menunjukkan akan beratnya dia menjalankan shalat.
Ini pertanda bahwa hatinya terdapat sifat kemunafikan. Untuk lepas dari sifat
tersebut, marilah menjaga shalat jama’ah.
Sahabat
‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma
menyatakan:
كُنَّا إِذَا فَقَدْنَا الإِنْسَانَ
فِي صَلاَةِ العِشَاءِ الآخِرَةِ وَالصُّبْحِ أَسَأْنَا بِهِ الظَّنَّ
“Jika
kami tidak melihat seseorang dalam shalat ‘Isya’ dan shalat Shubuh, maka kami
mudah untuk suuzhan (berprasangka jelek) padanya” (HR. Ibnu Khuzaimah 2/370 dan
Al-Hakim 1/211)
Ibrahim An-Nakha’i
rahimahullah mengatakan:
كَفَى عَلَماً عَلَى النِّفَاقِ أَنْ يَكُوْنَ
الرَّجُلُ جَارَ المسْجِد ، لاَ يُرَى فِيْهِ
“Cukup disebut
seseorang memiliki tanda munafik jika ia adalah tetangga masjid namun tak
pernah terlihat di masjid” (Fathul Bari karya Ibnu Rajab, Jilid 5 hal. 458)
Itulah yang
kita saksikan saat ini, banyak pria yang lalai dari shalat Jama’ah, lebih-lebih
lagi shalat Shubuh. Ini semua disebabkan karena lemahnya iman, ada penyakit
dalam hatinya, kurang semangat dalam melakukan ketaatan, berpaling dari Allah,
dan lebih mendahulukan hawa nafsu daripada perintah Allah. Penulis jadi ingat
suatu quote yang diucapkan oleh seorang ustadz, beliau berkata “Jika kalian
ingin melihat laki-laki yang shalih dan beriman maka lihatlah para laki-laki
yang istiqomah shalat shubuh berjama’ah di masjid.” Subhanallahil ‘azhiim.
Wallahul musta’an.
0 Comment for "Isya' dan Shubuh Sangat Berat Bagi Si Munafik"